LIVE DKC JUMAT, 31 JANUARI 2025 PUKUL 19:00 WIB: BUNDA MARIA, SANTO/ SANTA KAU BUANG KE SAMPAH ...!!!

Apakah Alkitab meminta para Kudus berdoa untuk kita? Katolik menjawab "ya" karena kita merupakan satu kesatuan bagian dalam Komunitas Para Kudus. Hal ini ditegaskan pula dalam Kredo/ Syahadat.

By Manuel (Tim DKC)

31 menit bacaan

Share: X (Twitter) Facebook LinkedIn Whatsapp Telegram

LIVE DKC JUMAT, 31 JANUARI 2025 PUKUL 19:00 WIB: BUNDA MARIA, SANTO/ SANTA KAU BUANG KE SAMPAH …!!!

Ayat Alkitab Matius 11:28-30 Membantah Solus Christus yang Dikhotbahkan Pdt. MYM

”Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah gandar yang Kupasang dan belajarlah kepada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab gandar yang Kupasang itu menyenangkan dan beban-Ku pun ringan.”

Ayat ini menjelaskan ajaran Kristen mula-mula yang indah dan agung tentang Kristus yang lemah lembut, penuh kasih, agung dan sempurna melampaui segala pengertian manusia; sedangkan ajaran Kristus menurut solus christus adalah Kristus yang lain, Kristus yang penuh kebencian, yang merendahkan Maria, ibu-Nya sebagai sampah. Maka sesungguhnya Kristus yang ada di ajaran solus christus bukan Kristus yang lahir dari Bunda Maria.

Menanggapi Video Khotbah Pdt. MYM dalam Kebaktian yang Menghujat Bunda Allah

MYM mengatakan tidak butuh lagi jasa-jasa Bunda Maria/ Petrus/ para nabi/ rasul/ orang-orang kudus/ Bapa-bapa Gereja karena Kristuslah satu-satunya Jalan Kebenaran dan Hidup

Berdoa Bersama Kepada Santo Santa

Apakah Alkitab meminta para Kudus berdoa untuk kita? Katolik menjawab “ya” karena kita merupakan satu kesatuan bagian dalam Komunitas Para Kudus. Hal ini ditegaskan pula dalam Kredo/ Syahadat.

Persekutuan Para Kudus

Persekutuan Para Kudus menunjukkan kesatuan antara semua orang yang percaya kepada Yesus baik yang masih hidup ataupun yang telah meninggal. Dalam Kristus kita semua adalah satu Keluarga (1 Timotius 3:15), kita adalah Anak-anak Allah (1 Yohanes 3:1), bersama-sama dengan Kristus (Roma 8:17) dan mengambil bagian dalam Kodrat Ilahi (2 Petrus 1:4). Persekutuan para Kudus ini yang disebut sebagai Tubuh Mistik Kristus (bdk. 1 Korintus 10:16; Galatia 3:28; Efesus 1:22-26, 4:4, 4:15-16, 5:21-32; Kolose 1:18, 3:15).

Dengan Gambaran Pokok Anggur yang benar dalam Yohanes 15:1-8 disana menunjukan gambaran Yesus sebagai Pokok Anggur dan Kita Ranting-Rantingnya ini menunjukkan sesuatu hubungan yang sangat erat antara kita yang satu dengan yang lainnya (termasuk dengan yang sudah meninggal) dengan Yesus sebagai Pokok Anggurnya. Santo Paulus menekankan tentang Kesatuan tubuh Kristus pada 1 Korintus 12:12-27 dan Roma 12:4-16 dan kesatuan itu tidak dapat dipisahkan oleh apapun (Roma 8:35-39) dan kesatuan itu dibangun atas dasar kasih (Roma 12:10; 1 Tesalonika 5:15; Galatia 6:2)

Perantaraan Doa

Dari uraian tentang Persekutuan para Kudus maka kita boleh berdoa kepada Yesus melalui mereka sebagai Ilustrasi: ada seorang memiliki masalah, orang itu bisa saja berdoa langsung kepada Allah tetapi ia meminta seorang Pastor berdoa untuknya, dalam Kitab Suci contohnya:

Dalam Perjanjian Lama:

  1. Abraham berdoa untuk kepentingan penduduk kota Sodom dan Gomora (Kejadian 18:16-33).
  2. Dengan Gambaran Pokok Anggur yang benar dalam Yohanes 15:1-8 disana menunjukan gambaran Yesus sebagai Pokok Anggur dan Kita Ranting-Rantingnya ini menunjukkan sesuatu hubungan yang sangat erat antara kita yang satu dengan yang lainnya (termasuk dengan yang sudah meninggal) dengan Yesus sebagai Pokok Anggurnya. St. Paulus menekankan tentang Kesatuan tubuh Kristus pada 1 Korintus 12:12-27 dan Roma 12:4-16 dan kesatuan itu tidak dapat dipisahkan oleh apapun (Roma 8:35-39) dan kesatuan itu dibangun atas dasar kasih (Roma 12:10; 1 Tesalonika 5:15; Galatia 6:2)

Dalam Perjanjian Baru:

  1. Yesus berdoa untuk para muridNya dan untuk dunia (Yohanes 17 – Doa Yesus untuk Murid-murid-Nya).
  2. Paulus senantiasa berdoa bagi umatnya (Roma 1:10; Efesus1:16; dsbnya). Sebaliknya, Paulus juga sadar bahwa keselamatannya tergantung juga pada doa-doa umatnya (Filipi 1:19); oleh karena Itu ia pun minta supaya umatnya berdoa baginya (1 Tesalonika 5:25; 2 Tesalonika 3:1, dsbnya).
  3. Yakobus 5:14-16 berbunyi: “Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan… Karena itu hendaklah kamu… saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.“
  4. 1 Timotius 2:1 berbunyi “Naikkanlah permohonan doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang…“
  5. dan lain sebagainya.

Jadi hakekat berdoa kepada Santo/ Santa adalah kita meminta Santo/ Santa memohonkan/ menyampaikan doa-doa kita kepada Yesus (Allah) hal semacam ini tidak bertentangan dengan 1 Timotius 2:5. Dalam Wahyu 5:8 dan Wahyu 8:3-4 menunjukkan bahwa doa kita dapat sampai kepada Allah juga melalui perantaraan Mahluk Surgawi. Paham ini tidak bertentangan juga dengan Ulangan 18:10-11 karena ini bukan praktek memanggil arwah orang mati, berkomunikasi dengan arwah, dll. Dalam Ulangan 18:10-11itu adalah hal-hal yang sangat dipaksakan dan tidak wajar (memanggil arwah dari dunia bawah “syeol”) oleh karena itu praktek ini dikecam oleh Allah sedangkan paham Katolik berdoa kepada Santo/ Santa karena kita memiliki keyakinan bahwa mereka itu tidak mati tetapi hidup karena Allah kita adalah Allah orang hidup bukan Allah orang mati (Markus 12:26-27).

Dalam Markus 9:4 Yesus bercakap-cakap dengan Elia dan Musa padahal mereka sudah lama meninggalkan dunia ini (apakah Yesus memanggil arwah..? Tentu saja tidak) ini menunjukkan bahwa meskipun orang itu sudah mati sebenarnya ia itu hidup “Barangsiapa percaya kepadaku ia akan hidup walaupun sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan percaya kepada-Ku tidak akan mati selama-lamanya” (Yohanes 11:25-26). Kita berdoa kepada orang kudus karena kita percaya “Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.” (Yakobus 5:16) mereka yang sudah ada di dalam surga tentu saja sudah bebas dari dosa dan mereka sudah memandang Allah dari wajah ke wajah tentu saja mereka itu orang benar maka dari itu kita meminta bantuan mereka untuk mendoakan kita kepada Yesus.

Orang Kudus dan Doa Syafaat Menurut Kitab Suci

  1. Kita adalah Satu Keluarga di dalam Kristus di Surga dan di Bumi

Efesus 3:14-15 – Kita semua adalah satu keluarga (“Katolik”) di surga dan di bumi, bersatu bersama, sebagai anak-anak Bapa, melalui Yesus Kristus. Saudara-saudari kita yang telah pergi ke surga sebelum kita bukanlah keluarga yang berbeda. Kita adalah satu dan keluarga yg sama. Itulah sebabnya, dalam Pengakuan Iman Rasuli, kita mengakui kepercayaan pada “persekutuan orang-orang kudus.” Tidak akan ada “persekutuan” jika tidak ada persatuan. Makhluk-makhluk yang penuh kasih, baik di bumi maupun di surga, peduli terhadap makhluk-makhluk lain, dan kepedulian ini tercermin secara rohani melalui doa-doa untuk satu sama lain.

  1. Penghormatan/ Penghormatan terhadap Orang Kudus

Matius 18:10 – Para malaikat di surga selalu memandang wajah Tuhan. Kita menghormati mereka karena martabat dan persatuan mereka dengan Tuhan.

Matius 15:4; Lukas 18:20; Efesus 6:2-3; Keluaran 20:12; Imamat 19:3; Ulangan 5:16 – Kita diperintahkan untuk menghormati ayah dan ibu kita.

Lukas 1:28 – Malaikat Gabriel memuliakan Maria dengan mengucapkan “Salam, hai kamu yang penuh rahmat.” Malaikat surgawi memuliakan Maria yg manusiawi, karena kesempurnaan rahmatnya melampaui kesempurnaan rahmat para malaikat.

Roma 13:7 – Kita harus memberikan penghormatan di mana penghormatan itu layak diberikan. Ketika kita menghormati anak-anak Tuhan, kita menghormati Tuhan sendiri, karena Dia adalah sumber segala penghormatan.

1 Korintus 4:16 – Bentuk penghormatan yang paling penting kepada orang² kudus adalah “meniru” mereka, sebagaimana Paulus perintahkan untuk kita lakukan.

1 Korintus 11:1 – Ssekali lagi, Paulus berkata, “Jadilah peniruku, sama seperti aku juga menjadi peniru Kristus.” Tujuan utama penghormatan adalah peniruan.

Filipi 2:25-29 – Paulus mengajarkan kita untuk menghormati Epafroditus yang hampir mati demi iman. Betapa lebih besar penghormatan yang harus diberikan kepada orang-orang kudus yang telah mati demi iman!

Filipi 3:17 – Paulus berkata untuk meniru dia dan orang lain, yang merupakan tujuan penghormatan. Penghormatan bukanlah penyembahan.

1 Tesalonika 1:6 – Paulus berkata kepada jemaat di Tesalonika, “Kamu telah menjadi penurut kami dan penurut Tuhan.” Inilah tujuan penghormatan.

2 Tesalonika 3:7 – Paulus berkata bahwa jemaat di Tesalonika harus meniru dia dan para uskup lainnya.

Ibrani 3:3 – Yesus layak menerima kemuliaan dan penghormatan yang “lebih” daripada Musa. Ini tidak berarti bahwa orang-orang kudus tidak layak menerima kemuliaan dan penghormatan apa pun. Sebaliknya, ini membuktikan bahwa orang-orang kudus layak menerima kemuliaan dan penghormatan karena kebaikan Allah.

Ibrani 6:12 – Penulis mengajarkan kita untuk menjadi peniru mereka yg melalui iman dan kesabaran mewarisi janji-janji Allah.

Ibrani 13:7 – Kita harus meneladani iman para pemimpin kita yang setia. Kita memohon syafaat mereka dan menghormati mereka karena kekudusan mereka.

Yakobus 5:10-11 – Yakobus mengajarkan kita untuk berbesar hati mengikuti teladan para nabi dan Ayub, yang menanggung penderitaan.

1 Petrus 2:17 – Petrus mengajarkan kita untuk menghormati semua orang, mengasihi persaudaraan, takut akan Tuhan, menghormati kaisar. Bukankah mereka yang hidup bersama Kristus di surga layak mendapatkan penghormatan? Umat Katolik percaya bahwa mereka layak mendapatkannya, dan menghormati mereka dengan hari raya khusus, sama seperti kita menghormati mereka yang hidup dengan merayakan ulang tahun mereka.

Kejadian 19:1 – Lot memuliakan kedua malaikat di Sodom, sambil menundukkan wajahnya ke tanah.

Kejadian 42:6 – Saudara-saudara Yusuf menundukkan kepala di hadapan Yusuf. Ini adalah penghormatan, bukan penyembahan.

Keluaran 28:2 – Sangatlah penting untuk menghormati para pemimpin agama. Pakaian suci bagi Harun memberinya martabat dan kehormatan.

Imamat 19:32 - Kita juga harus menghormati “wajah orang tua.” Ketika orang tua meninggal dalam Kristus, kita harus terus menghormati mereka, karena kematian tidak memisahkan mereka dari kita atau kasih Kristus.

1 Samuel 28:14 – Saul sujud menyembah di hadapan Samuel dengan mukanya sampai ke tanah.

2 Tawarikh 32:33 – Hizkia dihormati pada saat kematiannya. Kita menghormati saudara-saudari kita di dalam Tuhan.

Sirakh 44:1-2 – Kita harus memuji dan memberi penghormatan kepada mereka yang telah Tuhan berikan kemuliaan besar. Mereka adalah keluarga kita di dalam Kristus.[1]

Orang Kudus dan Doa Syafaat Menurut Tradisi/ Bapa Gereja

  1. Kuasa Perantara dan Penghormatan terhadap Orang-orang Kudus

“(B)alaupun tidak mungkin bagi kita untuk meninggalkan Kristus, yang menderita demi keselamatan orang-orang yang akan diselamatkan di seluruh dunia (yang tidak bercela bagi orang-orang berdosa), atau menyembah yg lain. Bagi Dia, sebagai Anak Allah, kita sembah; tetapi para martir, sebagai murid dan pengikut Tuhan, kita layak mengasihi karena kasih sayang mereka yang luar biasa terhadap Raja dan Guru mereka sendiri, yang darinya kita juga dapat menjadi sahabat dan sesama murid! Kemudian perwira itu, melihat pertikaian yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi, meletakkan mayat itu di tengah api, dan membakarnya. Karena itu, kami kemudian mengambil tulang-tulangnya, karena lebih berharga daripada permata yang paling indah, dan lebih murni daripada emas, dan menaruhnya di tempat yang pantas, di mana, setelah dikumpulkan bersama, jika ada kesempatan bagi kami, dengan sukacita dan kegembiraan, Tuhan akan mengizinkan kami untuk merayakan ulang tahun kemartirannya, baik untuk mengenang mereka yang telah menyelesaikan perjalanan mereka, maupun untuk melatih dan mempersiapkan mereka yang akan mengikuti jejak mereka” – Kemartiran Polikarpus 17,18 (157 M).

“(Mengajukan permohonan kepada tiga sahabat Daniel) Ingatlah akan aku, aku mohon kepadamu, agar aku dapat mencapai nasib yang sama seperti kamu, yaitu mati syahid” – Hippolytus dari Roma, On Daniel, 11:30 (204 M).

“Setiap kali peringatan hari jadi tiba, kami memberikan persembahan untuk orang yang meninggal sebagai penghormatan atas hari ulang tahunnya” – Tertullian, The Crown, 3 (211 M).

“Begitu pula gelar kemuliaan dalam kasus Celerinus, kekasih kita, bukanlah hal yang asing dan baru. Ia melangkah maju mengikuti jejak saudara-saudaranya; ia menyaingi orang tua dan kerabatnya dalam hal penghormatan yang sama atas kemurahan hati ilahi. Neneknya, Celerina, beberapa waktu lalu dimahkotai dengan kemartiran. Selain itu, paman dari pihak ayah dan ibu, Laurentius dan Egnatius, yang juga pernah berperang di kamp-kamp dunia, tetapi adalah prajurit Tuhan yang sejati dan rohani, yang mengalahkan iblis dengan pengakuan Kristus, memperoleh palma dan mahkota dari Tuhan melalui penderitaan mereka yang termasyhur. Kita selalu mempersembahkan kurban bagi mereka, seperti yang Anda ingat, sesering kita merayakan penderitaan dan hari-hari para martir dalam peringatan tahunan. Oleh karena itu, ia juga tidak dapat menjadi orang yang rendah hati dan hina yang diprovokasi oleh martabat keluarga dan kebangsawanan yang murah hati ini, melalui contoh-contoh kebajikan dan iman dalam rumah tangga. Tetapi jika dalam keluarga duniawi menjadi seorang bangsawan adalah masalah kebangsawanan dan pujian, maka menjadi bangsawan dalam kebangsawanan surgawi adalah pujian dan kehormatan yang jauh lebih besar! Saya tidak dapat mengatakan siapa yang harus saya sebut lebih diberkati,–apakah para leluhur itu, karena keturunannya yang begitu termasyhur, atau dia, karena asal usulnya yang begitu mulia. Demikian pula di antara mereka, kerendahan hati ilahi mengalir, dan berpindah ke sana kemari, seperti halnya martabat keturunan mereka mencerahkan mahkota mereka, demikian pula keagungan leluhurnya menerangi kemuliaannya” – Cyprian, Kepada Ulama dan Umat, Surat 33(39):3 (250 M).

“Saya juga berpendapat bahwa ada banyak orang yang memiliki nama yang sama dengan rasul Yohanes, yang karena cinta mereka kepadanya, dan kekaguman serta keinginan mereka untuk dicintai oleh Tuhan sebagaimana dia dicintai, terdorong untuk juga menerima sebutan yang sama, sama seperti kita menemukan banyak anak umat beriman yang dipanggil dengan nama Paulus dan Petrus” – Dionysius dari Alexandria, Kitab-Kitab Janji, 5 (257 M).

“Kemudian kita juga mengenang mereka yang telah meninggal sebelum kita, pertama-tama para Patriark, Nabi, Rasul, Martir, bahwa melalui doa dan permohonan mereka, Tuhan akan menerima permohonan kita. Kemudian atas nama para Bapa Suci dan Uskup yang telah meninggal sebelum kita, dan dalam kata-kata dari semua yang pada tahun-tahun sebelumnya telah meninggal di antara kita, percaya bahwa itu akan menjadi manfaat yang sangat besar bagi jiwa², yg untuknya permohonan dipanjatkan, sementara kurban yang kudus dan paling dahsyat itu dipersembahkan” – Cyril dari Yerusalem, Ceramah Katekese, 23:9 (350 M).

“Demikianlah Anda dapat menghibur kami; tetapi bagaimana dengan kawanan domba? Apakah Anda terlebih dahulu akan menjanjikan pengawasan dan kepemimpinan Anda sendiri, seorang pria yang di bawah sayapnya kita semua akan dengan senang hati beristirahat, dan yang kata-kata-NYA lebih kita hauskan daripada orang-orang yang menderita kehausan akan sumber air yang paling murni? Kedua, yakinkan kami bahwa gembala yang baik yg menyerahkan nyawanya bagi domba-domba-NYA bahkan sekarang tidak meninggalkan kita; tetapi hadir, dan memelihara dan membimbing, dan mengenal milik-Nya, dan dikenal oleh milik-Nya sendiri, dan, meskipun secara jasmani tidak terlihat, dikenali secara rohani, dan membela kawanannya dari serigala, dan tidak membiarkan seorang pun masuk ke dalam kawanan sebagai perampok dan pengkhianat; untuk memutarbalikkan dan mencuri, melalui suara orang asing, jiwa-jiwa di bawah bimbingan kebenaran yang adil. Ya, saya yakin bahwa perantaraannya lebih bermanfaat sekarang daripada instruksinya di masa lalu, karena dia lebih dekat dengan Tuhan, sekarang setelah dia melepaskan belenggu jasmaninya, dan membebaskan pikirannya dari tanah liat yang mengaburkannya, dan berhubungan secara telanjang dengan ketelanjangan Pikiran yang utama dan paling murni; “dipromosikan, jika tidak gegabah untuk mengatakannya, ke pangkat & kepercayaan seorang malaikat” – John Chrysostom, On the Death of his Father, Oration 18:4 (AD 374).

“Ia dengan sukarela menanggung semua kerja keras dalam perjalanan; ia menenangkan energi umat beriman di tempat; ia meyakinkan lawan dengan argumennya; di hadapan para imam dan diaken, dan banyak orang lain yang takut akan Tuhan, ia mengambil relikwi dengan segala rasa hormat yang pantas, dan telah membantu saudara² dalam pelestariannya. Relikwi-relikwi ini Anda terima dengan sukacita yang setara dengan kesedihan yg dialami para penjaganya saat berpisah dengan relikwi-relikwi itu dan mengirimkannya kepada Anda. Jangan ada yg membantah; jng ada yg ragu. Di sini Anda memiliki atlet yg tak terkalahkan itu. Tulang-tulang ini, yang ikut serta dalam konflik dengan jiwa yang diberkati, diketahui oleh Tuhan. Tulang² ini akan Ia mahkotai, bersama dengan jiwa itu, pada hari pembalasanNya yang adil, sperti yg tertulis, ‘kita harus berdiri di hadapan takhta pengadilan Kristus, agar masing-masing dapat memberikan pertanggungjawaban atas perbuatan yang tlah dilakukannya dalam tubuh’. Satu peti jenazah berisi mayat yang dihormati itu. Tidak ada yang lain yg berbaring di sisinya. Pemakaman itu mulia; penghormatan seorang martir diberikan kepadanya. Orang-orang Kristen yang menyambutnya sebagai tamu dan kemudian dengan tangan mereka sendiri membaringkannya di dalam kubur, kini telah menggali kuburannya. Mereka telah menangis seperti orang-orang yang kehilangan seorang ayah dan seorang pahlawan. Namun, mereka telah mengirimkannya kepadamu, krena mereka mengutamakan kegembiraanmu daripada penghiburan mereka sendiri. Tangan yang memberi adalah saleh; tangan yg menerima adalah sangat berhati-hati. Tidak ada ruang untuk penipuan; tidak ada ruang untuk tipu daya. Saya bersaksi tentang ini. Biarlah kebenaran yang murni diterima olehmu” – Basil Kepada Ambrose, Uskup Milan, Surat 197 (375 M).

“Lebih jauh, mengenai penyebutan nama-nama orang yang telah meninggal, bagaimana mungkin ada sesuatu yang sangat berguna dalam hal itu? Apakah yang lebih tepat waktu atau lebih baik daripada mereka yang masih ada di sini untuk percaya bahwa orang yang telah meninggal itu hidup, dan bahwa mereka tidak mundur ke dalam kehampaan, tetapi bahwa mereka ada dan hidup bersama Sang Guru… Berguna juga doa yang dibentuk atas nama mereka… Karena kita memperingati orang-orang benar dan orang-orang berdosa: orang-orang berdosa, memohon belas kasihan Tuhan bagi mereka; orang-orang benar dan para Bapa dan Patriark dan para Nabi dan para Rasul dan para Penginjil dan para martir dan para pengaku iman, dan para uskup dan orang-orang yang hidup sendiri, dan seluruh daftar mereka…” – Epiphanius, Panarion, 75:8 (377 M).

“Hanya kuasa yang menguatkan kelemahan dapat turun atas kita, melalui doa-doa dia (yaitu Santo Paulus) yang telah menyempurnakan kekuatannya sendiri dalam kelemahan tubuhnya” – Gregorius dari Nyssa, Melawan Eunomius, 1:1 (380 M).

“Tetapi Tuhan melarang siapa pun dalam pertemuan yang adil ini untuk datang ke sana dan menderita hal-hal seperti itu! Tetapi melalui doa para Bapa Suci, yang mengoreksi semua pelanggaran kita, dan setelah menunjukkan buah kebajikan yg melimpah, semoga kita dapat meninggalkan tempat ini dengan penuh keyakinan” – John Chrysostom, On Statues, Homili 6:19 (387 M).

“Mengenai penghormatan kita terhadap kenangan para martir, dan tuduhan Faustus, bahwa kita menyembah mereka sebagai ganti berhala, saya tidak akan mau menjawab tuduhan tersebut, jika saja tidak untuk menunjukkan bagaimana Faustus, dalam keinginannya untuk mencela kita, telah melangkahi penemuan-penemuan Manichean, dan telah jatuh tanpa peduli ke dalam gagasan populer yang ditemukan dalam puisi-puisi Pagan, meskipun ia sangat ingin dibedakan dari kaum Pagan. Karena dengan mengatakan bahwa kita tlah mengubah berhala-berhala menjadi martir, ia berbicara tentang penyembahan kita terhadap mereka dengan ritual-ritual yang sama, dan menenangkan bayang-bayang orang yang telah meninggal dengan anggur dan makanan… Memang benar bahwa orang-orang Kristen memberikan penghormatan religius kepada kenangan para martir, baik untuk membangkitkan semangat kita agar meniru mereka dan untuk memperoleh bagian dlam jasa-jasa mereka, dan bantuan dari doa-doa mereka. Namun, kita membangun altar bukan untuk martir mana pun, tetapi untuk Tuhan para martir, meskipun itu untuk mengenang para martir. Tidak seorang pun yang memimpin upacara di altar di tempat pemakaman orang-orang kudus pernah berkata, Kami membawa persembahan kepadamu, hai Petrus! atau hai Paulus! atau hai Siprianus! Persembahan itu dipersembahkan kepada Tuhan, yang memberikan mahkota kemartiran, sementara itu persembahan itu dipersembahkan untuk mengenang mereka yang dimahkotai dengan cara demikian. Emosi itu meningkat karena asosiasi tempat itu, dan kasih dibangkitkan baik terhadap mereka yang menjadi teladan kita, maupun terhadap Dia yang dengan pertolongan-Nya kita dapat mengikuti teladan tersebut. Kita memandang para martir dengan keintiman kasih sayang yang sama yang kita rasakan terhadap orang-orang kudus Tuhan dalam hidup ini, ketika kita tahu bahwa hati mereka siap menanggung penderitaan yg sama demi kebenaran Injil. Ada lebih banyak pengabdian dalam perasaan kita terhadap para martir, karena kita tahu bahwa pertikaian mereka telah berakhir; dan kita dapat berbicara dengan keyakinan yang lebih besar dalam memuji mereka yg telah menjadi pemenang di surga, daripada mereka yang masih berjuang di sini” – Augustine, Against Faustus, 20:21 (400 M).

“Kita, memang benar, menolak untuk menyembah atau memuja, saya tidak mengatakan relik para martir, tetapi bahkan matahari dan bulan, para malaikat dan malaikat agung, Kerubim dan Serafim dan ‘setiap nama yang disebutkan, tidak hanya di dunia ini tetapi juga di dunia yang akan datang.’ Karena kita tidak boleh “melayani makhluk daripada Sang Pencipta, yang diberkati selamanya. Namun kita menghormati relik para martir, agar kita dapat memuja Dia yg menjadi martir mereka. Kita menghormati para hamba agar kehormatan mereka dapat tercermin pada Tuhan mereka yang sendiri berkata:–’dia yang menerima kamu menerima aku.’ Saya bertanya kepada Vigilantius, Apakah relik Petrus dan Paulus najis? Apakah tubuh Musa najis, yg menurut kita (menurut teks Ibrani yang benar) dikuburkan oleh Tuhan sendiri? Dan apakah kita, setiap kali kita memasuki basilika para rasul dan nabi dan para martir, memberi penghormatan kepada kuil berhala? Apakah lilin-lilin yang menyala di depan makam mereka hanyalah tanda-tanda penyembahan berhala? Saya akan melangkah lebih jauh lagi dan mengajukan pertanyaan yang akan membuat teori ini berbalik melawan kepala penemunya dan yang akan membunuh atau menyembuhkan otaknya yang gila itu, sehingga jiwa-jiwa yang sederhana tidak akan lagi dirusak oleh penalarannya yang tidak suci. Biarkan dia menjawab saya ini, Apakah tubuh Tuhan najis ketika diletakkan di dalam kubur? Dan apakah para malaikat yang berpakaian putih hanya mengawasi mayat yang mati dan najis, sehingga lama-kelamaan orang yang mengantuk ini mungkin menuruti mimpi dan memuntahkan kekejiannya yang kotor, sehingga, seperti penganiaya Julian, dapat menghancurkan basilika orang-orang kudus atau mengubahnya menjadi kuil-kuil kafir?” – Jerome, To Riparius, Epistle 109:1 (AD 404).

“Karena Anda mengatakan bahwa jiwa para Rasul dan martir memiliki tempat tinggal di pangkuan Abraham, atau di tempat penyegaran, atau di bawah altar Tuhan, dan bahwa mereka tidak dapat meninggalkan makam mereka sendiri, dan tetap berada di sana mereka akan… Dan sementara iblis dan setan berkeliaran di seluruh dunia, dan dengan kecepatan yang sangat tinggi muncul di mana-mana; apakah para martir, setelah menumpahkan darah mereka, harus dikurung dalam peti mati, dari mana mereka tidak dapat melarikan diri? Anda mengatakan, dalam pamflet Anda, bahwa selama kita hidup kita dapat berdoa untuk satu sama lain; tetapi begitu kita mati, doa tidak seorang pun dapat didengar, dan terlebih lagi karena para martir, meskipun mereka menyerukan pembalasan atas darah mereka, tidak pernah dapat memperoleh permintaan mereka. Jika para Rasul dan martir saat masih dalam tubuh dapat berdoa untuk orang lain, ketika mereka seharusnya masih khawatir untuk diri mereka sendiri, betapa lebih lagi mereka harus melakukannya setelah mereka memenangkan mahkota mereka, menang, dan menang? Seorang pria lajang, Musa, sering kali memperoleh pengampunan dari Tuhan bagi enam ratus ribu orang bersenjata; dan Stefanus, pengikut Tuhannya dan martir Kristen pertama, memohon pengampunan bagi para penganiayanya; dan ketika mereka telah memasuki kehidupan mereka bersama Kristus, apakah mereka akan memiliki kuasa yang lebih sedikit daripada sebelumnya? Rasul Paulus berkata bahwa dua ratus tujuh puluh enam jiwa diberikan kepadanya di dalam kapal; dan ketika, setelah ia terlarut, ia mulai bersama Kristus, haruskah ia menutup mulutnya, dan tidak dapat mengucapkan sepatah kata pun bagi mereka yang di seluruh dunia telah percaya kepada Injilnya? Apakah Vigilantius si anjing hidup lebih baik daripada Paulus si singa yg mati? Saya akan benar mengatakan demikian setelah Pengkhotbah, jika saya mengakui bahwa Paulus mati dalam roh. Yang benar adalah bahwa orang-orang kudus tidak disebut mati, tetapi dikatakan tertidur. Itulah sebabnya Lazarus, yang akan bangkit kembali, dikatakan telah tertidur. Dan Rasul melarang jemaat Tesalonika untuk berduka bagi mereka yang telah tertidur” – Jerome, Melawan Vigilantius, 6 (406 M).

“Bahkan jika kita membuat patung orang-orang saleh, bukan berarti kita memuja mereka sebagai dewa, tetapi agar ketika kita melihat mereka, kita terdorong untuk meniru mereka” – Cyril dari Alexandria, On Psalms 113 (115) (sebelum 444 M).

“Jiwa-jiwa mulia dari para pemenang berjalan santai di sekitar surga, menari dalam paduan suara orang-orang yang tidak bertubuh dan tidak ada satu makam pun yang menyembunyikan tubuh mereka, tetapi kota-kota dan desa-desa membagi mereka dan menyebut mereka penyembuh dan pemelihara jiwa dan tubuh, dan memuliakan mereka sebagai pelindung dan pelindung kota-kota & ketika mereka campur tangan sebagai duta besar di hadapan Sang Penguasa alam semesta, karunia-karunia ilahi diperoleh melalui mereka; dan meskipun tubuh telah dibagi, rahmatnya tetap tidak terbagi. Dan partikel kecil dan relik terkecil itu memiliki kekuatan yang sama dengan martir yang sama sekali tidak terbagi” – Theodoret dari Cyrus, The Cure of Pagan Maladies, 8:54 (449 M).

“Engkau tidak memperoleh apa pun, engkau tidak menang apa pun, wahai kekejaman yg biadab. Tubuhnya yang fana terbebas dari tipu dayamu, dan, ketika Laurentius pergi ke surga, engkau dikalahkan. Nyala api kasih Kristus tidak dapat dikalahkan oleh nyala apimu & api yang membakar di luar tidak setajam yg berkobar di dalam. Engkau hanya melayani martir dalam kemarahanmu, wahai penganiaya: engkau hanya membengkakkan pahala dengan menambah rasa sakit. Karena apa yg telah kau rancang dengan licik, yang tidak mendatangkan kemuliaan bagi sang penakluk, ketika bahkan alat-alat penyiksaan dihitung sebagai bagian dari kemenangan? Marilah kita bersukacita, saudara-saudara terkasih, dng sukacita rohani, dan bermegah atas akhir yang bahagia dari orang yang termasyhur ini di dalam Tuhan, yang ‘luar biasa di antara orang-orang kudus-Nya,’ di mana Ia telah memberi kita dukungan dan contoh, dan telah menyebarkan kemuliaan-Nya di seluruh dunia, sehingga, dari terbitnya matahari sampai terbenam, terang terang diakennya bersinar, dan Roma menjadi setenar di Laurentius seperti Yerusalem dimuliakan oleh Stefanus. Melalui doa dan syafaatnya, kita percaya setiap saat untuk dibantu; bahwa, karena semua, seperti dikatakan Rasul, ‘yang ingin hidup kudus di dalam Kristus, menderita penganiayaan,’ kita dapat dikuatkan dengan roh kasih, dan dibentengi untuk mengatasi semua godaan dengan ketekunan iman yang teguh. Melalui Tuhan kita Yesus Kristus” – Paus Leo Agung (regn. (440–461 M), Pada Hari Raya Laurensius Sang Martir, Khotbah 85:4 (sebelum 461 M).

“Kehormatan harus diberikan kepada orang-orang kudus sebagai sahabat Kristus, sebagai anak-anak dan ahli waris Allah: dalam kata-kata Yohanes sang teolog & penginjil, Semua orang yg menerimaNya, kepada mereka Ia memberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah. Sehingga mereka bukan lagi hamba, melainkan anak-anak: dan jika anak², juga ahli waris, ahli waris Allah dan ahli waris bersama dengan Kristus: dan Tuhan dalam Injil yang kudus berkata kepada para rasul-Nya, Kamu adalah sahabat-Ku. Mulai sekarang Aku tidak menyebut kamu hamba, karena hamba tidak tahu apa yang diperbuat oleh tuannya. Dan lebih jauh, jika Pencipta dan Tuhan segala sesuatu disebut juga Raja segala raja dan Tuhan segala tuhan dan Allah segala tuhan, pastilah juga orang-orang kudus adalah allah dan tuan dan raja. Karena di antara mereka Allah adalah dan disebut Allah dan Tuhan dan Raja. Karena Akulah Allah Abraham, Dia berkata kepada Musa, Allah Ishak dan Allah Yakub. Dan Allah menjadikan Musa sebagai allah bagi Firaun. Sekarang yang saya maksudkan adalah dewa-dewa, raja-raja, dan tuan-tuan bukan dalam kodrat, tetapi sebagai penguasa dan tuan atas hawa nafsu mereka, dan sebagai pemelihara keserupaan sejati dengan gambar ilahi yang menjadi dasar penciptaan mereka (karena gambar seorang raja juga disebut raja), dan sebagai orang yg bersatu dengan Tuhan atas kemauan mereka sendiri dan menerima-Nya sbagai penghuni dan menjadi, melalui kasih karunia, melalui partisipasi denganNya, sebagaimana Dia sendiri secara kodrat. Maka, tentu saja, para penyembah, sahabat, dan anak-anak Tuhan harus dihormati? Karena penghormatan yang ditunjukkan kepada sesama hamba yang paling bijaksana adalah bukti perasaan yang baik terhadap Tuan yang sama” – John of Damascene, Orthodox Faith, 4:15 (743 M).

“Karena itu, kami, mengikuti jalan kerajaan dan wewenang yang diilhami ilahi dari para Bapa Suci kami dan tradisi Gereja Katolik (karena, seperti yang kita semua tahu, Roh Kudus tinggal di dalamnya), mendefinisikan dengan segala kepastian dan keakuratan bahwa seperti halnya sosok Salib yang berharga dan memberi hidup, demikian pula gambar-gambar yg terhormat dan suci, baik dalam lukisan dan mosaik maupun dari bahan-bahan yang sesuai lainnya, harus ditetapkan di gereja-gereja suci Tuhan dan pada bejana-bejana suci dan pada jubah dan pada gantungan dan pada gambar-gambar baik di rumah-rumah maupun di pinggir jalan, yaitu, sosok Tuhan Allah dan Juruselamat kita Yesus Kristus, Bunda kita yang tak bernoda, Bunda Allah, para Malaikat yang terhormat, semua Orang Kudus dan semua orang saleh. Karena dengan begitu seringnya mereka terlihat dalam representasi artistik, dengan begitu jauh lebih mudah orang terangkat untuk mengingat prototipe mereka, dan untuk merindukannya; dan kepada mereka harus diberikan penghormatan yg sepantasnya dan penghormatan yg terhormat, bukan penyembahan iman sejati (latria) yang hanya berkaitan dengan kodrat ilahi; tetapi kepada mereka, seperti kepada sosok Salib yg berharga dan memberi hidup dan kepada Kitab Injil dan benda-benda suci lainnya, kemenyan dan lampu dapat dipersembahkan menurut adat istiadat saleh kuno. Karena penghormatan yang diberikan kepada gambar diteruskan ke apa yang digambarkan oleh gambar itu dan dia yang menghormati gambar itu menghormati di dalamnya subjek yang diwakilinya. Karena dengan demikian ajaran para Bapa suci kita, yaitu tradisi Gereja Katolik, yang dari satu ujung bumi ke ujung lainnya telah menerima Injil, diperkuat. – Konsili Ekumenis Nicea II, Tindakan VII (787 M).[2]

  1. https://www.scripturecatholic.com/saints-and-intercessory-prayer/

  2. https://damaikasihchannel.com/kitabsuci/pbtb2/?q=sir44:1-2

Share: X (Twitter) Facebook LinkedIn Whatsapp Telegram

Artikel Lainnya