ZOOM DKC KAMIS, 13 FEBRUARI 2025 PUKUL 19:00 WIB: KEBERMAKNAAN KITAB SUCI BAGI GEREJA AWALI | DIBAWAKAN RD. ANTONIUS DENNY FIRMANTO

Septuaginta digunakan secara luas oleh orang-orang Yahudi di diaspora, terutama mereka yang tidak lagi fasih berbahasa Ibrani. Terjemahan ini menjadi teks Kitab Suci utama bagi orang-orang Kristen mula-mula, karena sebagian besar orang Kristen awal (termasuk para rasul) berbahasa Yunani.

By Manuel (Tim DKC)

24 menit bacaan

Share: X (Twitter) Facebook LinkedIn Whatsapp Telegram

ZOOM DKC KAMIS, 13 FEBRUARI 2025 PUKUL 19:00 WIB: KEBERMAKNAAN KITAB SUCI BAGI GEREJA AWALI | DIBAWAKAN RD. ANTONIUS DENNY FIRMANTO

Kitab Suci Yahudi dalam Gereja Awali

Pada zaman Yesus dan para rasul, Kitab Suci yang digunakan adalah Kitab Suci Yahudi (yang sekarang kita sebut sebagai Perjanjian Lama).
📖 Teks Referensi:

  • Lukas 4:16-21 → Yesus membaca Kitab Yesaya di sinagoga, menunjukkan bahwa membaca Kitab Suci adalah bagian penting dari ibadah Yahudi.
  • Kisah Para Rasul 17:11 → Orang-orang Berea “meneliti Kitab Suci” untuk memeriksa ajaran Paulus, yang berarti Perjanjian Lama menjadi dasar pewartaan.
  • 2 Timotius 3:16-17 → “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar…” mengacu pada Perjanjian Lama yang menjadi dasar iman.

Istilah “Perjanjian Lama” secara eksplisit hanya muncul di 2 Korintus 3:14.
Dalam surat-surat Paulus dan Ibrani, konsep perbedaan antara “Perjanjian Pertama” (Lama) dan “Perjanjian Baru” (Kristus) sering dibahas.

Kata διαθήκη (diathēkē) dalam bahasa Yunani berarti “perjanjian” atau “testamen”, yang menjadi dasar penyebutan “Perjanjian Lama” dan “Perjanjian Baru”.

  1. 2 Korintus 3:14

“Tetapi pikiran mereka telah menjadi tumpul, sebab sampai pada hari ini selubung itu masih tetap menyelubungi mereka, jika mereka membaca Perjanjian Lama, karena hanya dalam Kristus selubung itu disingkirkan.”
📌 Kata “Perjanjian Lama” di sini berasal dari bahasa Yunani:

  • παλαιᾶς διαθήκης (palaias diathēkēs) = “Perjanjian Lama”
  • Ini adalah satu-satunya ayat dalam PB yang secara eksplisit menyebut konsep “Perjanjian Lama” sebagai lawan dari “Perjanjian Baru”.
    1. Ibrani 8:6-7

“Tetapi sekarang Ia telah mendapat suatu pelayanan yang jauh lebih agung, karena Ia menjadi Pengantara perjanjian yang lebih mulia, yang didasarkan atas janji yang lebih tinggi. Sebab, sekiranya perjanjian yang pertama itu tidak bercacat, tidak akan dicari lagi tempat untuk yang kedua.”
📌 Di sini, “perjanjian pertama” mengacu pada Perjanjian Lama yang diberikan kepada Musa, sedangkan “perjanjian kedua” adalah perjanjian dalam Yesus Kristus.

  1. Ibrani 9:15

“Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian yang dijanjikan dalam kekekalan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama.”
📌 Perjanjian Lama di sini disebut sebagai “perjanjian pertama”, dalam konteks hukum Musa dan korban-korban di Bait Allah.

Apa yang Terjadi dalam Gereja Awali?

  • Orang-orang Kristen pertama tetap menggunakan Kitab Suci Yahudi dalam ibadah mereka, terutama melalui Septuaginta (terjemahan Yunani dari Alkitab Ibrani).
  • Kitab Suci dibacakan dalam pertemuan komunitas Kristen awal, mirip dengan tradisi di sinagoga Yahudi.
  • Pembacaan Mazmur dan kitab para nabi menjadi bagian dari doa dan refleksi komunitas. Pembacaan Mazmur dalam Gereja Awali memiliki dasar kuat dalam Perjanjian Baru, di mana Mazmur sering digunakan dalam doa, ibadah, dan ajaran para rasul. Berikut beberapa teks Perjanjian Baru yang menunjukkan Mazmur sebagai bagian dari doa dan ibadat Gereja Awali:

Tambahan 1

  1. Mazmur dalam Doa Yesus dan Para Rasul

📖 Matius 27:46 (Yesus di Salib) “Eli, Eli, lama sabakhtani?” (Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?) 📌 Sumber: Mazmur 22:1.

  • Yesus mengutip Mazmur 22 saat menderita di kayu salib, menunjukkan bahwa Mazmur adalah bagian dari doa-Nya.
  • Ini mencerminkan bagaimana Mazmur digunakan dalam penderitaan dan permohonan kepada Allah.

📖 Lukas 23:46 (Doa Terakhir Yesus)
“Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku!“ 📌 Sumber: Mazmur 31:5

  • Yesus menggunakan Mazmur 31 sebagai doa terakhir-Nya, mengungkapkan kepercayaan total kepada Allah.
  • Ini menunjukkan bahwa Mazmur digunakan dalam penyerahan diri dan doa menjelang kematian.

📖 Kisah Para Rasul 4:24-26 (Doa Jemaat setelah Penganiayaan)
“Ya Tuhan, Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan yang oleh Roh Kudus dengan perantaraan hamba-Mu, Daud, bapa kami, telah berfirman:
Mengapa bangsa-bangsa mengamuk dan suku-suku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia?
Raja-raja dunia bersiap-siap dan para penguasa bersekongkol melawan Tuhan dan melawan yang diurapi-Nya.“ 📌 Sumber: Mazmur 2:1-2

  • Jemaat Kristen awal menggunakan Mazmur dalam doa komunitas, khususnya untuk memohon perlindungan dari penganiayaan.
  • Mazmur 2 digunakan untuk menunjukkan bahwa Yesus adalah Raja yang dijanjikan, dan musuh-musuh-Nya tidak akan menang.

    1. Mazmur dalam Liturgi dan Ibadah

📖 Efesus 5:19
“Dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung pujian dan nyanyian rohani; bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati.”
📖 Kolose 3:16
“Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.”
📌 Makna:

  • Jemaat Kristen awal menyanyikan Mazmur dalam ibadah mereka, mirip dengan kebiasaan di sinagoga Yahudi.
  • Mazmur digunakan untuk mengajar, menegur, dan menguatkan iman, bukan hanya sebagai nyanyian biasa.

📖 Yakobus 5:13
“Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa! Kalau ada seorang yang bergembira, baiklah ia menyanyi mazmur!”
📌 Makna:
Mazmur digunakan baik dalam doa permohonan maupun dalam doa syukur, menunjukkan fleksibilitas penggunaannya dalam ibadah Kristen awal.
📖 Wahyu 5:9 & 15:3 (Nyanyian di Surga)
“Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: ‘Engkau layak menerima gulungan kitab dan membuka meterai-meterainya, karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah.’”
📌 Makna:

  • Liturgi di surga mencerminkan liturgi di Gereja Awali, dengan nyanyian yang memiliki pola seperti Mazmur.
  • Gereja Awal meyakini bahwa nyanyian mereka adalah bagian dari ibadah surgawi.

Kesimpulan:
✔ Mazmur adalah bagian integral dari doa Yesus dan Gereja Awali.
✔ Mazmur digunakan dalam doa pribadi (seperti Yesus di salib) dan doa komunitas (Kisah Para Rasul 4:24-26).
✔ Mazmur menjadi bagian dari nyanyian dan pujian dalam ibadah (Efesus 5:19, Kolose 3:16).
✔ Mazmur digunakan untuk menguatkan orang yang menderita dan menyatakan sukacita (Yakobus 5:13).
✔ Liturgi di Surga mencerminkan pemakaian Mazmur dalam liturgi Gereja Awali (Wahyu 5:9 & 15:3).
🔥 Implikasi bagi Gereja Katolik Saat Ini

  • Penggunaan Mazmur dalam Ibadat Harian (Liturgia Horarum) dan Misa memiliki akar dalam praktik Gereja Awali.
  • Mazmur tetap menjadi bagian doa resmi Gereja seperti dalam Ibadat Brevir (Ofisi Ilahi).
  • Dalam Misa, Mazmur Tanggapan mencerminkan praktik jemaat awal yang membaca Mazmur sebagai tanggapan atas Sabda Tuhan.

Tambahan 2: Apa itu Septuaginta (LXX)?

  1. Septuaginta (disingkat LXX) adalah terjemahan Alkitab Ibrani (Perjanjian Lama) ke dalam bahasa Yunani, yang dibuat sekitar abad ke-3 hingga ke-2 SM di Aleksandria, Mesir. Septuaginta disebut LXX karena, menurut tradisi, diterjemahkan oleh 70 atau 72 sarjana Yahudi yang bekerja secara independen tetapi menghasilkan teks yang identik.

Septuaginta digunakan secara luas oleh orang-orang Yahudi di diaspora, terutama mereka yang tidak lagi fasih berbahasa Ibrani. Terjemahan ini menjadi teks Kitab Suci utama bagi orang-orang Kristen mula-mula, karena sebagian besar orang Kristen awal (termasuk para rasul) berbahasa Yunani.

  1. Peran Penting Septuaginta dalam Gereja Awali
  2. Digunakan oleh Yesus dan Para Rasul
    • Ketika Yesus dan para rasul mengutip Perjanjian Lama dalam Perjanjian Baru, mereka sering menggunakan Septuaginta, bukan teks Ibrani.
    • Contoh: Matius 1:23 mengutip Yesaya 7:14, di mana Septuaginta menggunakan kata παρθένος (parthenos) = “perawan”, sedangkan teks Ibrani menggunakan עלמה (almah) = “gadis muda”.
  3. Menjadi Kitab Suci bagi Gereja Awal
    • Orang Kristen awal menerima Septuaginta sebagai Kitab Suci, karena mereka percaya bahwa terjemahan ini merupakan bagian dari rencana Allah untuk menyebarkan Sabda-Nya kepada dunia Yunani-Romawi.
  4. Menopang Teologi Kristen
    • Septuaginta memiliki beberapa perbedaan dari teks Ibrani yang mendukung pemahaman Kristen tentang Yesus sebagai Mesias.
    • Banyak nubuatan Mesianik yang lebih eksplisit dalam LXX dibandingkan teks Ibrani.
  5. Menjadi Dasar Kanon Perjanjian Lama Gereja Katolik dan Ortodoks
    • Gereja Katolik dan Ortodoks menerima kitab-kitab tambahan dalam Septuaginta yang tidak ada dalam Kanon Ibrani, yang kemudian disebut deuterokanonika.
  6. Pembagian Septuaginta dalam 4 Bagian

Kanon Septuaginta berbeda dari Kanon Ibrani (Tanakh) yang memiliki tiga bagian (Taurat, Nevi’im, Ketuvim). Septuaginta justru membagi kitab-kitabnya dalam 4 bagian utama:

  1. Hukum (Torah atau Pentateukh)
    • Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan.
    • Ini adalah inti dari ajaran hukum Musa, sama seperti dalam Kanon Ibrani.
      1. Kitab Sejarah
    • Yosua, Hakim-Hakim, Rut, 1-2 Samuel, 1-2 Raja-Raja, 1-2 Tawarikh, Ezra, Nehemia, Tobit, Yudit, Ester (versi lebih panjang), 1-2 Makabe.
    • Septuaginta memiliki kitab sejarah tambahan yang tidak ada dalam Kanon Ibrani, seperti Makabe, Tobit, Yudit, dan versi Ester yang lebih panjang.
      1. Kitab Puisi dan Hikmat
    • Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung, Kebijaksanaan Salomo, Sirakh (Ecclesiasticus).
    • Kebijaksanaan Salomo dan Sirakh hanya ada dalam Septuaginta dan diakui dalam kanon Katolik.
      1. Kitab Nabi-Nabi
    • Yesaya, Yeremia, Ratapan, Barukh, Yehezkiel, Daniel (versi lebih panjang), Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, Maleakhi.
    • Septuaginta menyertakan Kitab Barukh dan bagian tambahan dalam Daniel (misalnya, kisah Susana dan Bel & Naga) yang tidak ada dalam Kanon Masoretik.
  2. Perbedaan Septuaginta dengan Kanon Masoretik

📌 Contoh Perbedaan dalam Teks:
Mazmur 22:16

  • LXX: ὤρυξαν χεῖράς μου καὶ πόδας μου (Mazmur 21:17 dalam numerasi LXX) -“… mereka menusuk tanganku dan kakiku” (nubuatan tentang penyaliban).
  • Masoretik: כָּאֲרִי יָדַי וְרַגְלָי / ka’ari yadai veraglai (Mazmur 22:17 dalam numerasi Ibrani) “… seperti singa, mereka mengelilingi tanganku dan kakiku.“Kata “ka’ari” (כָּאֲרִי) berarti “seperti singa”, yang tidak secara langsung menunjukkan penyaliban. Teks Masoretik mengarah pada penderitaan seorang yang dikepung oleh musuh, tetapi tidak ada kata “menusuk”.

Kaitan Penemuan Gulungan Qumran dalam Perbedaan Mazmur 22:16
Penemuan Gulungan Laut Mati (Dead Sea Scrolls / DSS) di Qumran memainkan peran penting dalam menjelaskan perbedaan antara kata cheirás (χεῖράς = tangan) dalam Septuaginta (LXX) dan “ka’ari” (כָּאֲרִי seperti singa) dalam Teks Masoretik (MT) dalam Mazmur 22:16.

  1. Teks Qumran dan Mazmur 22:16
    Salah satu gulungan yang ditemukan di Gua 4 di Qumran (4QPs-a, atau 4Q88) berisi teks Mazmur dalam bahasa Ibrani yang lebih tua daripada Teks Masoretik. 📖 Teks dalam Gulungan Qumran (4Q88 - Mazmur 22:16): כארו ידי ורגלי 📜 Transliterasi: ka’aru yadai veraglai
    📝 Terjemahan:
    “Mereka menusuk tanganku dan kakiku.”

  2. Perbandingan dengan Septuaginta dan Teks Masoretik
    📌 Penemuan teks Qumran membuktikan bahwa teks Ibrani yang lebih tua (ka’aru) lebih sesuai dengan Septuaginta daripada dengan Teks Masoretik!

    📌 Kenapa ada perbedaan?

  • Septuaginta adalah terjemahan Yunani yang dibuat sebelum zaman Yesus.
  • Teks Masoretik dibakukan jauh setelah zaman Kristen awal (abad ke-7 hingga ke-10 M) oleh para rabi Yahudi.
  • Beberapa naskah Ibrani Kuno (Dead Sea Scrolls - Naskah Laut Mati) memiliki bentuk kata yang lebih mirip dengan Septuaginta, mendukung bacaan “menusuk” daripada “seperti singa”.

🔥 Kesimpulan:

  • Mazmur 22 dalam Septuaginta lebih mendukung penafsiran Kristen tentang Yesus sebagai Mesias.
  • Teks Masoretik cenderung menolak penafsiran Mesianik Kristen dengan perbedaan kata “seperti singa”.
  • Perbedaan ini menunjukkan bagaimana Septuaginta memainkan peran penting dalam teologi Kristen awal, karena banyak kutipan Perjanjian Lama dalam Perjanjian Baru berasal dari Septuaginta, bukan teks Masoretik.
  1. Kenapa Perbedaan Ini Terjadi?
    1. Perbedaan Huruf dalam Teks Ibrani
      • “Ka’ari” (כָּאֲרִי) → “seperti singa”
      • “Ka’aru” (כָּאֲרוּ) → “menusuk”
      • Perbedaan ini hanya ada dalam satu huruf akhir:
        • י (yod) dalam ka’ari (כָּאֲרִי)
        • ו (waw) dalam ka’aru (כָּאֲרוּ)
          • Kesalahan transkripsi atau perubahan disengaja bisa terjadi dalam sejarah penyalinan teks.
  2. Septuaginta Menggunakan Versi Ibrani yang Lebih Tua
    • Septuaginta diterjemahkan sebelum Teks Masoretik distandardisasi.
    • Septuaginta mendukung versi ka’aru (menusuk), yang lebih sesuai dengan Gulungan Qumran.
    • Ini menunjukkan bahwa LXX menerjemahkan dari naskah Ibrani yang berbeda dari MT tetapi lebih dekat dengan DSS.
      1. Mungkin Ada Motivasi Teologis
    • Teks Masoretik mungkin diubah oleh para rabi Yahudi setelah zaman Kristen awal untuk menghilangkan keterkaitan dengan penyaliban Yesus.
    • Frasa “menusuk tanganku dan kakiku” terlalu cocok dengan Yesus di kayu salib, sehingga ada kemungkinan perubahan kata untuk menghindari interpretasi Mesianik Kristen.

Origenes, seorang teolog Kristen awal, memang menyoroti perbedaan interpretasi antara umat Kristen dan rabi-rabi Yahudi mengenai teks-teks Kitab Suci. Dalam karyanya “Contra Celsum” (Melawan Celsus), Origenes menyebutkan bahwa rabi-rabi Yahudi pada masanya menafsirkan Yesaya 53 sebagai rujukan kepada seluruh bangsa Israel yang menderita, bukan kepada Mesias yang menderita. Hal ini menunjukkan bahwa Origenes menyadari perbedaan penafsiran tersebut dan mengingatkan umat Kristen untuk berhati-hati terhadap interpretasi yang berbeda dari rabi-rabi Yahudi.

  1. Implikasi bagi Studi Alkitab
  2. Gulungan Laut Mati (Qumran) membuktikan bahwa teks Ibrani yang lebih tua sesuai dengan Septuaginta dalam Mazmur 22:16.
  3. Septuaginta lebih mencerminkan teks asli yang digunakan oleh komunitas Yahudi pada abad ke-3 hingga ke-2 SM.
  4. Teks Masoretik mengalami modifikasi dalam sejarah transmisi teksnya, yang mempengaruhi perbedaan teologi antara Yudaisme Rabinik dan Kekristenan.

🔥 Kesimpulan:
✔ Kata “menusuk” (כָּאֲרוּ - ka’aru) ditemukan dalam Gulungan Qumran, mendukung Septuaginta.
✔ Teks Masoretik (כָּאֲרִי - ka’ari, “seperti singa”) adalah versi yang muncul lebih belakangan dan kemungkinan mengalami perubahan.
✔ Penemuan Qumran menunjukkan bahwa Septuaginta merupakan teks yang lebih akurat dalam menerjemahkan bagian ini.
Mazmur 22:16 lebih dekat dengan nubuatan Mesianik tentang penyaliban Yesus jika mengikuti teks Septuaginta dan Qumran.

💡 Penerapan dalam Apologetika Katolik:

  • Septuaginta yang digunakan oleh Yesus dan para rasul lebih dekat dengan teks asli daripada Teks Masoretik.
  • Mazmur 22 adalah nubuatan kuat tentang penyaliban Yesus, dan Gulungan Laut Mati mendukung interpretasi ini.
  • Gereja Katolik menerima Septuaginta sebagai dasar Perjanjian Lama, sementara Protestan cenderung mengikuti teks Masoretik yang distandardisasi belakangan.

Yesus sebagai Penggenapan Kitab Suci Yahudi

Salah satu alasan utama mengapa Kitab Suci Yahudi tetap digunakan adalah karena umat Kristen percaya bahwa Yesus adalah penggenapan nubuat Perjanjian Lama.
📖 Teks Referensi

  • Lukas 24:27 → Yesus menjelaskan kepada murid-murid di Emaus bahwa seluruh Kitab Suci berbicara tentang Dia.
  • Matius 5:17 → Yesus berkata bahwa Ia datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat, tetapi untuk menggenapinya.
  • Ibrani 10:1-10 → Yesus menjadi kurban sejati, menggantikan korban Bait Allah.

Bagaimana ini Digunakan dalam Ibadat Gereja Awali?

  • Dalam ibadah, Yesus dipahami sebagai “Anak Domba Allah” yang menggantikan korban Bait Suci (Yohanes 1:29).
  • Nubuat-nubuat Perjanjian Lama (Yesaya, Mazmur, dan lain-lain) dibaca untuk menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias yang dinantikan.
  • Para rasul menggunakan Kitab Suci Yahudi untuk meyakinkan orang-orang bahwa Yesus adalah Mesias (Kisah Para Rasul 2:16-36).

Dari Kitab Suci Yahudi ke Perjanjian Baru

Seiring berkembangnya Gereja, komunitas Kristen mulai menuliskan ajaran dan kisah tentang Yesus, yang kemudian membentuk Perjanjian Baru.
📖 Teks Referensi

  • 2 Petrus 3:15-16 → Surat-surat Paulus disebut sebagai Kitab Suci.
  • Kolose 4:16 → Surat-surat para rasul dibacakan di gereja-gereja, seperti Kitab Suci lainnya.
  • 1 Tesalonika 5:27 → Jemaat diminta untuk membaca surat dari Paulus kepada seluruh komunitas.

Bagaimana Perjanjian Baru terbentuk?

  • Awalnya, ibadah Kristen hanya menggunakan Kitab Suci Yahudi.
  • Seiring waktu, surat-surat para rasul dan Injil mulai digunakan bersama Kitab Suci Yahudi.
  • Perayaan Ekaristi juga mencerminkan kisah Perjamuan Malam Terakhir yang diceritakan dalam Injil.

Ibadah Yahudi dan Liturgi Gereja Awali

Ibadah Kristen awal berkembang dari ibadah Yahudi di Bait Allah dan sinagoga tetapi memiliki kebaruan yang khas.
✡ Ibadah Yahudi di Bait Allah:

  • Korban hewan sebagai penghapusan dosa.
  • Pembacaan Kitab Suci di sinagoga.
  • Doa dan nyanyian Mazmur.

✝ Ibadah Gereja Awali:

  • Yesus sebagai korban sejati → Tidak ada lagi korban hewan, karena Yesus telah menjadi korban sempurna (Ibrani 9:12).
  • Pembacaan Kitab Suci → Sama seperti di sinagoga, tetapi ditafsirkan dalam terang Yesus.
  • Doa dan Mazmur tetap digunakan dalam ibadat Kristen.

📖 Teks Referensi

  • Kisah Para Rasul 2:42 → Gereja Awali tetap dalam pengajaran rasul, persekutuan, dan pemecahan roti.
  • 1 Korintus 11:23-26 → Paulus memberikan tradisi perayaan Ekaristi, yang berasal dari Perjamuan Malam Terakhir Yesus.

Perayaan Ekaristi dalam Gereja Awali

Perayaan Ekaristi diambil dari perjamuan Yahudi dan ibadah sinagoga, tetapi diberi makna baru dalam Kristus.
📖 Teks Referensi

  • Kisah Para Rasul 20:7 → “Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti…” menunjukkan adanya perayaan Ekaristi di komunitas Kristen awal.
  • Didakhe 9-10 → Menggambarkan doa-doa yang digunakan dalam perayaan Ekaristi, mirip dengan Misa Katolik saat ini.

Tambahan 3

Berikut adalah teks Didakhe 9-10, yang menggambarkan doa-doa yang digunakan dalam perayaan Ekaristi dalam Gereja Awali. Teks ini mirip dengan struktur Misa Katolik saat ini, terutama dalam Doa Syukur Agung dan Doa Sesudah Komuni.

📖 Didakhe 9 – Doa Syukur atas Ekaristi
(Doa atas anggur dan roti, sebelum komuni diberikan)
9:1
“Mengenai Ekaristi, bersyukurlah demikian:”
9:2 – Doa atas Anggur
“Pertama-tama atas piala (anggur):”
“Kami bersyukur kepada-Mu, ya Bapa kami, atas pohon anggur suci Daud, hamba-Mu, yang telah Engkau beritahukan kepada kami melalui Yesus, Hamba-Mu. Kepada-Mu kemuliaan selama-lamanya.”
9:3 – Doa atas Roti
“Dan atas roti yang dipecah-pecahkan:”
“Kami bersyukur kepada-Mu, ya Bapa kami, atas kehidupan dan pengetahuan yang telah Engkau beritahukan kepada kami melalui Yesus, Hamba-Mu. Kepada-Mu kemuliaan selama-lamanya.“
9:4 – Persekutuan dalam Kristus
“Sebagaimana roti ini, yang telah tersebar di atas bukit-bukit, telah dikumpulkan menjadi satu, demikian pula Gereja-Mu hendaknya dikumpulkan dari penjuru bumi ke dalam Kerajaan-Mu. Sebab kepada-Mu lah kemuliaan dan kuasa melalui Yesus Kristus selama-lamanya.”
9:5 – Peringatan tentang Siapa yang Boleh Berpartisipasi
“Tetapi, janganlah seorang pun makan atau minum dari Ekaristi ini, kecuali mereka yang telah dibaptis dalam nama Tuhan, sebab tentang hal ini Tuhan telah berfirman: ‘Jangan berikan yang kudus kepada anjing-anjing.’” (Matius 7:6)

📖 Didakhe 10 – Doa Sesudah Komuni
(Doa syukur setelah menerima Ekaristi)
10:1 – Doa Ucapan Syukur
“Kami bersyukur kepada-Mu, ya Bapa yang kudus, atas nama-Mu yang kudus, yang telah Engkau tanamkan dalam hati kami, dan atas pengetahuan, iman, dan keabadian yang telah Engkau beritahukan kepada kami melalui Yesus, Hamba-Mu. Kepada-Mu kemuliaan selama-lamanya.”
10:2 – Doa atas Persatuan Gereja
“Ya Tuhan yang Mahakuasa, Engkau telah menciptakan segala sesuatu demi nama-Mu; Engkau telah memberi makanan dan minuman kepada manusia untuk dinikmati, agar mereka bersyukur kepada-Mu. Tetapi kepada kami, Engkau telah memberi makanan dan minuman rohani, serta kehidupan kekal melalui Hamba-Mu. Sebab kepada-Mu kemuliaan selama-lamanya.”
10:3 – Permohonan Agar Tuhan Menjaga Gereja
“Ingatlah, ya Tuhan, akan Gereja-Mu, bebaskanlah Gereja-Mu dari segala kejahatan, sempurnakanlah Gereja-Mu dalam kasih-Mu, dan kumpulkanlah Gereja-Mu dari empat penjuru bumi ke dalam Kerajaan-Mu yang telah Engkau persiapkan baginya. Sebab kuasa dan kemuliaan adalah milik-Mu selama-lamanya.”
10:4 – Harapan akan Kedatangan Kristus
“Biarlah kasih karunia datang, dan biarlah dunia ini berlalu. Hosanna bagi Allah Daud! Barang siapa kudus, biarlah ia mendekat; barang siapa tidak kudus, biarlah ia bertobat. Maranatha! Amin.”
10:5 – Doa Penutup
“Tetapi kepada para nabi, biarkanlah mereka bersyukur sesuka hati mereka.”

Kesamaan dengan perayaan Ekaristi Katolik

Tambahan 4

Berikut adalah Doa Syukur Agung dari Traditio Apostolica (Tradisi Apostolik) karya St. Hippolytus dari Roma (ca. 215 M), salah satu teks liturgi tertua dalam sejarah Gereja. Doa ini menjadi dasar Doa Syukur Agung II dalam Misa Katolik saat ini.
📜 Teks Doa Syukur Agung Hippolytus (ca. 215 M)
Prefasi
“Tuhan beserta kamu.”
“Dan bersama rohmu.”
“Marilah mengarahkan hati kepada Tuhan.”
“Kami mengarahkan hati kepada Tuhan.”
“Marilah bersyukur kepada Tuhan Allah kita.”
“Sungguh layak dan sepantasnya.”
Doa Syukur Agung
“Kami bersyukur kepada-Mu, ya Allah, melalui Putra-Mu yang terkasih, Yesus Kristus, yang Engkau utus kepada kami sebagai Juru Selamat dan Penebus serta sebagai Pembawa kehendak-Mu.”
“Ia adalah Firman-Mu yang tidak dapat dipisahkan dari-Mu. Melalui-Nya, Engkau menciptakan segala sesuatu, dan dalam Dia, Engkau berkenan.“
“Engkau mengutus-Nya dari surga ke dalam rahim seorang perawan, dan di dalam rahim-Nya, Ia dikandung dan menjadi manusia. Ia menyatakan kehendak-Mu dan menggenapi rencana-Mu yang kudus. Ia mengulurkan tangan-Nya dalam penderitaan-Nya untuk membebaskan mereka yang percaya kepada-Mu.”
“Ketika Ia menyerahkan diri-Nya untuk menderita guna menghancurkan maut dan memutus rantai setan, serta menginjak-injak neraka, menerangi orang benar, dan menetapkan perjanjian baru, serta memperlihatkan kebangkitan-Nya,”
“Ia mengambil roti, mengucap syukur kepada-Mu, dan berkata: ‘Ambillah, makanlah. Ini adalah tubuh-Ku yang diberikan bagi kamu.’
“Demikian pula, Ia mengambil piala, mengucap syukur kepada-Mu, dan berkata: ‘Minumlah ini, kamu semua. Inilah darah-Ku, darah perjanjian baru yang dicurahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.’
“Lakukanlah ini sebagai kenangan akan Aku.“
Doa untuk Gereja dan Keselamatan Dunia
“Semoga Engkau menguatkan kami dalam iman dan kasih, bersama para pelayan-Mu: para uskup, imam, dan diakon, serta seluruh umat-Mu.”
“Kami berdoa bagi mereka yang telah berpulang dalam iman. Berikanlah istirahat kekal kepada mereka dan tempatkanlah mereka dalam terang-Mu.”
“Kami memuji-Mu melalui Putra-Mu, Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala kemuliaan, hormat, dan kuasa adalah milik-Mu, dalam persekutuan dengan Roh Kudus, kini dan sepanjang segala masa.”
“Amin.”

🔥 Kesamaan dengan Doa Syukur Agung II dalam Misa Katolik
Doa Syukur Agung Hippolytus menjadi sumber utama untuk Doa Syukur Agung II dalam Misa Katolik saat ini. Berikut adalah beberapa kesamaan:

📌 Kesimpulan:

  • Doa Syukur Agung Hippolytus adalah salah satu bukti bahwa liturgi Ekaristi sudah ada sejak abad ke-3 M.
  • Struktur Misa Katolik saat ini memiliki akar kuat dalam Tradisi Apostolik.
  • Epiklesis dan Doksologi dalam Misa berasal dari teks ini.
  • Ignatius dari Antiokhia (†107 M) → Menekankan bahwa Ekaristi adalah “obat keabadian” dan harus dirayakan di bawah kepemimpinan uskup.

Bagaimana Bentuk Perayaan Ekaristi?

  • Pembacaan Kitab Suci → Bacaan dari Taurat, para nabi, Mazmur, dan surat para rasul.
  • Homili → Pemimpin komunitas (uskup atau presbiter) menjelaskan Kitab Suci dalam terang Kristus.
  • Doa-doa syukur → Mirip dengan doa-doa Yahudi sebelum makan.
  • Pemecahan Roti → Mengikuti perintah Yesus dalam Perjamuan Malam Terakhir.
  • Persekutuan → Umat menerima tubuh dan darah Kristus.

🆕 Perbedaan dengan ibadat Yahudi:

  • Tidak ada lagi korban hewan, karena Yesus adalah kurban sejati.
  • Kristus hadir secara nyata dalam Ekaristi, bukan hanya simbolik.
  • Perayaan ini dilakukan bukan hanya di Bait Allah, tetapi di rumah-rumah jemaat.

📌 Kesimpulan:

  • Kitab Suci Yahudi tetap digunakan dalam ibadah Gereja Awali, tetapi dengan pemahaman baru dalam Kristus.
  • Yesus dipahami sebagai penggenapan nubuat, sehingga bacaan Kitab Suci Yahudi selalu dikaitkan dengan Dia.
  • Teks Perjanjian Baru berkembang dalam komunitas Kristen dan mulai dibacakan dalam ibadat bersama Perjanjian Lama.
  • Perayaan Ekaristi menggantikan korban Bait Allah, karena Yesus adalah Anak Domba Allah.
  • Ibadah Kristen berkembang dari ibadah Yahudi, tetapi memiliki kebaruan: Ekaristi sebagai pusat dan kehadiran Kristus yang nyata.

Penerapan bagi Umat Awam

  • Kitab Suci bukan hanya buku sejarah, tetapi hidup dalam ibadat kita.
  • Ekaristi bukan hanya simbol, tetapi perjumpaan nyata dengan Kristus.
  • Gereja Awali memberi kita contoh bahwa iman harus berakar pada Kitab Suci dan Ekaristi.
Share: X (Twitter) Facebook LinkedIn Whatsapp Telegram

Artikel Lainnya