LIVE DKC [69-2025] RABU, 28 MEI 2025 PUKUL 19:00 WIB: KATOLIK MENAMBAHKAN KITAB SUCI??? @tanparagi
Merespon Video @tanparagi “Kenapa Alkitab Katolik, Protestan dan Ortodoks BERBEDA…???
Dalam video ini tanparagi menayangkan klip podcast kartun dialog 2 orang Muslim dan Kristen (tanparagi):
Muslim menanyakan ”Benarkah Alkitab Protestan 66, Katolik 73, dan Ortodoks bahkan lebih?” Kalau benar berarti Kitab kalian palsu.
- Ditanggapi tanparagi apabila dituduh Alkitab palsu berarti Al-Quran juga palsu karena dalam surah Al-Maidah ayat 48 berkata ”Kami telah menurunkan Kitab Suci (Al-Quran) kepadamu dengan (membawa kebenaran) sebagai pembenar kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan sebagai penjaga. Kalau Alkitab sudah palsu berarti Al-Quran salah.
Muslim: Jadi Alkitab mana yang benar?
- Tanparagi: Surah Yunus ayat 94 – ”Jika engkau (Muhammad) meragukan apa yang kami turunkan kepadamu, tanyakanlah kepada orang-orang yang menurunkan sebelumnya.” Semua orang Kristen sepakat Injil hanya ada 4 (Matius, Markus, Lukas, Yohanes, dan semua orang Kristen dan Yahudi sepakat Taurat ada 5 (Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan).
Muslim: Kenapa Matius, Markus, Lukas dan Yohanes, kemana Injil Nabi Isa yang asli?
- Tanparagi: Maksudmu Kitab yang turun gedebuk dari langit kepada Nabi Isa, saya tidak kenal siapa itu Nabi Isa, yang saya kenal adalah Yesus Kristus yang mati disalibkan dan bangkit di hari ketiga, Yesus tidak menulis dan mendapatkan buku yang turun gedebuk dari langit karena Dialah Injil itu sendiri, Injil artinya kabar baik, yaitu Yesus bangkit dari kematian dan barangsiapa yang percaya akan diselamatkan. Matius, Markus, Lukas dan Yohanes adalah catatan kesaksian tentang Yesus yang berotoritas dan diakui semua orang Kristen.
Muslim: Berarti Yesus tidak pernah melihat dan menyetujui Injil dalam Kitab Suci ente kan, kenapa ente ikut keputusan Konsili?
- Tanparagi: Kamu kira nabimu pernah melihat dan menyetujui Al-Quran yang kamu pegang? Coba lihat catatan sejarah yang ditulis ulama kalian sendiri, Al-Quran dikanonisasi oleh Utsman setelah Nabimu meninggal. Lucu kan kamu menanyakan Kitab Suci orang lain dan Kitab Sucimu juga sama saja dan bahkan lebih parah. Saya mengikuti keputusan yang disepakati bersama oleh banyak orang termasuk para rasul dan Gereja, sedangkan kamu mengikuti keputusan 1 orang bernama Utsman dan dipaksakan kepada semua orang.
Muslim: ……..??? Tapi Katolik, Protestan dan Ortodoks mempunyai jumlah Kitab yang berbeda, itu buktinya bahwa para rasul dan Gereja tidak sepakat.
- Tanparagi: Berarti kamu tidak paham, semua sepakat bahwa PB ada 27 Kitab, dan PL ada 39 Kitab, total 66 Kitab yang merupakan kitab kanon utama (1). Sedangkan kitab lain yang berbeda adalah Kitab tambahan (Deuterokanonika) (2). Tidak ada yang sepakat bahwa kitab tambahan ini adalah kanon utama (3), makanya disebut Deuterokanonika, termasuk Protestan. Perbedaannya hanya apakah Deuterokanonika dibundling jadi 1 buku dengan kanon utama atau tidak.
Kenapa kitab-kitab ini tidak diakui sebagai kanon utama?
- Isi Deuterokanonika adalah kebanyakan cerita sejarah antara nabi terakhir yang diakui orang Yahudi, bernama Maleakhi sampai dengan Yesus. Jadi Deuterokanonika ini jelas bukan bagian dari PB yang dikanonisasi orang Kristen, sedangkan yang mengkanonisasi PL adalah orang-orang Yahudi sebelum Yesus. Isi Kitab Suci orang Yahudi (Tanakh) persis sama dengan PL yang dipegang orang Kristen, Kitab-kitab Deuterokanonika disebut seraphim hitsonim oleh orang Yahdui dan merupakan kitab-kitab yang penting bagi mereka, di dalamnya ada cerita sejarah kerajaan Yahudi bernama Makabe, tradisi Yahudi bernama Hanukkah, dan lain sebagainya. Tetapi orang Yahudi juga tidak menganggap Deuterokanonika sebagai bagian dari Kitab Suci yang disebut Tanakh, jadi orang Kristen mengikuti tradisi orang Yahudi sebelum Yesus yang tidak memasukkan Deuterokanonika sebagai kanon utama (4). Katolik dan Ortodoks dibundling mereka karena menganggap kitab-kitab ini juga perlu dibaca tetapi posisinya tidak setara dengan PL dan PB (5). Walaupun tidak dibundling Protestan bukan berarti tidak diakui dan tidak boleh dibaca. Jadi tidak ada perbedaan Kitab Suci Katolik, Protestan dan Ortodoks.
Tanggapan Agus Pare Tim DKC:
Deuterokanonika Setara dengan Protokanonika
Asumsi Muslim salah karena meskipun sama-sama Kristen karena otoritasnya berbeda. Contohnya Injil Matius dari dulu sampai sekarang isinya sama, begitu juga dengan Kitab Deuterokanonika, kita tidak pernah merubah apa-apa.
Apakah Deuterokanonika setara dengan Protokanonika? Jaman dulu tidak ada perbedaannya, hanya mulai berbeda di abad ke-16. Dalam Dekrit Damaskus di Konsili Roma (382 M) pengelompokannya semua adalah kitab-kitab kanon, tidak ada Deuterokanonika ataupun Protokanonika:
Yang dilingkari merah adalah bagian dari Deuterokanonika:
Dalam mempelajari kanon di jaman dahulu harus hati-hati karena penamaan Kitab jaman dulu berbeda dengan jaman sekarang yang sudah baku. Contohnya jaman dulu ada 5 Kitab Salomo, Esdras (Esra dan Nehemia), tambahan Yeremia dan lain sebagainya. Jadi sebenarnya isinya sama hanya pengelompokannya yang berbeda, jaman dulu pengelompokannya dipukul rata.
Dalam Konsili Kartage (397 M) dikatakan ”Selain dari Kitab-kitab kanonik tidak ada kitab lainnya yang boleh dibaca dalam Gereja, yang bisa disebut ’Tulisan Ilahi’ yang terdiri dari Kejadian, Keluaran, ……, 5 Kitab Salaomo, Tobias, Judith, 2 buku Esdras (Esra dan Nehemia) dan 2 buku Makabe.” dikatakan juga ”Mengenai konfirmasi dari kanon ini, Gereja di seberang lautan (Roma) harus dikonsultasikan”, disini ada keutamaan Paus.
Masih dari Konsili Kartage, kesannya menambahkan kanon padahal hanya copy paste/ mempertegas keputusan kanonik sebelumnya di Hippo.
Di atas adalah konfirmasi dari St. Innocent I (401-417 M) yaitu semua kanon Kitab Suci sama dan disetarakan sebagai ’Tulisan Ilahi’, tidak ada pengelompokan Deuterokanonika dan Protokanonika.
Dalam buku ini diberikan suatu daftar yang sangat panjang, yaitu sikap Bapa Gereja terhadap kesetaraan Deuterokanonika. Contohnya menurut Athenagoras (ca. 180): Kitab Barukh datang dari seorang Nabi yang diilhami oleh Roh Kudus.
Dari Basil (Gregory of Nyssa).
Yang terakhir ini dari St. Agustinus
Dalam ”City of God, Book 17, Chapter 20”, St. Agustinus mengatakan bahwa Kitab Kebijaksanaan dan Sirakh sering digunakan Gereja, terutama Gereja Barat dan diterima dengan otoritas. Di bawah St. Agustinus mengatakan bahwa memang Yahudi punya Kitab yang lain, bila kita berdialog dengan mereka sebaiknya tidak memakai Kitab Deuterokanonika.
Perlu diketahui oleh Protestan bahwa kanon Kitab PL yang dipakai mereka dan diklaim berasal dari Yahudi sebenarnya dibuat di tahun 90 M (70 tahun sesudah Yesus meninggal), ketika seluruh otoritas PL sudah beralih ke Yesus dan diberikan kepada murid dan kepada Gereja. Pada tahun 90 M otoritas kanon Alkitab sudah diberikan kepada Gereja dan selalu konsisten secara komunal sampai ke konsili-konsili berikutnya.
Tanggapan Titus Tim DKC:
Menambahkan saja bahwa: yang pertama kali menggunakan kata Deuterokanonika adalah Cytus dari Sienna pada tahun 1566, orang Yahudi yang convert ke Gereja Katolik.
Tanggapan Eric Tim DKC:
Perjanjian Lama Menurut Martin Luther dan Gereja Protestan
Perlu direnungkan mengapa Gereja Protestan mengambil dasar Konsili Jamnia sebagai dasar penentuan kanon PL. Sebab konsili itu tidak umum diketahui oleh kaum Yahudi dan hasilnya tidak diterima oleh segenap kaum Yahudi. Kaum Saduki dan Samaria tidak menerimanya, bahkan kaum Yahudi di Ethiophia sampai sekarang punya kitab PL yang sama dengan kanon PL Gereja Katolik.
Fakta sejarah: meskipun Luther menanyakan penetapan 46 kitab PL, namun ia tetap menyertakan kitab-kitab Deuterokanonika tersebut dalam terjemahan Kitab Suci pertamanya dalam bahasa Jerman (1534), di bagian akhir PL, dengan menyebutnya sebagai Apokrifa. Kitab-kitab Deuterokanonika juga ditemukan dalam edisi pertama King James Version (1611), yang diletakkan di antara PL dan PB. Maka kitab-kitab Deuterokanonika memang sudah termasuk dalam semua Alkitab (setidak-tidaknya sebagai appendix dalam kitab Protestan) sampai pada tahun 1827, yaitu ketika The British Foreign Bible Society benar-benar ”memotongnya.” Maka terlihat bukan Gereja Katolik yang menambahkan Kitab Deuterokanonika melainkan gereja Protestan yang menguranginya dari keseluruhan Kitab Suci.
Perlu juga diketahui bahwa Luther mempertanyakan keaslian kitab 2 Makabe, dari segi historis dan karena di kitab tersebut juga berisi dasar doktrin Api Penyucian, yang bertentangan dengan prinsipnya ”Salvation by Faith alone” Pandangan inilah yang sering dianggap sebagai alasan mengapa Luther memisahkan Kitab Deuterokanonika sebagai ”Apokrif ’Apocrypha’ yaitu kitab-kitab yang tidak dianggap sama seperti Kitab Suci lainnya namun sebagai kitab yang berguna dan baik untuk dibaca.” Sayangnya setelah jaman reformasi, arti ’apocrypha’ – yang terjemahan bebasnya adalah’tersembunyi” ini memperoleh konotasi negatif sehingga diartikan sebagai ’salah/ sesat’.
Tentang Kitab Deuterokanonika
- Kitab Deuterokanonika memang merupakan satu kesatuan dengan Kitab Perjanjian Lama (terdiri dari 46 Kitab). Dalam edisi Vulgate (Kitab Suci terjemahan Latin dari Ibrani dan jumlah kitabnya berdasarkan kitab Septuaginta, yaitu Kitab PL yang diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani pada tahun 250 – 125 SM) Kitab Deuterokanonika termasuk di dalamnya, inilah yang dipakai Gereja Katolik sampai sekarang.
- Deuterokanonika adalah istilah yang dipakai setelah abad ke-16, yang artinya adalah yang termasuk dalam kanon kedua. Istilah ini dipakai untuk membedakan dengan kitab-kitab PL lainnya yang diterima Gereja Protestan, yang disebut proto-kanon. Namun sebenarnya Kitab Deuterokanonika telah termasuk dalam kanon Septuaginta, yaitu Kitab Suci yang dipergunakan oleh Yesus dan para rasul. Dengan berpegang pada Tradisi Para Rasul, Magisterium Gereja Katolik memasukkan kitab Deuterokanonika dalam kanon Kitab Suci, seperti yang telah ditetapkan Paus Damasus I (382 M) dan kemudian oleh Konsili Hippo (393 M) dan Konsili Carthage (397 M). Kita percaya bahwa mereka diinspirasikan oleh Roh Kudus untuk menentukan keotentikan kitab-kitab ini, berdasarkan ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya.
- Martin Luther tidak membuang kitab-kitab Deuterokanonika, Luther memasukkannya dalam terjemahan Kitab Sucinya yang pertama dalam bahasa Jerman. Kitab Deuterokanonika juga terdapat dalam edisi pertama King James Version (1611) dan cetakan Kitab Suci pertama yang disebut Gutenberg Bible (yang dicetak satu abad sebelum Konsili Trente 1546). Kitab Deuterokanonika termasuk dalam hampir semua Kitab Suci sampai Komite Edinburg dari The British Foreign Bible Society memotongnya di tahun 1825.
- Deuterokanonika adalah istilah yang dipakai setelah abad ke-16, yang artinya adalah yang termasuk dalam kanon kedua. Istilah ini dipakai untuk membedakan dengan kitab-kitab PL lainnya yang diterima Gereja Protestan, yang disebut proto-kanon. Namun sebenarnya Kitab Deuterokanonika telah termasuk dalam kanon Septuaginta, yaitu Kitab Suci yang dipergunakan oleh Yesus dan para rasul. Dengan berpegang pada Tradisi Para Rasul, Magisterium Gereja Katolik memasukkan kitab Deuterokanonika dalam kanon Kitab Suci, seperti yang telah ditetapkan Paus Damasus I (382 M) dan kemudian oleh Konsili Hippo (393 M) dan Konsili Carthage (397 M). Kita percaya bahwa mereka diinspirasikan oleh Roh Kudus untuk menentukan keotentikan kitab-kitab ini, berdasarkan ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya.
Kitab Suci Martin Luther yang Memuat Kitab Makabe
###
Kitab Suci Calvin yang Memuat Kitab Makabe
Kitab Suci Protestan King James Version yang juga Memuat Kitab Makabe
Jelas 7 Kitab hilang di abad ke-19 (tahun 1825) oleh United Bible Society (UBS), ada 3 Kitab yang disebut “Kitab Jerami” oleh Luther karena bertentangan dengan sola fide, tetapi tidak sampai dihilangkan, yaitu:
- Kitab Yakobus
- Kitab Wahyu
- Kitab Ibrani
- Kitab Wahyu