Tanggal: 12 Desember 2025
Perayaan: SP Maria Guadalupe
Warna Liturgi: Ungu
📖 Bacaan Pertama
Yes. 48:17-19
Lalu tampillah nabi Elia bagaikan api, yang perkataannya laksana obor membakar.
Kelaparan didatangkan-Nya atas mereka, dan jumlah mereka dijadikannya sedikit berkat semangatnya.
Atas firman Tuhan langit dikunci olehnya, dan api diturunkannya sampai tiga kali.
Betapa mulialah engkau, hai Elia, dengan segala mujizatmu, dan siapa boleh bermegah-megah bahwa sama dengan dikau?
Dalam olak angin berapi engkau diangkat, dalam kereta dengan kuda-kuda berapi.
Engkau tercantum dalam ancaman-ancaman tentang masa depan untuk meredakan kemurkaan sebelum meletus, dan mengembalikan hati bapa kepada anaknya serta memulihkan segala suku Yakub.
🎵 Mazmur Tanggapan
Mazmur 1:1-6
Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,
tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.
Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.
Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin.
sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.
BAIT PENGANTAR INJIL – Renungan Harian 12 Desember 2025
Reff. : Alleluya.
Ayat : Tuhan pasti datang. Sambutlah Dia! Dialah pangkal damai sejahtera.
✝️ Bacaan Injil
Matius 11:16-19
Lalu murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: “Kalau demikian mengapa ahli-ahli Taurat berkata bahwa Elia harus datang dahulu?”
Jawab Yesus: “Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu
dan Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka.”
Pada waktu itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis.
💭 Renungan
Sumber: Ziarah Batin 2025, OBOR Indonesia
Keluhan Yesus yang kita baca dalam Injil hari ini menunjukkan bahwa banyak orang tidak merespons dengan tepat karya dan pesan yang dibawa, baik yang dibawa oleh Yohanes Pembaptis maupun yang dibawa oleh Yesus sendiri.
Yohanes Penmbaptis, yang hidup dalam kesederhanaan dan penyangkalan diri, dianggap kerasukan setan. Sementara Yesus, yang menghadiri pesta dan makan bersama pemungut cukai serta orang berdosa, dikritik sebagai pemabuk dan sahabat para pendosa.
Kita sering kali menolak pesan-pesan rohani yang tidak sesuai dengan harapan atau prakonsepsi kita. Padahal, kita sebenarnya diajak untuk merenungkan sikap hati terhadap pesan-pesan rohani tersebut. Kita cenderung menginginkan pesan yang tidak mengganggu zona nyaman kita atau yang sesuai dengan apa yang kita anggap benar.
Kita diundang untuk menyadari pentingnya keterbukaan dan kerendahan hati dalam menerima kebenaran. Kebenaran yang datang dari Tuhan sering kali menuntut kita untuk keluar dari zona nyaman dan menghadapi kenyataan diri kita yang sebenarnya, yang bisa saja jauh berbeda dari apa yang kita yakini atau kita harapkan.
🤖 Ringkasan & Refleksi (AI)
Bacaan pertama dari Kitab Yesaya menampilkan sosok nabi Elia yang diangkat sebagai simbol kekuatan dan keberanian dalam menyampaikan firman Tuhan. Elia, yang dikenal dengan mujizatnya, mengingatkan kita akan tanggung jawab untuk bersikap tegas dalam iman, meskipun sering kali ditolak oleh masyarakat. Dalam konteks ini, kita diajak untuk merenungkan bagaimana kita menerima pesan-pesan rohani yang mungkin bertentangan dengan harapan dan kenyamanan kita.
Mazmur yang kita baca menegaskan pentingnya hidup sesuai dengan Taurat Tuhan, sebagai jalan menuju kebahagiaan sejati. Orang yang merenungkan firman Tuhan diibaratkan seperti pohon yang berakar kuat, yang tak terpengaruh oleh badai kehidupan. Ini menggambarkan betapa pentingnya memiliki dasar spiritual yang kokoh dalam menghadapi tantangan zaman. Dengan demikian, kita diingatkan untuk membangun relasi yang lebih dalam dengan Tuhan melalui meditasi dan refleksi.
Dalam Injil Matius, Yesus menunjukkan bagaimana Yohanes Pembaptis dan diri-Nya sendiri sering kali diabaikan atau disalahpahami oleh orang banyak. Sikap ini mencerminkan kecenderungan kita untuk menolak kebenaran yang tidak sesuai dengan ekspektasi kita. Renungan ini mengajak kita untuk membongkar prasangka dan sikap defensif, serta membuka hati untuk menerima pesan Allah yang mungkin mengganggu kenyamanan kita. Dengan kerendahan hati dan keterbukaan, kita dapat menemukan kebenaran yang membebaskan dan mengubah hidup kita secara radikal.
🙏 Doa
Ibu, Bapak, dan Saudara-saudari terkasih, marilah kita menutup permenungan ini dengan hati yang perlahan ditenangkan. Semoga Sabda hari ini membantu kita menyadari bagaimana seringnya kita menolak kebenaran hanya karena tidak sesuai dengan keinginan kita. Kiranya benih renungan ini tinggal dalam hati, membentuk sikap yang lebih terbuka dan rendah hati di hadapan Tuhan.
Ya Bapa, semoga kesediaan untuk belajar dari setiap cara Tuhan berbicara kiranya tumbuh dalam diri kami. Saat pesan rohani terasa menggelisahkan, kami berani melihatnya sebagai undangan untuk bertumbuh. Dalam kegelisahan itulah kiranya hati kami diperbarui dan semakin peka akan kehadiran-Mu.
Kami paham bahwa keterbukaan hati terhadap kebenaran sering kali membutuhkan keberanian. Di saat kami lebih ingin mempertahankan zona nyaman, mohonkan kerahiman-Mu agar kami mampu melihat apa yang sesungguhnya perlu diubah. Semoga kejujuran untuk menilai diri tidak membuat kami takut, tetapi justru menuntun pada pembaruan.
Semoga kerendahan hati yang dibutuhkan untuk menerima teguran kiranya semakin mengakar dalam hidup kami. Ketika pesan-Mu datang melalui cara yang tidak kami duga—melalui orang sederhana, situasi sulit, atau suara batin—semoga kami tidak menolaknya. Dalam setiap sapaan, biarlah kami semakin dekat dengan kebenaran-Mu yang membebaskan. Amin.
Ya Tuhan, berilah kami keterbukaan hati untuk menanggapi pesan dan undangan-Mu, teristimewa ketika segala kenyamanan dan kesenangan membuat kami terlena dan enggan berubah. Amin.
Artikel Lainnya
-
Renungan 9 Desember 2025, Kasih yang Mencari dan Menemukan
7 menit bacaan -
Renungan 8 Desember 2025, Kesiapan Hati dalam Rencana Tuhan
11 menit bacaan -
Renungan 6 Desember 2025, Menjadi Gembala bagi Sesama
7 menit bacaan -
Renungan 4 Desember 2025, Fondasi Iman yang Kokoh
7 menit bacaan -
Renungan 3 Desember 2025, Menjadi Saksi Kristus di Dunia
7 menit bacaan