LIVE DKC SENIN, 27 JANUARI 2025 PUKUL 19:00 WIB: TANGGAPAN TERHADAP KEBANYAKAN OKNUM PROTESTAN YANG MENENTANG KEBERADAAN ST. PETRUS DI ROMA
Beberapa Keberatan Utama Protestan
- Mereka menganggap kata ”Babilon” tidak sama dengan Roma. Bukti sejarah menunjukkan pada abad-abad awal Gereja awal menggunakan kata figuratif Babilon untuk menggambarkan Koata Roma. Pemahaman ini tidak pernah dibahas sampai masa munculnya reformasi.
Allan Sibbs, komentator Protestan, mengatakan ”Hanya pada dan sejak reformasi, beberapa orang mulai condong menganggap kata Babilon di 1 Petrus 5:13 secara literal menunjuk kepada Babilon di Mesopotamia atau stasi militer yang bernama Babilon di Mesir (The First Espistle General to Peter, Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Michigan: Eerdmans, 1959), hal. 176).
- Mereka menganggap Rasul Petrus tidak pernah ke kota Roma. Oscar Cullamn, seorang Teolog Lutheran, mengatakan ”Pertanyaan (bahwa Rasul Petrus pernah tinggal di Roma) pertama kali dikirim di zaman abad pertengahan, (yaitu) kaum Waldensian yang memegang bahwa Alkitab hanya satu-satunya pegangan…” (Oscar Cullmann, Peter: Murid, Rasul, Martir, terjemahan Floyd V. Filson (Philadelphia: Westminster Press, 1953), hal. 71). Bagi kaum Waldensian (dipimpin oleh Peter Valdes dari Lyon, 1205-1218 M) dan mereka yang sepaham dengan mereka pada zaman reformasi sekitar tiga abad setelahnya (1519-1520), penekanannya adalah karena Kitab Suci tidak secara eksplisit mengatakan demikian.
Komentar Tokoh-tokoh Protestan dan Bagaimana Kita Menanggapinya
- Martin Luther (1483-1546 M)
”Ia sebenarnya menyimpulkan Babilon dalam 1 Petrus 5:13 mengacu ke Roma namun memberikan kebebasan kepada setiap orang untuk menafsirkan ayat ini sesuai dengan yang dipilihnya ini karena tidak penting” (The Catholic Epistles, dalam Luther’s Works, ed. Jaroslav Pelikan (St. Louis, Mo.: Concordia Pub., 1967) 30:144).
Tanggapan Kita Umat Katolik:
Keberadaan Petrus di Roma adalah sesuatu yang penting untuk membuktikan kepemimpinan Petrus pada Gereja awal. Layak dimaklumi adalah menyerahkan kepada setiap pribadi menafsirkan ayat ini tanpa mengindahkan bukti sejarah yang dengan jelas menyatakan fakta bahwa memang Petrus pernah berada di Roma.
- Yohanes Calvin (1509-1564 M)
Komentarnya terhadap 1 Petrus 5:13: ”Banyak dari para komentator kuno berpikir bahwa Roma disimbolkan dengan Babilon, para Papist (pengikut Paus) dengan gembira memegang komentar ini sehingga Petrus tampaknya sudah menjadi Kepala Gereja Roma. Karakter yang buruk pada nama ini tidak menghalangi mereka untuk menjamin mereka dapat mengklaim gelar tersebut, tidak juga mereka mempunyai perhatian besar bagi Kristus, asalkan Petrus ditinggalkan bagi mereka. Asalkan mereka dapat mempertahankan kursi Petrus, mereka tidak akan menolak menempatkan Roma di daerah yang berhubungan dengan neraka (wilayah infernal). Tetapi komentar kuno ini tidak mempunyai kebenaran, tidak juga saya lihat ini disetujui Eusebius dan orang lain, kecuali bahwa mereka sudah disesatkan oleh kesalahan bahwa Petrus sudah pernah ke Roma… adalah mungkin Petrus ada di Babilon, sesuai dengan panggilannya, karena kita mengetahui ia ditunjuk menjadi rasul terutama bagi orang-orang Yahudi. Oleh karena itu, ia mengunjungi bagian terutama dunia yang terdapat sejumlah besar bangsa Yahudi (Calvin, seorang Bapa Teolog Reformasi, seperti dikutip oleh Stephen Ray, Upon the Rock, (San Fransisco, Ignatius, 1999), hal. 98-99).
Tanggapan Kita Umat Katolik:
Tanggapan diatas sepertinya mau mengatakan semua orang sampai abad ke-15 telah ”tertipu”, seolah-olah tidak ada yang mengerti fakta sebenarnya, dan bahwa Calvin-lah yang mengetahui kebenaran tentang Petrus. Calvin tidak menyadari banyaknya bukti kehadiran Petrus di Roma. Mungkin ini disebabkan banyak teks-teks kuno para Bapa Gereja dan sejarawan baru yang dapat diketahui dan diterjemahkan di abad-abad terakhir ini. Pertanyaannya apakah semua penulis abad awal ini menuliskan sesuatu yang salah tentang keberadaan Petrus di Roma? Jika memang salah mengapa tidak ada yang menentang pernyataan tersebut? Mengapa bahkan sekte sesat/ bidaah tidak ada yang menuliskan protes tentang kepemimpinan Petrus di Roma? Mengapa tidak ada kota lain yang mengklaim tulang-tulang Petrus?
Cukup menarik Calvin tidak memberikan bukti keberadaan Petrus di Roma, hanya memberikan alasan sudah selayaknya Petrus berkhotbah kepada bangsa Yahudi, mengingat tugas utamanya adalah itu, dan karenanya tidak mungkin ke Roma. Alasan ini tidak tepat karena ahli sejarah Paul Johnson mengatakan bahwa diaspora (penyebaran bangsa Yahudi) terjadi sangat cepat di abad pertama. Strabo, seorang ahli geografi Roma (60 SM-21 M) mengatakan ”bangsa Yahudi adalah sebuah kekuatan bagi seluruh dunia yang berpenghuni, mereka telah ada di Roma selama 200 tahun dan telah membentuk suatu koloni substansial di sana; dan dari Roma mereka menyebar ke seluruh kota di Italia, ke Gaul dan Spanyol dan menyebar ke laut barat laut Afrika” (Paul Johnson, Sejarah Orang Yahudi (New York: Harper & Row, 1987) hal. 132).
Faktanya pengaruh Yahudi sangat kuat di Roma sehingga Suetonius mengatakan ”karena orang-orang Yahudi terus membuat gangguan atas pengaruh ”Chrestus”, Claudius (41-57 M) mengusir orang-orang Yahudi ini dari Roma” (Eerdman’s Handbook to the History od Chistianity, ed. Tim Doley (Grand Rapids, Michigans: Eerdmans, 1977) hal. 53). Para ahli sejarah berspekulasi sekitar tahun 49 M terjadilah pengusiran orang-orang Yahudi tersebut dimana para penguasa Roma saat itu mengira Petrus adalah “Chrestus” yang membangun agama Kristen (lih. Kisah Para Rasul 18:12).
Selanjutnya Peter Davids, ahli Kitab Suci Protestan mengkoreksi Calvin, dengan mengatakan ”Secara natural memang mungkin saja ”Babilon” dapat berarti kota Babilon di Mesopotamia, namun pada masa pemerintahan Claudius, komunitas Yahudi sudah meninggalkan Babilon menuju ke Selucia (Josephus, Antiquities of the Jews 18.9.8-9), dan itu kurang lebih waktu yang sama saat Petrus meninggalkan Yerusalem setelah pemahaman yang diadakan atas perintah Kaisar Herodes Agrippa I. selanjutnya Babilon mulai punah/ menurun secara umum pada abad pertama sehingga pada tahun 115 M bangsa Trajan menemuinya sebagai kota hantu. (Dio Cassius, Roman History 68.30). Akhirnya tidak ada tradisi Siria mengatakan Rasul Petrus pernah melakukan/ tinggal di Mesopotamia, dan kemungkinan besar Petrus tidak ada di Babilon pada saat yang sama dengan Silwanus (yang diketahui melakukan perjalanan ke Asia kecil dan Yunani bersama Paulus). Ini menyebabkan Roma sebagai satu-satunya kemungkinan, bahwa Roma disebut sebagai Babilon telah dikenal oleh sumber-sumber kalangan Yahudi dan Kristen (Peter Dabids, The Epistle of Peter, The New International Commentary on The New Testament (Grand Rapids, Michigan: Eerdmans, 1990), hal. 202).
- Lorraine Boettner (1901-1990 M)
Karl Keating, apologist Katolik, menulis “Katolik Roma disebut sebagai ”Kitab Suci” dari gerakan anti Katolik diantara kaum fundamentalis. Di buku ini posisi anti Katolik muncul dengan panjang lebar, Roman Catholicism ini layak dicermati, karena kredibilitas gerakan anti Katolik bergantung pada kredisibilitas buku ini” (Karl Keating, Catholicism and Fundamentalism (San Francisco: Ignatius Press, 1988, hal. 28).
Boettner mengatakan ”Menurut Tradisi Katolik Roma, Petrus adalah uskup pertama di Roma, masa pontifikatnya selama 25 tahun dari tahun 42-67 M, dan ia dibunuh sebagai martir pada tahun 67 M (Gereja Katolik tidak pernah mengeluarkan pernyataan definitif dan infalibel tentang masa kronologis kepemimpinan Rasul Petrus). Boettner mengutip sumber dari Confraternity Bible, tentang 1 Petrus, namun data ini hanya dimaksudkan sebagai garis besar, interpretasi berdasarkan penyelidikan sejarah, dan bukan pernyataan resmi Gereja Katolik. Yang diajarkan Gereja Katolik adalah bahwa Yesus mempercayakan kepemimpinan kepada Rasul Petrus sebagai ”Batu Karang” Gereja (lih. KGK 881), dan Paus, yaitu Uskup Roma sebagai penerusnya, yang merupakan sumber dan landasan yang berkelanjutan dan tampak bagi kesatuan antara semua uskup dan umat beriman (lih. KGK 882). Herannya Kitab Perjanjian Baru tidak mengatakan apa-apa tentang kepemimpinan Petrus sebagai uskup. Kata Roma disebutkan sembilan kali dalam Kitab Suci dan tidak pernah disebutkan Petrus berkaitan dengannya. Tidak ada bukti di Kitab PB atau bukti sejarah apapun mengatakan bahwa Petrus berada di Roma, semuanya hanyalah legenda. Tidak ada alasan mengatakan bahwa ”Babilon” berarti ”Roma” (Lorraine Boettner, Katolik Roma, (Philadephia: Prebysterian and Reformed Pub., 1962) hal. 117, 120).
Tanggapan Kita Umat Katolik:
Selayakanya kita bertanya bukti seperti apa lagi yang dikehendaki Boettner, karena bukti-bukti tersebut sudah sangatlah jelas. Apakah dia berasumsi semua ajaran Bapa Gereja pada abad awal adalah legenda? Jika iya, mengapa ia mempercayai doktrin Trinitas, Ke-Allah-an Yesus dan Kanon Kitab Suci yang ditetapkan Bapa Gereja di abad awal?
Meskipun Kisah Para Rasul menceritakan hal-hal yang terjadi dalam tiga dekade pertama setelah kenaikan Yesus ke surga, harus tetap diakui banyak hal-hal tidak sempat tertulis disana. Tahun-tahun Rasul Petrus tidak tertulis disana, sama seperti detail pelayanan para rasul lainnya. Para jemaat pertama mengetahui bahwa sumber kebenaran iman bukan saja dari ”Kitab Suci” semata karena belum mudah didapatkan pada saat itu. Mereka bertumbuh dalam iman melalui pengajaran lisan para rasul dan Bapa Gereja. Disini bukan tugas umat Katolik membuktikan keberadaan Rasul Petrus di Roma, karena bukti dan tulisan Bapa Gereja sudah begitu jelas membuktikannya. Seharusnya mereka menentangnya dengan memberikan bukti/ sumber lainnya dan inilah yang tidak pernah ada.
Menarik untuk diamati bahwa seperti halnya Calvin, Boettner juga tidak menyertakan sumber/ tradisi mana yang mendukung keyakinannya. Ia hanya menyatakannya untuk mendukung paham Fundamentalis, dan menutup mata terhadap seluruh bukti yang menunjukkan sebaliknya.
- Harry A. Ironside (wafat 1951 M) dan Jimmy Swaggart (1935 M)
Ironside, pendeta dari Moody Memorial Church, dan Swaggart, seorang pengarang dan tele-evangelist. Keduanya penulis dan pengkhotbah yang menentang keberadaan Petrus di Roma. Swaggart mengatakan ”Petrus mungkin pernah/ mengunjungi Roma tetapi tidak ada bukti Alkitabiah untuk mengkonfirmasinya (Mengacu kepada Surat Rasul Paulus kepada Umat di Roma) karena Petrus tidak disebutkan disini oleh Paulus, dapat disimpulkan dengan pasti bahwa ia tidak berada di sana saat itu! Ini tentu adalah landasan jalur apostolik dari uskup Roma, jika Petrus berada di Roma sebagai uskup (seperti diklaim Gereja Roma), ia akan disapa pertama kali oleh Paulus. Oleh karenanya buang-buang waktu menjelaskan teori yang tak berdasar ini…!” (Jimmy Swaggart, Katolik & Kristen (Baton Rouge, LA: Jimmy Swaggart Ministries, 1986) hal 23-24).
Tanggapan Kita Umat Katolik:
Baik Ironside maupun Swaggart hanya mendasarkan pencampuran dari apa yang tertulis di Kitab Suci saja, tanpa memperhatikan bukti-bukti sejarah lainnya yang menunjukkan dengan sangat kuat tentang keberadaan Petrus di Roma. Mereka, seperti tokoh Protestan lainnya, hanya menganut paham ”silent in scripture” tanpa memberikan bukti/ sumber lain mendukung pandangan mereka. Dengan demikian mereka hanya mengutarakan atas dasar pandangan pribadi dan mengabaikan fakta sejarah umat Kristen.
Mengapa Petrus Tidak Disebutkan dalam Surat Kepada Jemaat di Roma?
Kenyataan bahwa Petrus tidak disebutkan dalam Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma tidak menjadi bukti kuat bahwa Petrus tidak ada/ tidak pernah ke Roma. Terdapat beberapa kemungkinannya disini (Michael Grant, Saint Peter (New York: Scribner’s, 1995) hal. 147-151):
- Rasul Petrus melakukan perjalanan dengan sangat ekstensif pada saat itu
Dapat diperkirakan ia mengadakan perjalanan ke daerah-daerah lain dan menggunakan Roma sebagai ”home base” atau ia membantu Gereja dari tempat lain. Karena diberi tugas mengabarkan Injil kepada umat Yahudi, ia berkewajiban mengunjungi daerah-daerah lain dimana terdapat kaum diaspora Yahudi, dalam hal ini kemungkinan besar di Roma karena umat Yahudi banyak di sana. Roma, pusat kerajaan Romawi, juga merupakan pusat Gereja. Kita mengetahui dari surat Rasul Paulus bahwa Rasul Petrus melakukan perjalanan pewartaan Injil ditemani istrinya (lih. 1 Korintus 9:5).
- Juga, kemungkinan pada tahun 39 M, Rasul Petrus bersama dengan orang-orang Yahudi lainnya diusir keluar dari Roma oleh kaisar Claudius, dan hanya menyisakan sejumlah jemaat Kristen non-Yahudi. Kita mengetahui dari bukti sejarah terdapat kesalahpahaman di pihak kaisar Claudius bahwa terjadi duplikat disebabkan oleh seorang ”Chrestus”, kemungkinan mengacu pada Kristus, dimana Petrus adalah pemimpinnya, yang dianggap sebagai sekte Kristus Yahudi oleh pemimpin kerajaan Roma. Ini juga ditulis dalam Kisah Para Rasul 18:12 (lih. Suetonius, Kehidupan Claudius ”Dua Belas Kaisar” Bab 25 Bag. 4).
- Penganiayaan umat Kirsten adalah suatu realitas mengenaskan di abad pertama, dan pasti ada hukuman mati bagi uskup Roma (selama 250 tahun kaisar Romawi berusaha menghancurkan agama Kristen melalui ketidakhadirannya. Kebencian kaisar Roma seperti dikatakan oleh kaisar Decius adalah ”lebih baik menerima kabar saingan tahtaku daripada kabar adanya uskup Roma yang baru” (seperti dalam Christian History issue 27, ”Persecution in the Early Church” (1990, vol. IX, no. 3) hal. 22. Tak heran bahwa selama 200 tahun semua Paus, kecuali satu, wafat sebagai martir (lih. Fr. Frank Cachon dan Jim Burnham, Beginning Apologetics 1, Farmington, NM: San Juan Catholic Seminars, 1983-1998) hal. 17). Tak ada seorang Kristen pun ingin mengekspos Petrus atau pemimpin yang lain terhadap ancaman hukuman ini, membuat mereka menjadi sasaran kerajaan Roma. Oleh karenanya, bijaksana bagi Rasul Paulus tidak menyebutkan Rasul Petrus dalam suratnya yang dapat jatuh ke tangan penguasa Roma, sebab jika tidak, pendirian Gereja di Roma akan berantakan. Gereja “orang-orang Kristen saat itu sangat berhati-hati untuk tidak membiarkan gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan para uskup mereka diketahui pihak penguasa negara pagan tersebut. Pernyataan Rasul Paulus bahwa ia tidak akan membangun ”pada fondasi yang sudah diletakkan orang lain” adalah referensi yang cukup mampu bagi mereka yang mengirimkan surat itu untuk dituliskan. (Leslie Rumble, Radio Replies, ed. bersama Charles M/ Carty (1938: cetak ulang, Rockford, III: TAN Books, 1979) 2:92).
- Ada kemungkinan Rasul Paulus menuliskan suratnya kepada sebuah kelompok khusus dalam komunitas Kristen di Roma. Sebab disini ia tidak menyebut komunitas tersebut sebagai ”Gereja” seperti yang disebutkan di surat-suratnya yang lain, namun hanya secara umum ”semua yang ada di Roma.”
- Seperti disebutkan dalam poin 3, ada kemungkinan juga Rasul Paulus sudah menyebutkan Rasul Petrus walaupun secara terselubung: ”…aku telah memberitakan Injil Kristus sepenuhnya. Dan dalam pemberitaan itu aku menganggap sebagai kehormatanku, bahwa aku tidak melakukannya di tempat-tempat, dimana nama Kristus telah dikenal orang, jadi aku tidak membangun di atas dasar yang telah diletakkan orang lain, …Itulah sebabnya aku selalu terhalang untuk mengunjungi kamu. Tetapi sekarang karena aku tidak lagi mempunyai tempat bekerja di daerah ini, dan karena aku telah beberapa tahun lamanya ingin mengunjungi kamu, aku harap dalam perjalananku ke Spanyol aku dapat mampir di tempatmu dan bertemu dengan kamu, sehingga kamu dapat mengantarkan aku kesana, setelah aku seketika menikmati pertemuan dengan kamu (lih. Roma 15:18-20, Roma 15:22-24). Ayat ini menunjukkan seorang rasul lain telah membangun Gereja (lih. Efesus 2:20) di Roma. Karenanya Rasul Paulus percaya Gereja di Roma telah dibangun dengan baik dan hnaya bertujuan singgah saja dalam perjalanannya ke Spanyol (lih. Roma 15: 24, 28).
Menarik disini untuk melihat bahwa Calvin telah menolak bahwa Rasul Petrus pernah ke Roma dan menyebutkan bahwa yang tidak setuju dengannya sebagai yang ”tersesat.” Namun dalam komentarnya terhadap ayat 1 Korintus 15 tersebut, Calvin mengatakan ”…kita dapat berasumsi bahwa para rasul adalah para pendiri Gereja, sementara para pendeta yang melanjutkan mereka mempunyai tugas menjaga dan meningkatkan struktur yang telah didirikan mereka. Rasul Paulus mengacu pada fondasi yang telah didirikan seorang rasul lainnya sebagai ”fondasi yang diletakkan oleh orang lain” (Calvin’s New Testament Commentaries, trans. THL Parker (Grand Rapids, Michigan: Eerdmans, 1965)). Maka pertanyaannya siapakah rasul lain yang sudah mendirikan Gereja di Roma sebelum Rasul Paulus mengunjungi Roma? Tentunya ini mudah dijawab dan diketahui seandainya seseorang mau mempelajari Kitab Suci dan kaitannya dengan fakta Sejarah dan tulisan para Bapa Gereja, bahwa “rasul lain” tersebut adalah Rasul Petrus.
Di atas beberapa kemungkinan yang dapat terjadi sehingga Rasul Petrus tidak dituliskan dalam Surat Rasul Paulus kepada Umat di Roma. Kita harus mengakui Kitab Suci, secara relatif, tidak memuat banyak tentang akhir hidup para rasul, termasuk diantaranya tahun-tahun terakhir Rasul Petrus dan Paulus. Disini sejarah dan Tradisi Gereja awal berperan menjelaskannya. Tradisi tidak dipermasalahkan selama 16 abad, baru setelah reformasi, keberadaaan Rasul Petrus di Roma dan keutamaannya sebagai pemimpin dipertanyakan.[1]
Alkitab Mengatakan Bahwa Petrus Tidak Berada di Roma, Jadi Bagaimana Ia Bisa Menjadi Uskup Pertama Di Sana?
Pertanyaan:
Umat Katolik mengklaim Petrus sebagai paus pertama karena ia menjabat sebagai Uskup Roma namun Alkitab mengatakan ia tidak pernah ada di sana. Paulus yang menulis dari Roma, berkata ”Hanya Lukas yang bersamaku” (2 Timotius 4:11). Hal ini dengan sendirinya membuktikan Petrus tidak ada di sana.
Jawaban:
Sebenarnya yang paling bisa dibuktikan adalah bahwa Petrus tidak ada di sana saat Paulus menulis, ini tidak membuktikan bahwa Petrus tidak pernah ada di sana, mungkin dia sedang ada di luar kota.
Jangan membaca lebih dari yang seharusnya dalam sebuah ayat, jika anda mengikuti penalaran anda, anda harus mengatakan tidak ada orang Kristen lain di Roma selain Paulus dan Lukas, tetapi kita tahu bahwa Roma memiliki komunitas Kristen yang besar – mereka tidak semua meninggalkan kota pada hari yang sama, bukan?
Faktanya Alkitab memang menyinggung tentang keberadaan Petrus di Roma. Petrus mengakhiri surat pertamanya dengan ucapan salam samar dari ”Babel.” Ini adalah kata sandi Gereja awal untuk Roma, istilah ini tidak berarti kota Babel yang sangat penting dalam Perjanjian Lama, meskipun kata sandi itu dipilih justru karena apa yang telah dilakukan Babel kuno terhadap orang-orang Yahudi – orang-orang Roma melakukan hal yang sama terhadap orang-orang Kristen.
Mengapa orang-orang Kristen awal, dalam surat-surat mereka, menulis ”Saya di Babel” dan bukan ”Saya di Roma”? Karena para penguasa memburu mereka – Gereja dianiaya – dan pengiriman surat tidak dapat diandalkan.
Anda tidak pernah tahu kapan pejabat Romawi akan menyita salah satu surat anda, jadi jika anda tidak ingin mengiklankan keberadaan anda kepada pihak oposisi yang tidak setia, anda sebaiknya menggunakan kata sandi.
Bukti-bukti Alkitab mungkin tidak menyakinkan anda tentang keberadaan Petrus di Roma. Cukup adil, namun anda juga harus melihat tulisan-tulisan awal lainnya dan bukti arkeologi (anda berhutang kepada diri anda sendiri dan kepada umat Katolik untuk memeriksa semua bukti yang tersedia).
Irenaeus, dalam buku ”Against Herecies” (190 M), mengatakan Matius menulis Injilnya “Ketika Petrus dan Paulus sedang mengabarkan Injil di Roma.” Dionysius dari Korinith, sekitar tahun 170 M, merujuk pada ”penanaman yang dilakukan Petrus dan Paulus di Roma.”
Bagaimana dengan bukti arkeologi? Pada pertengahan abad ini para ilmuwan melakukan penggalian di bawah Basilika Santo Petrus untuk memverifikasi atau membantah tradisi yang menyebutkan Gereja tersebut dibangun di atas makam Petrus. Dan apa yang mereka temukan? Benar: makam. Paus Paulus VI mengumumkan bahwa bukti konklusif telah ditemukan – mislanya, makam di dekatnya yang ditulisi grafiti seperti ”Dimakamkan di dekat Petrus.” Untuk kisah populer tentang penggalian tersebut, baca The Bones of St. Peter karya John Evangelist Walsh.[2]
Presentasi Peter Tim DKC
Apabila pendeta Protestan sudah membaca tulisan ini dan tidak bertobat mengakui ajran Gereja Apostolik di bawah ini maka sangat berbahaya pendeta dalam pikirannya, sangat berbahaya pikirannya…
Jawaban di Luar Alkitab
- Kesaksian Bapa-bapa Gereja:
- Clement dari Roma (±96 M): Dalam suratnya kepada jemaat di Korintus menyebutkan kemartiran Petrus dan Paulus, yang secara tradisi dihubungkan dengan Roma,
- Ireneus dari Lyon (±180 M): Dalam bukunya Adversus Haereses, ia menyatakan bahwa Gereja Roma didirikan oleh Rasul Petrus dan Paulus,
- Eusebius dari Kaisarea (seabad ke-4): Dalam karyanya Historia Ecclesiastica, Eusbius menyebutkan Petrus melayani di Roma bertahun-tahun sebelum kemartirannya di sana.
- Tradisi Gereja:
Tradisi Gereja mencatat bahwa Petrus menjadi uskup pertama Roma dan akhirnya mati sebagai martir di bawah pemerintahan Kaisar Nero, disalibkan terbalik atas permintaannya sendiri karena merasa tidak layak mati seperti Kristus.
- Arkeologi:
Penemuan makam di bawah Basilika Santo Petrus di Vatikan yang secara tradisi diyakini sebagai tempat pemakaman Petrus, memberikan bukti tambahan untuk mendukung keberadaan Petrus di Roma.
Para Rasul Gereja Apostolik berdasarkan Alkitab
- Efesus 4:11-12 – ” Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus.”
- 1 Korintus 12:28 – ”Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh.”
- Roma 1:1-2 – ”Dari Paulus, hamba Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah. Injil itu telah dijanjikan-Nya sebelumnya dengan perantaraan nabi-nabi-Nya dalam kitab-kitab suci.”
Dukungan Gereja
Konsili Nicea 325: Gereja Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik
Kalau Gereja Protestan tidak mengakui Konsili Nicea 325 atau Syahadat Para Rasul, artinya Yesus Kristus membangun Gereja melalui Rasul-rasul, dan bila Gereja Katolik Apostoliknya melalui Santo Petrus, maka:
Klaim Hipokrit Protestan
- Yesus Kristus tidak menerima langsung dari Gereja/ Jemaat/ Umat 🡺 tidak ada pengajaran ini karena Yesus membangun Gereja awal lewat Konsili Nicea 325 dan Syahadat Para Rasul,
- Yesus Kristus tidak pernah mengajarkan tidak ada Sakramen.
Presentasi Quovadis Tim DKC
Bukti Sejarah tentang Keberadaan Petrus di Roma
Liber Pontificalis (Abad ke-4, disusun ±abad ke-6, 7) memuat Kisah Kepausan
“Pada saat yang sama Kaisar Konstantin Agustus membangun, atas permohonan Uskup Silvester, sebuah basilika bagi Rasul Petrus Yang Terberkati… dibaringkan di sana jenazah Petrus… Peti mati ditutup di semua sisinya dengan tembaga… Dan di atasnya ia membangun tiang-tiang porphyry… Ia membuat atap kubah di basilika, yang dilapisi emas, dan di atas jenazah Petrus Yang Terberkati, di atas tembaga yang menutupinya, ia memasang sebuah salib dari emas murni, dengan berat 50 lbs…”
Adalah sangat tidak mungkin untuk meragukan bahwa pada abad ke-4 Kaisar Konstantin memang telah membangun basilika bagi Rasul Petrus. Sebab pada saat abad ke-15-16, ketika basilika ini dirubuhkan untuk dibangun kembali menjadi basilika yang kita kenal sekarang, terlihat bahwa batu-batu bata yang digunakan memiliki cap Kaisar Konstantin abad ke-4. Pada tahun 1594, saat sedang menggali untuk fondasi altar, para penggali menemukan lubang yang dalam, dan ketika disinari, terlihatlah sebuah salib emas (seperti deskripsi di atas) yang terletak di dasar lantai yang gelap. Paus Klemens VIII, yang dipanggil menyaksikannya, memerintahkan agar lubang ditutup kembali… Penemuan itu menunjukkan bahwa basilika tersebut memang telah dibangun di abad ke-4 untuk menghormati Petrus dibunuh sebagai martir (lih. James Shotwell and Louis Ropes Loomis, The See of Peter, (1927, reprint, New York: Columbia University Press, 1991), 102-3).
Tulisan Oscar Cullmann*, a Scholar Protestant
Kita tidak mempunyai bahkan sedikitpun jejak yang menunjukkan ke tempat lain yang dapat dianggap sebagai tempat kematiannya Petrus… Adalah hal lain yang penting disini, bahwa di abad-abad ke-2 dan ke-3, Ketika beberapa gereja berada dalam persaingan dengan Gereja Roma, tidak pernah terjadi satupun dari antara mereka yang menentang klaim bahwa Roma adalah tempat wafatnya Petrus sebagai martir (Oscar Cullman, Peter, Disciple, Apostle, Martyr, trans. Floyd V. Filson (Philadephia, Westminster Press, 1953), p. 114-115).
*Oscar Cullmann (1902-1999) adalah seorang teolog dan sejarawan gereja asal Jerman-Perancis. Ia dikenal karena karyanya dalam bidang teologi Perjanjian Baru, sejarah gereja dan eklesiologi.
Riwayat hidup: Cullmann lahir di Strasbourg, Alsace (sekarang Perancis), pada tahun 1902, belajar teologi di Universitas Strasbourg dan Universitas Berlin. Setelah menyelesaikan studinya, ia menjadi pendeta di Gereja Lutheran di Strasbourg.
Karya dan Pengaruh: Cullmann dikenal karena karyanya dalam bidang teologi Perjanjian Baru, terutama dalam hal Kristologi dan eskatologi, ia juga menulis tentang sejarah gereja dan ekseiologi.
Beberapa karyanya yang terkenal antara lain:
- _Christ and Time__ (1946) – buku ini membahas tentang konsep waktu dalam Perjanjian Baru dan implikasinya bagi teologi Kristen,
- _The Early Church__ (1956) – buku ini membahas tentang sejarah gereja perdana dan perkembangannya,
- _The Christology of the New Testament__ (1959) – buku ini membahas tentang Kristologi dalam Perjanjian Baru.
Cullmann juga dikenal karena perannya dalam dialog ekumenis antara Gereja Katolik dan Gereja Protestan, ia adalah salah satu tokoh utama dalam gerakan ekumenis di abad ke-20.
Beberapa penghargaan yang diterima Cullmann atas karyanya antara lain:
- Doktor Honoris Causa_ dari Universitas Strasbourg (1955),
- Doktor Honoris Causa_ dari Universitas Edinburg (1964),
- Penghargaan Ratzinger_ (1990)
Cullmann meninggal di tahun 1999 di Paris, Perancis. Ia meninggalkan warisan yang signifikan dalam bidang teologi dan sejarah gereja.