LIVE DKC SELASA, 25 FEBRUARI 2025 PUKUL 19:00 WIB: MURID-MURIDNYA PROTES KEPADA LUTHER...!!!

Martinus Luther, seorang Imam Katolik, dengan kebrutalannya menyebabkan terpecah belahnya umat-umat Kristiani dan terjerumus ke dalam ajaran sesat. Anehnya, para pendeta Protestan, mengatakan bahwa reformasi bertujuan memurnikan ajaran Gereja. Pertanyaannya apakah Yesus Kristus mendirikan Gereja dalam Injil Matius 16:18 dengan ajaran-Nya tidak murnikah? Apakah ajaran apostolik tidak murnikah? Slogan reformasi ini tidak tepat, lebih tepatnya slogan ini disebut dengan Revolusi.

By Eric (Tim DKC)

26 menit bacaan

Share: X (Twitter) Facebook LinkedIn Whatsapp Telegram

LIVE DKC SELASA, 25 FEBRUARI 2025 PUKUL 19:00 WIB: MURID-MURIDNYA PROTES KEPADA LUTHER…!!!

Prolog

Martinus Luther, seorang Imam Katolik, dengan kebrutalannya menyebabkan terpecah belahnya umat-umat Kristiani dan terjerumus ke dalam ajaran sesat. Anehnya, para pendeta Protestan, mengatakan bahwa reformasi bertujuan memurnikan ajaran Gereja. Pertanyaannya apakah Yesus Kristus mendirikan Gereja dalam Injil Matius 16:18 dengan ajaran-Nya tidak murnikah? Apakah ajaran apostolik tidak murnikah? Slogan reformasi ini tidak tepat, lebih tepatnya slogan ini disebut dengan Revolusi.

Tayangan Video Para Pendeta Protestan

  • Ezra Soru tentang Reformasi – tidak memiliki hubungan dengan Amanat Agung tapi lebih kepada pemurnian Gereja,
  • Video lainnya tentang pendeta-pendeta Protestan yang saling berebutan lahan dan menyerang satu sama lain,
  • Pdt. Stephen Thong tentang Uang Haram Tidak Layak Dipersembahkan Kepada Tuhan,
  • Video pendeta Protestan lainnya tentang ”Pendeta Mau Sesalah Apapun, Kita Harus Diam”, dimana ada banyak Gereja diserang orang-orang yang dipakai setan memecah belah Gereja,
  • Video pendeta-pendeta perampok/ baku tuduh gara-gara surat perpuluhan.

Murid-murid Luther

  • Philip Melancthon – tangan kanan Luther dan murid yang paling dikasihi, seorang Jerman, lahir di Britten, di Palatinate, dari keluarga yang sangat miskin, pada tahun 1497. Dia adalah orang yang sangat terpelajar, dan pada usia 24 tahun, diangkat menjadi salah satu profesor Wittemberg oleh Duke of Saxony. Di sana, dia diilhami oleh opini-opini Lutheran, tetapi karena dia adalah orang yang sangat lembut, dan sangat menentang perselisihan; sehingga dia tidak pernah berkata kasar menentang siapa pun, dia sangat ingin mewujudkan persatuan antara semua agama di Jerman; dan untuk hal tersebut, dia memperhalus doktrin-doktrin keras Luther pada banyak poin. Seringkali, seperti tulisan kepada teman-temannya, seperti Bossuet, dalam bukunya History of the Variation, dia mengeluh bahwa Luther bertindak terlalu jauh. Dia adalah orang yang sangat jenius, tetapi ragu-ragu dalam pendapatnya, dan sangat tidak peduli sehingga murid-muridnya membentuk diri menjadi sekte yang disebut Indiferentialits, atau Adiaphorists. Pengakuan Augsburg yang terkenal disusun olehnya di Diet, dan karena itu para pengikutnya kadang-kadang disebut Confessionist.

Dia membagi Pengakuannya menjadi 21 artikel, dan menyatakan pendapatnya dengan moderasi seperti itu. Luther, mengeluh bahwa Phillip, dalam usahanya untuk memuluskan ajarannya, malah menghancurkannya. Ia mengakui kebebasan kehendak manusia, menolak pendapat Luther, bahwa Allah adalah pencipta dosa, dan menyetujui Misa. Semua poin ini bertentangan dengan sistem Luther. Dia akhirnya sangat lelah dengan keadaan yang terus berlanjut di antara para Reformator, bahwa dia bermaksud untuk meninggalkan mereka sama sekali, dan pensiun ke Polandia, sambil menunggu keputusan Konsili, apapun hasilnya. Pendapatnya sangat bimbang tentang masalah Iman; dengan demikian, katanya, manusia dapat dibenarkan oleh iman saja, Osiander, yang merupakan saingannya berkata dia berubah pikiran empat belas kali pada subjek yang satu ini. Dia dipilih untuk mengatur perjanjian damai dengan para Sacramentarian, tetapi terlepas dari semuanya, usahanya tidak pernah bisa berhasil. Dia meninggal di Wittemberg sekitar tahun 1556, pada usia 61 tahun. Banyak penulis menceritakan bahwa ketika berada di ambang kematian, ibunya berkata kepadanya: “Putraku, aku adalah seorang Katolik; kamu telah membuatku meninggalkan iman itu; Anda sekarang akan muncul di hadapan Tuhan, dan beri tahu saya dengan sungguh-sungguh, Saya menagih Anda, mana yang lebih baik Iman, Katolik atau Lutheran?” Dia menjawab: “Lutheran adalah agama yang lebih mudah, tetapi Katolik lebih aman untuk keselamatan.” Sejarawan Berti menceritakan bahwa dia sendiri yang menyusun prasastinya sendiri, sebagai berikut: “Iste brevis tumulus miseri tenet ossa Philippi, Qui qualis fuerit nescio, talis erat.”

Hal itu bukanlah kata-kata Iman, dan menyiratkan bahwa dia meragukan keselamatannya yang abadi.

  • Matthias Flaccus Uiricus – lahir di Albona di Istria, juga belajar di Wittemberg. Di bawah Luther, dia menjadi Ketua Lutheran yang Kaku. Dia adalah kepala penyusun Centuries of Magdeburg, an Ecclesiastical History, yang diterbitkan pada tahun 1560, dan untuk menentang Kardinal Baronius. Flaccus meninggal di Frankfort, pada tahun 1575, pada usia lima puluh lima tahun. Dia tidak setuju dalam banyak hal dengan Luther. Flaccus, mengatakan bahwa dosa asal adalah substansi manusia itu sendiri, yang merampas kehendak bebasnya, dan setiap gerakannya, mendorongnya pada kejahatan. Hanya yang beriman pada Yesus Kristus yang dapat menyelamatkannya. Karena itu, dia membantah perlunya perbuatan baik untuk keselamatan, dan para pengikutnya disebut Substansialis.
  • John Agricola – rekan Luther yang berasal dari kota yang sama, dan menjadi muridnya untuk sementara waktu, tetapi kemudian menjadi pendiri sekte yang disebut Antinomian, atau Penentang Hukum, karena dia menolak semua otoritas hukum. Dan dia mengajarkan bahwa Anda dapat menjadi seorang sensualis, pencuri, perampok, tetapi jika Anda percaya, anda akan diselamatkan. Luther membawa masalah kesalahan Agricola ke hadapan Universitas Wittemberg, tetapi setelah kematian Luther dia pergi ke Berlin, dan mulai lagi mengajarkan hujatannya. Dia meninggal di kota itu, tanpa tanda pertobatan, pada usia 74 tahun. Antinomian dianggap tidak percaya pada Tuhan maupun iblis.
  • Andrew Osiander – putra seorang pandai besi di Mark of Brandenburg. Dia mengajarkan bahwa Kristus adalah pembenar bagi umat manusia, bukan menurut kodrat manusia, tetapi menurut kodrat Ilahi. Dia mempunyai lawan yaitu Francis Stancaro dari Mantua, yang mengajarkan bahwa Kristus menyelamatkan manusia dengan kodrat manusia, bukan dengan Yang Ilahi. Jadi Osiander mengajarkan bidat Eutyches, dan Stancaro dari Nestorius. Andrew Miisculus dari Lorraine, menentang Osiander dan Stancaro, tetapi sama juga bid’ah, karena dia mengajarkan bahwa sifat Ilahi Kristus, serta kodrat manusia mati di kayu Salib. Pada masa itu gereja-gereja baru setiap hari terbentuk di setiap sudut di Jerman, dan berkembang cepat, dan bahwa 200 sekte pernah ada di antara para Reformator. Tidak heran Duke George dari Saxony mengatakan kepada orang-orang dari Wittemberg, tidak tahu hari ini seperti apa iman mereka besok.
  • John Brenzius – seorang Suabian dan juga dari Wittemberg. Sudah menjadi imam, ketika dia menjadi murid Luther, dan meniru semangatnya dalam mengambil seorang istri. Dia mengajarkan bahwa nafsu yang tersisa di dalam jiwa setelah pembaptisan adalah dosa, bertentangan dengan Konsili Trente, yang menyatakan bahwa Gereja Katolik tidak pernah menyebut bahwa nafsu harus disebut dosa, tetapi memang akar dari dosa, dan kecenderungan berbuat dosa. Dia juga mengatakan bahwa tubuh Kristus, oleh persatuan pribadi dengan Sabda, ada di mana-mana, dan akibatnya, bahwa Yesus Kristus ada dalam Hosti sebelum konsekrasi; dan, menjelaskan kata-kata, “Ini tubuhku,” katanya yang menunjukkan tubuh Kristus sudah hadir. Oleh karena itu sekte yang mengakuinya sebagai ketua mereka, disebut Ubiquist.
  • Caspar Schwenkfeldt – seorang bangsawan Silesia, dan seorang terpelajar. Kemudian, sementara Luther menyerang Gereja Katholik, dia juga ikut melawannya, tetapi menyerang kaum Lutheran juga. Caspar berkata Kita seharusnya tidak perhatikan Kitab Suci, karena itu bukan firman Tuhan, hanya surat atau tulisan biasa. Oleh karena itu, seharusnya hanya mematuhi ilham pribadi dari Roh Kudus; dia mengutuk khotbah dan kuliah spiritual, karena, dalam Injil St. Matius, kita diberitahu bahwa kita hanya memiliki satu Tuhan, dan dia ada di surga. Dia mengajarkan pada saat yang sama kesalahan Manicheans, Sabellius, Photius, dan juga Zuinglius, menyangkal Kehadiran Nyata Kristus di Ekaristi. Dia memiliki lebih banyak pengikut di beberapa bagian Jerman dan Swiss daripada bidat agung (Luther) itu sendiri. Dia mengirim utusan kepada Luther, dengan tulisan-tulisannya, memohon kepadanya untuk mengoreksi tulisan-tulisan itu; tetapi Luther melihat bahwa tulisan-tulisan itu dipenuhi dengan ajaran sesat yang menjijikkan. Luther memberikan jawaban kembali sebagai berikut: “Semoga semangat Anda, dan semua orang yg berpartisipasi dengan Sacramentarian dan Eutychians, jatuh ke dalam kebinasaan”. Setelah kematian Luther, sekte ini agak meningkat; tetapi di sebuah sinode, yg diadakan di Naumburg, oleh Bucer, Melancthon, dan beberapa lainnya pada tahun 1554, semua karya Caspar dikutuk.
  • Martin Chemnitz – adalah putra seroang tukang wol, di Mark of Brandenburg, lahir pada tahun 1522, dan mengikuti bisnis ayahnya sampai usia empat belas tahun, ketika dia memulai studinya di Wittemberg. Profesor Teologinya adalah Melancthon, yang sangat puas dengan kemajuan yang dia buat, sehingga dia memanggilnya Pangeran Teolog Protestan. Dia mengajar Teologi di Brunswick, selama tiga puluh tahun, dan meninggal pada tahun 1586, di usia keenam puluh empat tahun. Chemnitz bekerja keras bersama Bucer, untuk menghasilkan kesepakatan antara Lutheran dan Sacramentarian, tetapi hasilnya tidak berpengaruh. Dia menerbitkan banyak karya, tapi yang utama adalah “Examen Con. Tridentini” di mana dia berusaha untuk mengganggu keputusan Konsili. Dia tidak mengakui setiap kitab dalam Kitab Suci sebagai kanonis, tetapi hanya yang disetujui oleh semua Gereja, bukan yang disetujui oleh Konsili saja. Dia memuji teks Yunani dan Ibrani, dan menolak Vulgata dimanapun itu; dia menolak tradisi, tapi percaya dalam kehendak bebas, dan berpikir bahwa, dengan bantuan rahmat bisa mencapai sesuatu yang baik. Dia berkata bahwa manusia dibenarkan oleh Iman sendiri, melalui media mana jasa Kristus diterapkan baginya, dan bahwa perbuatan baik diperlukan untuk keselamatan, tapi tetap saja tidak memiliki kelebihan. Pembaptisan dan Ekaristi, katanya, sudah sepatutnya satu-satunya sakramen – selebihnya hanyalah ritus saleh; dan pada Ekaristi dia menolak baik Transsubstansiasi (Katolik), dan Impanasi (Lutheran), tetapi tidak memutuskan apakah tubuh Kristus benar-benar hadir dalam roti dan anggur; dia hanya mengatakan itu bukan kehadiran nyata, bahwa Kristus hadir terpisah dalam penggunaan Komuni. Dia mengakui bahwa Misa dapat disebut pengorbanan, tetapi bukan pengorbanan sejati, hanya di bawah denominasi umum dari pekerjaan yang baik. Tidak perlu berbicara tentang sakramen Tobat, untuk mengakui segala dosa kita, tetapi Dia mengizinkan absolusi Minister, meskipun bukan berasal dari Minister itu sendiri, tetapi dari Kristus, melalui janjinya. Api penyucian, menurutnya, tidak dapat dibuktikan dari Kitab Suci. Kita harus menghormati orang-orang kudus, gambar mereka, dan peninggalannya, tetapi tidak memiliki bantuan untuk syafaat mereka, dan kita harus menghormati hari Minggu, tapi tidak acara lainnya.

Tayangan Video Andrey Thunggal dalam Channel Gereja 360 tentang Gereja Kehilangan Kaum Muda

Andrey mengatakan saat ini telah terjadi/ adanya error di dalam Gereja, juga di dalam pelayanan. Banyak kaum muda mengeluh tentang adanya banyak penyimpangan dalam Gereja, baik dalam aspek keuangan maupun ajaran. Andrey juga memberi contoh Gereja Methodist Abury United di Amerika yang ditutup, setelah 150 tahun berdiri, pada Desember 2024. Hal ini juga terjadi di Indonesia, karena itu kita patut kuatir tentang masa depan Gereja.

Anabaptist

Kaum Anabaptis juga merupakan sayap dari Lutheranisme. Ajaran utama dari bidat itu adalah, bahwa anak-anak tidak boleh dibaptis pada masa bayi, karena, tidak menggunakan akal. Mereka tidak mampu memiliki kepercayaan dan keselamatan sejati, menurut kata-kata Injil: “Siapa yang percaya, dan dibaptis, akan diselamatkan; dia yang tidak percaya akan dihukum” (Markus16:16); karenanya mereka disebut Anabaptis, karena mereka mengajarkan bahwa mereka yang dibaptis pada masa bayi harus dibaptis ulang. Lebih baik meninggalkan bayi tanpa baptisan daripada membaptis mereka ketika mereka tidak memiliki Iman mereka sendiri. Akan tetapi, orang-orang yang malang ini harus ingat, bahwa dalam teks Injil yang dikutip, yang dimaksud adalah orang dewasa yang dimaksudkan, yg mampu mampunyai Iman yang sebenarnya. Untuk bayi, yang belum mampu itu, menerima rahmat Sakramen melalui Iman Gereja di mana mereka dibaptis, sebagai penebusan dosa asal. Karena mereka harus menerima kasih karunia Yesus Kristus meski tanpa Iman sejati, seperti St Augustin menulis, karena mereka sakit dengan berat dosa orang lain, mereka disembuhkan oleh pengakuan orang lain, dan diselamatkan. Tuhan kita berkata dalam Matius19:14: “Jangan halangi anak-anak kecil datang kepadaku, karena yang seperti itu adalah kerajaan surga.” Oleh karena itu, anak-anak kecil dapat memperoleh kerajaan surga, demikian pula mereka dapat menerima baptisan, yang tanpa baptisan tidak seorang pun dapat masuk ke surga. Gereja telah menerimanya sebagai tradisi dari para Rasul, demikian kata Origen; untuk praktik membaptis bayi, St. Irenaeus, Tertullian, St Gregorius dari Nazianzen, St Ambrosius, St Siprianus, dan St Augustin, semuanya menjadi saksi praktik ini. Oleh karena itu, Konsili Trente, mencela orang-orang yang menyatakan bahwa orang-orang dibaptis sebelum mereka menggunakan akal budi harus dibaptis ulang, menggunakan kata-kata berikut ini: “Jika ada yang mengatakan bahwa anak-anak menerima baptisan tidak boleh terhitung di antara umat beriman, karena mereka tidak memiliki Iman sejati, dan karena itu ketika mereka datang tahun kebijaksanaan, bahwa mereka harus dibaptis ulang, atau itu lebih baik mengabaikan baptisan daripada membaptis dalam Iman Gereja sendirian mereka yang tidak memiliki Iman sejati, terkutuklah dia.” Kanon ini dengan sangat jelas mengutuk ajaran sesat Anabaptis dan Lutheran.

Pemimpin Anabaptis adalah Nicholas Stork, atau Storchius, juga kadang disebut juga Pelargus. Dia pada mulanya adalah seorang murid Luther, tetapi segera menjadi kepala bida’ah baru. Dia mulai khotbah tentang ajarannya pada tahun 1522, Dia mengatakan bahwa wahyu diturunkan kepadanya dari surga. Dia diusir dari Wittemberg, kemudian dia pergi ke Thuringia. Di situ, dia berkhotbah kepada banyak orang lain, seperti yang dinikmati semua orang secara universal kebebasan dari pengekangan, bahwa semua properti adalah milik bersama dan seharusnya demikian dibagi rata, dan bahwa semua uskup, hakim, dan pangeran yg menentang Gerejanya yg sejati (Stork) harus dihukum mati. Dia bergabung dengan Thomas Munzer, seorang imam pengikut Luther juga, yang menjalani kehidupan yg paling memalukan, dan membual sering mengalami ekstasi dan melakukan komunikasi luar biasa dari Dewa. Dia melecehkan Paus karena mengajarkan doktrin yang terlalu keras, dan juga mengecam Luther karena terlalu longgar. Dia dimana-mana mengecam Luther tentang moral dan perilaku. Munzer menuduhnya melakukan pesta pora dan bernafsu, dan mengatakan tidak mungkin untuk percaya bahwa Tuhan akan memanfaatkan orang jahat untuk mereformasi Gerejanya. Melalui pengaruh Luther, Munzer dan semua pengikutnya diusir dari Sachsen. Dia kemudian pergi ke Thuringia, dan mengkhotbahkan bidaah yang sama seperti Storchius, terutama di kota Munster. Munzer mengajari orang desa bahwa mereka seharusnya tidak mematuhi uskup atau pangeran. Dalam waktu singkat dia menjadi populer, Anabaptis menjadi besar, dan memimpin tiga ratus ribu petani bodoh. Menyebabkan mereka meninggalkan sekop mereka untuk beralih kepada pedang, dan menjanjikan bantuan dari Tuhan dalam pertempuran mereka (Perang Tani). Orang-orang malang yang tertipu ini pada awalnya melakukan banyak pengrusakan, tetapi ketika pasukan reguler melawan mereka, meskipun jumlah mereka sngat besar, mereka benar-benar dikalahkan, karena mereka tidak dilatih untuk menggunakan senjata. Mereka yang lolos dari pembantaian berbaris menuju Lorrain, dengan maksud untuk menghancurkan provinsi itu; tapi Count Claude of Guise, saudara Duke of Lorrain, membantai dua puluh ribu orang dari mereka dalam tiga kemenangan yang dia peroleh. Para petani miskin ini, ketika mereka diserang oleh pasukan, tampak sangat gila. Mereka tidak membela diri maupun melarikan diri, tetapi mulai menyanyikan himne populer, memohon bantuan dari Roh Kudus yang mereka harapkan untuk perlindungannya, menurut janji Munzer. Dan mereka pun akhirnya mati.

Sementara itu, ketika Munzer, dengan para pengikut Anabaptisnya, menghancurkan Thuringia, mereka dihadang oleh tentara yang diperintahkan oleh Duke George dari Saxony, yang menjanjikan mereka perdamaian jika mereka meletakkan senjata. Tetapi Munzer, memikirkan dirinya sendiri, merasa kalah jika kondisi tersebut diterima. Munzer mendorong mereka untuk menolak semua akomodasi, dan membunuh petugas yang membawa bendera gencatan senjata. Pengkhianatan ini membuat marah para prajurit, dan segera menyerang mereka; mereka membuat perlawanan yang kuat pada awalnya, diprovokasi oleh Munzer, yang memberi tahu mereka bahwa dia akan menangkap bola musuh dengan lengan bajunya, dan begitulah pengaruh janji ini terhadap mereka. Banyak dari mereka berdiri teguh di depan meriam pasukan tentara. Namun, hal tersebut tidak bertahan lama; sebagian besar melarikan diri, dan sisanya diambil sebagai tawanan. Munzer melarikan diri bersama yang lain. Dia bersembunyi di Franchausen, keberadaannya tidak diketahui dan berpura-pura sakit. Dia akhirnya ditemukan disana, ditangkap dan dihukum. bersama dengan Pfeifler. Sebuah Kanon Premonstratensian yang murtad diterbitkan, untuk memenggal kepalanya di Mulhausen. Perang ini berlangsung selama lima bulan, dan konon menelan nyawa 135,000 petani. Pfeifler meninggal sebagai bidah keras kepala. Mengenai kematian Munzer ada pendapat yang berbeda mengenai cara kematiannya. Beberapa mengatakan dia mati dengan keberanian terbesar & menantang para Hakim dan Pangeran, menyuruh mereka membaca Alkitab, “Itu Kata Tuhan” ; dan ini adalah kata-kata terakhirnya. Tapi pendapat yang lebih umum , bisa diandalkan sebagai fakta. Sebelum kematiannya dia menarik kembali kesalahannya, mengaku kepada seorang imam, menerima Viaticum, dan setelah mempersembahkan beberapa doa khusyuk, memberikan lehernya ke pedang algojo.

Kematian Munzer, dan pembantaian begitu banyak kaum tani, tidak mengakhiri sekte ini. Pada tahun 1534, hampir sembilan tahun setelah kematiannya, sejumlah orang di Westphalia memberontak melawan Pangeran mereka, dan merebut kota Munster. Ketika mereka mengadakan pemilihan sebagai pemimpin mereka, terpilihlah John dari Leyden, putra seorang penjahit Belanda. Tindakan pertamanya adalah mengusir uskup dan semua umat Katolik dari kota, dan kemudian berpura-pura mendapat wahyu dari surga, menyebabkan para pengikutnya menobatkannya sebagai Raja. Dia mengatakan bahwa dia terpilih oleh kehendak Tuhan sendiri, dan dia menyebut dirinya Rex Justitiae hujus Mundi; dia mendakwahkan poligami, dan sekaligus mempraktikkannya dengan menikahi enam belas istri. Pada saat yang sama; dia menolak Ekaristi, tetapi, duduk di meja, membagikan potongan-potongan roti kepada para pengikutnya, sambil berkata: “Ambil, dan makanlah, dan kamu akan mengumumkan kematian Tuhan.” Pada saat yang sama, sang Ratu, yaitu, salah satu istrinya, membagikan cawan, sambil berkata: “Minumlah, dan kamu akan mengumumkan kematian Tuhan.

Dia selanjutnya memilih dua puluh murid dan mengirim mereka sebagai Rasul Tuhan, untuk mengkhotbahkan doktrinnya, tetapi semua orang malang ini dibawa dan dihukum mati, bersama dengan dirinya sendiri, pada tahun 1535. Rahmat Tuhan diberikan kepada John dari Leyden; dia menunjukkan dirinya sebagai orang yang benar-benar menyesal, dan menanggung dengan kesabaran yang paling mengagumkan, kematian yang kejam dan siksaan yang menimpanya. Dia tiga kali disiksa dengan penjepit oleh dua algojo selama dua jam, dan dia menanggung semuanya tanpa teriakan. Dia mengatakan bahwa dia pantas mendapatkannya karena dosa-dosanya, dan memohon Rahmat Ilahi; teman-temannya mati karena keras kepala. Hermant berkata, bahwa sektenya telah menyebarkan akarnya ke banyak orang di kerajaan.

Kesalahan kaum Anabaptis:

  1. Anak-anak tidak boleh dibaptis, tetapi hanya orang dewasa yang mampu berakal,
  2. Bahwa tidak ada orang Kristen yang bisa menjadi hakim sipil,
  3. Tidak ada hukumnya bagi orang Kristen untuk bersumpah,
  4. Perang adalah haram bagi orang Kristen.

Kaum Anabaptis segera terpecah menjadi beberapa sekte—ada yang mengatakan empat belas, beberapa, bahkan tujuh puluh. Beberapa disebut orang Munzerit (dari Thomas Munzer); beberapa yang lebih suka kemiskinan sukarela, yaitu Huttites, dari John Hut; lainnya adalah Augustin, dari Augustin Boehem, yang mengajarkan bahwa tidak ada yang masuk surga karena surga tidak akan dibuka sampai setelah hari penghakiman. Lainnya adalah Buholdian dari John (Buhold) dari Leyden, – “yang mengkhotbahkan poligami dan berharap untuk menghancurkan semua orang jahat; beberapa Melchiorists dari Melchior Hoffman, yang mengajarkan bahwa Kristus hanya memiliki satu sifat, bahwa dia tidak lahir dari Maria, dan berbagai kesalahan lainnya. Beberapa disebut Mennonites, dari Mennon – pendapat-pendapat sesat tentang Tritunggal; beberapa Davidian, pengikut George, yang menyebut dirinya sendiri sebagai Daud Ketiga. Sang Mesias sejati, Anak Allah yg terkasih, lahir dari Roh, bukan dari daging, yang mengampuni dosa. Dia meninggal pada tahun 1556, dan berjanji akan bangkit kembali dlam tiga tahun. Selama tiga tahun kemudian, ternyata dia tidak bangkit. Senat Basle memerintahkan makamnya dibongkar dan jenazahnya dibakar bersama tulisannya. Sekte Klankularis, mereka menyangkal bukan anggota anabaptis; mereka tidak memiliki gereja, tetapi berkhotbah secara pribadi di rumah & kebun. The Demonists, mengatakan setan akan diselamatkan di akhir dunia. Orang Adamite muncul telanjang saat ibadah maupun di depan umum, mereka menegaskan untuk memulihkan kepolosan murni Adam. The Servetians, pengikut dari Michael Servetus, bergabung dengan kesalahan penghujatan Anabaptis terhadap Trinitas dan Yesus Kristus. The Condormientes, mengajarkan tidur bersama tanpa membedakan jenis kelamin, dan menyebut ketidak senonohan ini sebagai Amal Kristiani yang baru. Ejulants, atau Weepers, berkata bahwa di sana tidak ada pengabdian yang begitu menyenangkan bagi Tuhan selain tangisan dan ratapan.

Tayangan Video Louis Prasetyo tentang Isu Teologis Kaum LGBT yang Menjadi Pendeta di Broadway Methodist Church

Kalau kaum LGBT sudah memimpin kebaktian, Gereja mau jadi apa?

The Sacramentarians

Bapak dari para Sakramentarian adalah Andrew Carlostad yang juga pengikut Luther pada mulanya, Dia lahir di desa yang dia ambil sebagai namanya, di Franconia, Dia merupakan eks Diakon Agung dari gereja Wittemberg. Dia dikatakan sebagai orang yang paling terpelajar di Saxony, dan oleh karena itu, dia sangat disukai oleh para pengikut Frederick. Dialah yang mengakui Luther sebagai Doktor, dan setelah itu menjadi pengikut bid’ahnya. Akan tetapi, harga dirinya tidak mengizinkan dia untuk tetap menjadi murid Luther, dan dengan demikian dia menjadi kepala Sakramentarian, mengajar dan menentang Luther, bahwa Kristus tidak benar-benar hadir dalam Ekaristi, dan oleh karena itu, kata ini (ini tubuhku) tidak mengacu pada roti, tetapi untuk Kristus sendiri, yang akan mengorbankan tubuhnya bagi kita, seolah-olah dia berkata: “Inilah tubuhku yang ada di sekitarku untuk diserahkan untukmu.”

Kesalahan lain yang dia ajarkan bertentangan dengan Luther, adalah doktrin Ikonoklas, bahwa semua salib dan gambar orang suci harus dihancurkan. Dia menghapus Misa, menginjak-injak Hosti yg telah dikonsekrasi dan menghancurkan altar dan gambar orang kudus. Ketika hal ini sampai ke telinga Luther, dia tidak dapat lagi menahan diri, dan bahkan bertentangan dengan keinginan pendukungnya. Luther pergi ke Wittemberg, dan memulihkan altar dan gambar; tetapi tidak mampu meyakinkan Carlostad tentang kesalahannya,Luther mempengaruhi otoritas untuk menangkapnya, dan diusir dari wilayahnya bersama dengan wanita yang dinikahinya. Carlostad pergi ke Oilemond di Thuringla, dan di sana menulis risalah jahat, De Caena Domini, yang berisi pendapat sesatnya yang lengkap.

Sejarawan Berti mengatakan, suatu hari bahwa Luther datang ke kota ini. Dan Carlostad, sebagai balas dendam atas perlakuan yang dia terima dari Luther, menyebabkan dia (Luther) dilempari batu, dan pergi dari tempat itu. Mungkin berawal di sini, Bossuer memberi tahu kisah tentang perang antara Luther dan Carlostad. Pada tahun 1524, Luther berkhotbah di Jena, di hadapan Carlostad. Kemudian Carlostad mengunjunginya setelah khotbah, dan menyalahkannya atas Pendapat yang dia pegang tentang Kehadiran Nyata. Luther, dengan nada ejekan, mengatakan kepadanya bahwa dia akan memberinya florin emas jika dia mau menulis melawannya, dan mengeluarkan florin dan menyerahkannya kepada Carlostad, yg kemudian mengantonginya. Mereka kemudian minum bersama untuk saling mempertahankan argumen; dengan demikian perang dimulai. Doa perpisahan Carlostad untuk Luther adalah: “Bolehkah saya melihat Anda jatuh dari roda!” Dan dibalas oleh Luther “mungkin anda akan mematahkan leher Anda sendiri sebelum Anda keluar dari kota!” bergabunglah kembali dengan saya.

Terlepas dari semua yang telah berlalu, teman-teman Carlostad ikut campur tangan, dan akhirnya membujuk Luther untuk mengizinkannya kembali ke Wittemberg, tetapi dia menyetujui ini hanya dengan syarat Carlostad tidak menentang doktrinnya untuk masa depan. Carlostad, bagaimanapun, malu untuk tampil di Wittemberg dalam keadaan miskin, lebih memilih untuk tinggal di kota lain, walaupun juga menjadi sangat miskin, sehingga ia terpaksa menjadi kuli angkut, dan setelah itu beralih ke kerja lapangan bersama istrinya untuk bertahan hidup. Di sini kita dapat berkomentar, bahwa Carlostad adalah orang yang pertama dari semua imam reformator yang menikah. Di tahun 1525, dia menikahi seorang wanita muda dari keluarga baik-baik, dan dia menulis sakrilegi Misa, pada saat upacara perkawinan.

Akan tetapi, hukuman Allah yang adil selalu mengejar yang fasik, dan dengan demikian kita melihat Carlostad dan istrinya yang sebagai seorang wanita malu untuk mengemis, wajib mencari nafkah sendiri yang sedikit, yang tidak selalu dapat diperoleh, dengan bekerja sebagai buruh lapangan biasa. Beberapa waktu kemudian dia pergi ke Swiss, berharap mendapatkan penerimaan dari bidah negara itu, dimana doktrin tentang Sakramen dan Altar sama dengan miliknya. Tetapi Zuinglius atau Zuingle, yg tidak ingin memiliki pesaing, memberinya penerimaan sebagai pengkhotbah; dia kemudian pergi ke Basle, dan dia diangkat menjadi pengkhotbah. Kematian mendadak menimpanya di tengah-tengah dosa-dosanya. Dia terserang penyakit pitam, turun dari mimbar, setelah mendeklarasikan menentang Kehadiran Nyata Ekaristi, dan jatuh mati. Diceritakan juga saat itu, bahwa ketika dia sedang berkhotbah, seorang pria dengan wajah ketakutan muncul di hadapannya, dan segera salah satu anaknya berlari kepadanya mengatakan kepadanya bahwa dia telah melihat penglihatan, dan berkata kepadanya: “Katakan padanya bahwa dalam tiga hari aku akan mencabut nyawanya, menghancurkan kepalanya.” Yang diketahui secara pasti adalah bahwa dia meninggal mendadak, tanpa tanda-tanda pertobatan.[1]

  1. History of Heresies, and Their Refutation; or, The Triumph of the Church, translated from the Italian of St. Alphonsus M. Liguori.
Tags: Bidat
Share: X (Twitter) Facebook LinkedIn Whatsapp Telegram

Artikel Lainnya