Tanggal: 31 Oktober 2025
📖 Bacaan Pertama
Rm. 9:1-5
Aku mengatakan kebenaran dalam Kristus, aku tidak berdusta. Suara hatiku turut bersaksi dalam Roh Kudus,
bahwa aku sangat berdukacita dan selalu bersedih hati.
Bahkan, aku mau terkutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani.
Sebab mereka adalah orang Israel, mereka telah diangkat menjadi anak, dan mereka telah menerima kemuliaan, dan perjanjian-perjanjian, dan hukum Taurat, dan ibadah, dan janji-janji.
Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!
🎵 Mazmur Tanggapan
Mazmur 147:12-13,14-15,19-20
Megahkanlah TUHAN, hai Yerusalem, pujilah Allahmu, hai Sion!
Sebab Ia meneguhkan palang pintu gerbangmu, dan memberkati anak-anakmu di antaramu.
Ia memberikan kesejahteraan kepada daerahmu dan mengenyangkan engkau dengan gandum yang terbaik.
Ia menyampaikan perintah-Nya ke bumi; dengan segera firman-Nya berlari.
Ia memberitakan firman-Nya kepada Yakub, ketetapan-ketetapan-Nya dan hukum-hukum-Nya kepada Israel.
Ia tidak berbuat demikian kepada segala bangsa, dan hukum-hukum-Nya tidak mereka kenal. Haleluya!
✝️ Bacaan Injil
Lukas 14:1-6
Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama.
Tiba-tiba datanglah seorang yang sakit busung air berdiri di hadapan-Nya.
Lalu Yesus berkata kepada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu, kata-Nya: “Diperbolehkankah menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?”
Mereka itu diam semuanya. Lalu Ia memegang tangan orang sakit itu dan menyembuhkannya dan menyuruhnya pergi.
Kemudian Ia berkata kepada mereka: “Siapakah di antara kamu yang tidak segera menarik ke luar anaknya atau lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur, meskipun pada hari Sabat?”
Mereka tidak sanggup membantah-Nya.
💭 Renungan
Sumber: Ziarah Batin 2025, OBOR Indonesia
Injil hari ini mengisahkan bahwa Tuhan Yesus menghadiri acara makan di rumah seorang pemimpin kaum Farisi. Hari itu adalah hari Sabat dan seturut tradisi, mereka berkumpul untuk makan, minum, dan memuji Allah Yang Maha Tinggi.
Cerita menjadi menarik ketika ada seorang yang sakit busung air datang dan berdiri di hadapan Yesus. Tentu ini suatu keadaan yang tidak diharapkan karena saat itu sedang dalam suasana perjamuan. Aturan hari Sabat juga tidak memperbolehkan untuk melakukan pekerjaan, termasuk menyembuhkan orang sakit.
Dalam situasi seperti itu, didorong oleh rasa belas kasihan, Yesus memilih untuk memerhatikan orang yang sedang sakit dan membutuhkan bantuan. Lalu, la menyembuhkan orang sakit itu dan menyuruhnya pergi.
Yesus menantang mereka dengan sebuah pertanyaan, “Siapakah di antara kalian yang kalau anak atau lembunya terperosok ke dalam sumur pada hari Sabat, tidak segera menariknya ke luar?”
Melalui peristiwa ini, Yesus menunjukkan kepada kita bahwa orang beriman memang memuliakan Allah dengan berdoa dan merenungkan Sabda. Namun, itu saja tidak cukup.
Sebagai orang beriman, kita perlu dan harus menghayati firman Tuhan itu dalam praktik hidup, dalam perbuatan dan tindakan kita. Salah satunya, sebagaimana dilakukan oleh Yesus, yaitu menolong sesama yang sedang sakit dan membutuhkan pertolongan.
🤖 Ringkasan & Refleksi (AI)
Bacaan pertama dari Surat Paulus kepada Jemaat di Roma menekankan betapa besar cinta dan kepedulian Paulus terhadap kaum sebangsanya, orang-orang Israel. Ia mencurahkan perasaannya yang mendalam, bahkan rela terpisah dari Kristus demi keselamatan mereka. Ini menunjukkan bahwa iman sejati tidak hanya berpusat pada diri sendiri, tetapi juga pada pengorbanan demi orang lain. Dengan melihat konteks ini, kita diingatkan akan pentingnya komunitas dan tanggung jawab kita terhadap sesama sebagai bagian dari iman kita.
Dalam bacaan Injil, kita melihat Yesus yang berani melanggar norma-norma tradisional untuk menyembuhkan seorang yang sakit pada hari Sabat. Tindakan-Nya adalah pernyataan kuat bahwa belas kasih dan cinta kepada sesama adalah lebih penting daripada ritual dan aturan yang kaku. Pertanyaan yang Ia ajukan kepada para Farisi menggugah kita untuk merenungkan prioritas dalam hidup kita; apakah kita lebih terikat pada tradisi atau lebih peka terhadap kebutuhan orang lain? Yesus mengajarkan bahwa kedalaman iman kita harus terlihat dalam tindakan nyata, bukan hanya dalam kata-kata.
Melalui pengajaran dan teladan Yesus, kita diajak untuk memperhatikan orang-orang di sekitar kita yang menderita atau membutuhkan bantuan. Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita terjebak dalam rutinitas dan aturan yang dapat membuat kita acuh tak acuh terhadap kesulitan orang lain. Namun, panggilan kita sebagai orang beriman adalah untuk membangun dunia yang lebih penuh kasih, dengan menolong sesama kita. Yesus mengajak kita untuk tidak hanya berdoa, tetapi juga bertindak sebagai agen kasih dan pengharapan, mewujudkan iman kita dalam setiap aspek kehidupan.
🙏 Doa
Ibu, Bapak, dan Saudara-saudari terkasih, marilah kita menutup permenungan hari ini dengan hati yang terbuka pada panggilan kasih Kristus. Semoga setiap doa dan ibadah yang kita lakukan tidak berhenti pada kata-kata, tetapi berbuah nyata dalam tindakan kasih dan kepedulian kepada sesama yang membutuhkan.
Bapa yang penuh belas kasih, tanamkanlah dalam hati kami semangat untuk mencintai seperti Yesus mencintai. Ketika kami berhadapan dengan penderitaan sesama, jangan biarkan kami menutup mata atau mencari alasan untuk menghindar, tetapi doronglah kami untuk bertindak dengan hati yang lembut dan tangan yang terulur.
Dalam kesibukan dan rutinitas hidup, ajarlah kami untuk menempatkan kasih di atas segala aturan dan kepentingan pribadi. Kiranya setiap keputusan yang kami ambil mencerminkan kerinduan untuk menghadirkan damai dan kebaikan, terutama bagi mereka yang lemah dan tersisih.
Saat kami merasa lelah melayani dan berbuat baik, segarkanlah hati kami dengan kasih-Mu yang tak pernah habis. Jadikanlah hidup kami cermin dari belas kasih Kristus, sehingga melalui tindakan sederhana kami, nama-Mu senantiasa dimuliakan di bumi seperti di surga. Amin.
Allah Yang Maha Baik, kami sungguh mengalami dan merasakan betapa Engkau mengasihi kami. Bantulah kami untuk dapat menyalurkan berkat dan kasih-Mu kepada sesama, terutama kepada mereka yang lemah dan menderita. Amin.
Artikel Lainnya
-
6 menit bacaan
-
Renungan 6 November 2025, Kembali ke Pangkuan Kasih Tuhan
8 menit bacaan -
Mengutamakan Kasih dalam Kehidupan Sehari-hari
7 menit bacaan -
Menghadiri Perjamuan Ilahi dengan Sukacita
8 menit bacaan -
Kemuliaan Allah dalam Kedermawanan
6 menit bacaan -
Kematian dan Harapan Kebangkitan
10 menit bacaan -
Kebahagiaan dalam Kesulitan dan Persaudaraan
10 menit bacaan -
Kasih Allah yang Tak Terpisahkan
7 menit bacaan -
Berjuang Masuk Melalui Pintu Sempit
7 menit bacaan