ZOOM DKC KAMIS, 30 JANUARI 2025 PUKUL 19:00 WIB: LATAR BELAKANG TEOLOGIS PERJANJIAN LAMA DAN BARU | DIBAWAKAN RD. ANTONIUS DENNY FIRMANTO
Latar Belakang Teologis Kitab Suci Perjanjian Lama – Kitab Suci Perjanjian Baru
Pengantar
Masalah internal:
-
- Ibrani 13:8: Yesus Kristus tetap sama
- Kisah Para Rasul 4:12: Keselamatan dalam Yesus
Masalah eksternal:
Iman akan Yesus ini mengusik iman akan agama-agama lain. Jalan yang harus ditempuh sepertinya sulit, namun kita harus melaluinya agar kita dapat beriman dengan sadar dan bertanggungjawab.
Sungguh Manusia | Data empiris: menurut metode penyelidikan ilmiah, historical method |
---|---|
Sungguh Allah | Data teologis: menurut Alkitab berdasarkan penafsiran orang Kristiani, theological method |
Dengan mengingat:
-
- Jarak waktu
- Kerangka janji
- Kesadaran bahwa manusia hidup dalam waktu
Kebermaknaan Allah
Iman ini mempunyai akar mendalam dalam kesadaran orang zaman Yesus. Akar-akar akan iman Allah:
-
-
- Tobit: Jika kita tidak menempuh ”jalan kebenaran”, Allah akan menyatakan diri melalui kehadiran ”seorang pengantara.”
- Ayub: Allah akan menyatakan diri-Nya sendiri demi tercapainya suatu maksud. Dia tidak akan pernah meninggalkan kita.
- Hamba Tuhan yang menderita adalah gambaran Orang Benar yang setia: Mazmur 121:4 – ”Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel.”
- Tobit: Jika kita tidak menempuh ”jalan kebenaran”, Allah akan menyatakan diri melalui kehadiran ”seorang pengantara.”
-
Kebenaran yang membebaskan”Allah mengasihi manusia (lih. Yohanes 3:16; 1 Yohanes 4:16). Hidup orang Kristiani menghidupkan kembali hidup Kristus yang menyelamatkan dan membebaskan.
Allah yang Menyejarah: Kebermaknaan Daud dan Yerusalem
Daud telah mencapai puncak kesadaran existensial tentang siapa dirinya dan siapa TUHAN, Allah semesta alam, yang adalah ”El-Shaddai” berarti ”Allah Yang Mahabesar Mahakuat dan Perkasa” (bdk. 2 Samuel 7:22).
Kesadaran itu diperkuat dengan janji TUHAN kepadanya (lih. 2 Samuel 7:11-16). Maka dengan keyakinan penuh, majulah Daud berperang menyerang (terutama) musuh-musuh Israel. Itulah jawaban TUHAN atas doa Daud: ”Maka sekarang ya TUHAN Allah, tepatilah untuk selama-lamanya janji yang Kauucapkan mengenai hamba-Mu ini dan mengenai keluarganya dan lakukanlah seperti yang Kaujanjikan itu” (lih. 2 Samuel 7:25).
Pusat dari kesejarahan tsb adalah Yerusalem. Acuan pertama kepada kota ini mungkin adalah Kejadian 14:18, di mana Melkisedek tercatat sebagai raja Salem (yaitu Yerusalem). Ketika bangsa Israel siap menyeberang Sungai Yordan untuk memasuki tanah perjanjian, kota ini disebut “Gunung Yebus” (Yosua 15: 8) atau “Yebus” (1 Tawarikh 11: 4). Kota ini tidak pernah direbut ketika Kanaan ditaklukkan oleh Yosua, dan tetap dikuasai orang Kanaan sampai Daud menjadi raja. Tentara Daud menyerbu kota tersebut dan mendudukinya, dan Daud menjadikannya ibu kotanya (2 Samuel 5:5-7; 1 Tawarikh 11:4-7). Yerusalem menjadi pusat pemerintahan Israel sampai pada kematian Salomo. Salomo, pengganti Daud, membangun Bait Suci di Yerusalem (1 Raja-raja 5:1, 8:66; 2 Tawarikh 2:1, 5: 14), sehingga kota itu juga menjadi pusat keagamaan untuk ibadah menyembah Allah perjanjian.
Karena dosa Israel, pada tahun 586 SM, Nebukadnezar, raja Babel mengepung kota ini, dan menaklukkan. Bait Suci dihancurkan dan penduduk Yerusalem diangkut ke Pembuangan Babel (2 Raja-raja 25:1-11; 2 Tawarikh 36:17-19). Yerusalem tinggal reruntuhan sampai sekitar tahun 516 SM, dari Persia mereka diizinkan pulang dari pembuangan untuk membangun kembali kota Yerusalem dan Bait Suci (Ezra 3:8-13; 5:1-6, 15; Nehemia 3:1-4: 23). Pada zaman Perjanjian Baru, Yerusalem menjadi pusat pemerintahan dan kehidupan beragama orang Yahudi. Akan tetapi, pada tahun 70 M, setelah pemberontakan berkali-kali orang Yahudi terhadap pemerintah Roma, kota dan bait sucinya dihancurkan lagi.
Ketika Daud menjadikan Yerusalem ibu kota pemerintahannya, kota ini mulai memperoleh berbagai nama sesuai dgn sifatnya, antara lain:
- “Sion” (2 Samuel 5:7),
- “kota Daud” (1 Raja-raja 2:10),
- “kota yang kudus” (Nehemia 11:1),
- “kota Allah” (Mazmur 46:5),
- “kota Raja Besar” (Mazmur 48:3),
- “kota keadilan, kota yg setia” (Yesaya 1:26),
- “kota Tuhan” (Yesaya 60:14),
- “Tuhan Hadir Di situ” (Yehezkiel 48:35), dan
- “Kota Setia” (Zakaria 8:3).
Makna Yerusalem bagi Perjanjian Lama
-
-
- Ketika Allah mengulang hukum-Nya dengan bangsa Israel di perbatasan Kanaan, Ia bernubuat melalui Musa bahwa pada suatu saat di masa depan Ia akan memilih suatu tempat untuk “membuat/ menegakkan nama-Nya” (Ulangan 12:5, 11, 21; 14:23-24). Tempat tersebut adalah kota Yerusalem (1 Raja-raja 11:13; 14:21) di mana Bait Suci Allah yang hidup dibangun. Oleh karena itu Yerusalem dinamakan “kota yang kudus”, “kota Allah”, dan “kota Tuhan”. Tiga kali setahun semua laki- laki Israel diwajibkan menuju ke Yerusalem untuk “menghadap hadirat Tuhan, Allahmu, ke tempat yang akan dipilih-Nya, yakni pada hari raya Roti Tidak Beragi, pada hari raya Tujuh Minggu, dan pada hari raya Pondok Daun” (Ulangan 16:16; bdk. Ulangan 16:2, 6, 11, 15).
- Yerusalem menjadi kota tempat Allah menyatakan firman-Nya kepada umat-Nya (Yesaya 2:3); yaitu, Yerusalem adalah “lembah penglihatan” (Yesaya 22:1). Lagi pula, Yerusalem menjadi tempat di mana Allah memerintah umat- Nya Israel (Mazmur 99:1-2; bdk. Mazmur 48:2-4,13-14). Jadi, ketika bangsa Israel berdoa, mereka diperintahkan untuk berdoa “menghadap Yerusalem“ (1 Raja-raja 8:44; bdk. Danel 6:11). Gunung-gunung yang mengelilingi Yerusalem melambangkan Tuhan yang mengelilingi umat-Nya dalam kesetiaan kekal (Mazmur 125:1-2). Oleh karena itu, pada hakikatnya, Yerusalem merupakan lambang dari segala sesuatu yang diharapkan Allah untuk umat-Nya. Manakala umat Allah berada di Yerusalem, mereka harus ingat akan kuasa Allah yang memerintah mereka, kekudusan-Nya, kesetiaan-Nya kepada umat- Nya, dan komitmen kekal-Nya untuk menjadi TUHAN, Allah mereka.
- Ketika umat Allah lalai dan merusak hubungan melalui penyembahan berhala terus-menerus dan penolakan untuk menaati perintah-perintah-Nya, Tuhan mengizinkan orang Babel membinasakan Yerusalem, bersama dengan Bait Suci. Dengan membiarkan pemusnahan atas tanda (lambang) kehadiran-Nya. Di situ, Allah sedang menunjukkan bahwa Dia sendiri sedang mengundurkan diri dari umat-Nya. Perhatikan, janji Allah mengenai “perjanjian kekal” dengan umat-Nya senantiasa bergantung pada ketaatan mereka kepada perintah dan kehendak- Nya. Jadi penghancuran tersebut harus dilihat sebagai peringatkan keras. Sesungguhnya mereka harus tetap setia kepada-Nya apabila mereka (terus) ingin menerima berkat-berkat dan janji-janji-Nya.
- Ketika Allah mengulang hukum-Nya dengan bangsa Israel di perbatasan Kanaan, Ia bernubuat melalui Musa bahwa pada suatu saat di masa depan Ia akan memilih suatu tempat untuk “membuat/ menegakkan nama-Nya” (Ulangan 12:5, 11, 21; 14:23-24). Tempat tersebut adalah kota Yerusalem (1 Raja-raja 11:13; 14:21) di mana Bait Suci Allah yang hidup dibangun. Oleh karena itu Yerusalem dinamakan “kota yang kudus”, “kota Allah”, dan “kota Tuhan”. Tiga kali setahun semua laki- laki Israel diwajibkan menuju ke Yerusalem untuk “menghadap hadirat Tuhan, Allahmu, ke tempat yang akan dipilih-Nya, yakni pada hari raya Roti Tidak Beragi, pada hari raya Tujuh Minggu, dan pada hari raya Pondok Daun” (Ulangan 16:16; bdk. Ulangan 16:2, 6, 11, 15).
-
Kaitan dengan Perjanjian Baru
Relasi Yerusalem-Raja-Bait Allah, contoh untuk kali ini: Mazmur 110. Mazmur ini akan berkaitan erat dengan studi teologi sistematika Kristologi yang merujuk kepada pribadi Tuhan Yesus Kristus. Jika Yesus yang dimaksudkan dalam ayat ini maka akan ada TUHAN (YHWH) dan Yesus yang duduk disebelah kanan TUHAN: “Duduklah di sebelah kanan-Ku”. Pernyataan tersebut ada dalam Mazmur 110. Nubutan tentang kejayaan Sang Mesias yang akan datang, Kristus adalah anak Daud sejauh menyangkut kemanusiaan-Nya, tetapi Dia juga adalah Anak Allah, dan Tuhan ingin orang-orang Farisi mengakui hal ini juga. Jadi Dia bertanya kepada mereka, “Lalu bagaimana Daud dalam tuntunan Roh memanggil Dia ‘Tuhan’?” Untuk membuktikan bahwa Daud melakukannya, Dia mengutip Mazmur 110:1.
Mazmur 110 adalah mazmur kerajaan; di luar klasifikasi dasar itu, ada banyak variasi dalam penafsiran puisi singkat ini. Mazmur itu kemungkinan besar berasal dari Yerusalem dan zaman kerajaan Daud. Mazmur 110 muncul setelah jatuhnya monarki Daud dalam Mazmur 89 dan dalam arti tertentu menegaskan kembali harapan kerajaan. Beberapa mazmur yang termasuk dalam genre mazmur kerajaan (Mazmur 2, 18, 20, 21, 45, 73, 89, 101, 110, 132, 144). Sebenarnya secara sekilas antara Mazmur Raja dan Mazmur mesias tidak terlihat perbedaan diantara keduanya, sebab ketika berbicara tentang Sang Mesias dalam perspektif Perjanjian Lama seluruhnya akan merujuk kepada sebuah kerajaan dimana Sang Mesias yang akan memerintah sebagai Raja yang tak terkalahkan.
Namun ketika dicermati secara saksama, akan terlihat sebuah perbendaan diantara kedua mazmur ini. Mazmur Mesianik menampilkan sesosok raja yang tidak lazim bagi bangsa Israel, sebab raja tersebut memiliki atribut ganda. Selain sebagai Raja, Sang Mesias juga memiliki jabatan sebagai Imam. Seperti diungkapkan oleh pemazmur dalam Mazmur 110:4, tidak pernah ada dalam sejarah perjalanan bangsa Israel seorang raja sekaligus menjadi seorang imam. Dan bahkan standar keimamannya disejajarkan dengan keimaman Melkisedek, seperti diketahui bahwa Melkisedek disebut sebagai Imam Allah yang Maha Tinggi. Inilah yang menjadi perbedaan antar Mazmur Raja dan Mazmur Mesianik berkaitan dengan gelar yang akan disandang Sang Mesias sebagai seorang Raja dan Imam.
Selain itu dalam Mazmur Mesianik mencirikan sebuah karakteristik Raja yang khas; Membenci dosa, penuh dengan Kebaikan, Kesetiaan dan Kasih. Sang Mesias memiliki gelar ganda sebagai Raja dan Imam, itu sebabnya frase “duduklah disebelah kanan-Ku” dengan melihat hal-hal yang sudah dipaparkan di atas merujuk kepada posisi kerajaan Sang Mesias yang tidak tergoyahkan (sebab berada di sebelah kanan Allah berdasarkan rujukan posisi istana Daud dan Bait Allah) dan membawa pembebasan. Jadi frase ini tidak memiliki arti adanya eksistensi Allah dan deuteros theos seperti yang sering disalah-pahami selama ini.
Makna bagi Umat Perjanjian Baru
- Yerusalem adalah tempat permulaan Kekristenan. Di Yerusalem, Yesus Kristus disalibkan dan dibangkitkan dari antara orang mati. Juga di Yerusalem, Kristus yang dimuliakan mencurahkan Roh Kudus atas para murid-Nya pada hari Pentakosta (Kisah Para Rasul 2:1-47). Dari kota itu amanat Injil Yesus Kristus menyebar “hingga ke ujung-ujung bumi” (Kisah Para Rasul 1:8; bdk. Luk 24:47). Gereja di Yerusalem menjadi gereja induk pertama dan Gereja Para Rasul (Kisah Para Rasul 1:12-26; Kisah Para Rasul 8:1). Ketika muncul pertentangan pendapat mengenai: Apakah orang bukan Yahudi yang percaya kepad Kristus harus disunat? Di Yerusalemlah Konsili pertama diadakan untuk menyelesaikan masalah tersebut, (Kisah Para Rasul 15:1-31; Galatia 2:1-10).
- Para penulis suci kitab Perjanjian Baru menerima banyak dari makna Perjanjian Lama untuk Yerusalem, tetapi mengubah penerapannya dari kota duniawi menjadi kota surgawi. Dkl, bagi mereka Yerusalem adalah Kota Kudus, tidak lagi berada di bumi ini tetapi di surga, di mana Kristus memerintah, duduk di sebelah kanan-Nya. Dari sanalah Dia menyalurkan berkat-berkat-Nya, dan dari sana Kristus akan datang kembali. Santo Paulus berbicara tentang Yerusalem “sorgawi” yang adalah “ibu kita” (Galatia 4:26). Penulis surat kepada orang-orang Ibrani menunjukkan bahwa dengan datang kepada Kristus untuk keselamatan, orang percaya tidak lagi datang ke suatu gunung di dunia ini, tetapi “ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem surgawi” (Ibrani 12: 22).
Dan sebagai ganti untuk sebuah kota bagi orang percaya di bumi ini, Allah sedang (sibuk) mempersiapkan Yerusalem baru, yang pada suatu hari akan “turun dari surga, berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya” (Wahyu 21:2; bdk. Wahyu 3:12). Pada hari yang besar itu, janji (perjanjian) Allah akan digenapi sepenuhnya, - “Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka” (Wahyu 21:3). Allah dan Anak Domba akan memerintah untuk selama-lamanya dari takhta mereka di kota kudus ini (Wahyu 22:3).
- Apakah kota Yerusalem yang ada di dunia ini masih mempunyai peranan dalam kerajaan seribu tahun? Nabi Yesaya menunjuk kepada “langit baru dan bumi baru” (Yesaya 65:17) dan kemudian menyatakan dengan tekanan: “tetapi” Yerusalem yang sekarang akan mencapai penggenapannya (Yesaya 65:17-25 – berbicara mengenai kondisi kerajaan seribu tahun). Ada suatu keyakinan, ketika Kristus datang kembali untuk mendirikan pemerintahan-Nya selama seribu tahun (Wahyu 20:1-6), Dia akan mendirikan takhta-Nya di kota Yerusalem. Setelah penghakiman di takhta putih yang besar (Wahyu 20:11-15), Yerusalem surgawi akan turun ke dunia yang baru dan menjadi pusat pemerintahan kerajaan Allah yang kekal.
Dari semua penjelasan di atas, sekarang kita dapat memaknai dan merasakan vibrasi rohaniah (getaran) lagu dalam Perayaan Minggu Palma:
“Dikala Yesus disambut di gerbang Yerusalem
umat bagai lautan dgn palma ditangan (2 x)
Gemuruh sorak dan sorai “Kristus Raja Damai“
Yerusalem. . Yerusalem. . Lihatlah Rajamu
Hosanna.. Terpujilah “Kristus Raja Damai“
Peserta
- DKC Team/ Erick
- V1czero/ Henry
- Manuel
- marcellus basso
- Antonius Marsum
- Widi
- Robertus Exel
- Eko
- Jakarta Samurai
- radika ronin
- Vincentius Repu
- [email protected]
- Purnomo Gunawan
- Sr. Martina
- Agustinus Lumbantoruan
- tole
- Domba terakhir
- PAMIT NENUK OEFONU
- Samsung SM-S9188
- Anna Gusrianto Sembiring
- Hollis Tantang
- EDI
- Maria Elizabeth Nini
- 525340
- 8/julia er kayatoe
- Regina B
- Rudi Agustian Hassim
- F. Lidya UH
- Marselina (KAMS)
- Suryadarma
- A P Manik
- Pontas Situmorang
- Nancy Kawanda
- Lucia Widjaja
- Singwithoutface
- Dining SO Semarang
- Yunita
- stefanus sembiring
- kristi -st Helena
- MV Adiningtyas
- Nancy
- Gastor Merauke/ Johan