LIVE DKC SABTU, 11 JANUARI 2025: PARA OKNUM PENDETA PROTESTAN BANYAK BERETORIKA & BLUNDER ..!!!

Rasul Paulus mengatakan bahwa hakekatnya seorang rasul adalah untuk menjadi pengajar yang ‘katolik’ artinya yang “meneruskan firman-Nya (Allah) dengan sepenuhnya…. tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus.” (lih. Kolose 1:25, 28)

By Manuel (Tim DKC)

16 menit bacaan

Share: X (Twitter) Facebook LinkedIn Whatsapp Telegram

LIVE DKC SABTU, 11 JANUARI 2025: PARA OKNUM PENDETA PROTESTAN BANYAK BERETORIKA & BLUNDER ..!!!

  1. Menanggapi video Pendeta Gereja Protestan GMIT Paulus Kupang 2021

  2. Dalam VT ini Bu Pendeta menyatakan bahwa Gereja Katolik ada sejak abad ke-10 & 11. Fakta sebenarnya adalah:

Perkataan Katolik ada di dalam Alkitab.[1]

  • Sesungguhnya kata ‘Katolik’ berasal dari bahasa Yunani, katholikos, yang artinya “keseluruhan/ universalwholeness” atau “komplit/ lengkapfullness“. Jadi dalam hal ini kata katholik mempunyai dua konotasi: bahwa Gereja yang didirikan Yesus ini bukan hanya milik suku tertentu atau kelompok eksklusif yang terbatas; melainkan mencakup ‘keseluruhan‘ keluarga Tuhan yang ada di ‘seluruh dunia‘, yang merangkul semua, dari setiap suku, bangsa_,_ kaum dan bahasa (lih. Wahyu 7:9[2]). Kata ‘Katolik’ juga berarti bahwa Gereja tidak dapat memilih-milih doktrin yang tertentu asal cocok sesuai dengan selera/ pendapat kita, tetapi harus doktrin yang setia kepada ‘seluruh‘ kebenaran. Rasul Paulus mengatakan bahwa hakekatnya seorang rasul adalah untuk menjadi pengajar yang ‘katolik’ artinya yang “meneruskan firman-Nya (Allah) dengan sepenuhnya…. tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus.” (lih. Kolose 1:25, 28)

  • Kata Gereja Katolik yang ditulis dalam bahasa Yunani dalam Kitab Suci sebagai “Ekklesia Katha Holos” (asal mula kata katholikos) ada di Kisah Para Rasul 9:31[3], yang bunyinya, “Selama beberapa waktu jemaat diseluruh Yudea, Galilea dan Samaria berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus.” Di sini kata”Katha holos atau katholikos” dalam bahasa Indonesia adalah Jemaat/ umat Seluruh/ Universal atau Gereja Katolik, sehingga kalau ingin diterjemahkan secara konsisten, maka Kisah Para Rasul 9:31, bunyinya adalah, “Selama beberapa waktu Gereja Katolik Yudea, Galilea, dan Samaria berada dalam keadaan damai. Gereja itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus.”

2. Sejarah Hari Rabu Abu[4]

Dalam Tradisi Gereja Barat, Rabu Abu adalah hari pertama Prapaskah, pada hari Rabu Abu, abu diberkati, baik dicampur dengan minyak suci maupun air suci, dan ditempatkan di atas kepala dengan tanda salib, atau ditaburkan di dahi. Ketika imam mengenakan abu, ia mengatakan ”Ingat engkau berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu” (lih. Kejadian 3:19)

Warna liturgi: ungu

Tipe Hari Raya: Hari Berpuasa dan Berpantang

Waktu dalam Tahun Liturgi: Hari Pertama Masa Prapaskah (Kalender Gereja Katolik Roma)

Durasi: satu hari

Perayaan/ Simbolisasi: Pertobatan, Berkabung, Kerendahan Hati

Nama Lain: Dies Cinerum (Hari Abu)

Referensi Kitab Suci: Matius 4:1-11; Lukas 4:1-13; Ester 4:1-3; Yunus 3:5-6; Daniel 9:3; Matius 11:21

Rabu Abu bukanlah hari libur di Gereja Timur, dan dikembangkan hanya di Gereja Barat. Gereja-gereja Ortodoks memulai Prapaskah pada hari Senin, pada abad ke-8 Rabu Abu menjadi hari puasa yang resmi, karena muncul dalam Sacramentarium Gregorian dari periode tersebut. Awalnya, Prapaskah dimulai pada hari Minggu, namun untuk membawa jumlah hari Prapaskah menjadi 40 (sejumlah hari puasa Yesus di padang gurun), awal masa Prapaskah akhirnya dipindah ke hari Rabu. Awalnya penggunaan abu dalam liturgi berasal dari zaman Perjanjian Lama. Abu melambangkan perkabungan, ketidakabadian, dan sesal/ tobat. Sebagai contoh:

  • Dalam buku Ester, Mordekhai mengenakan kain kabung dan abu ketika ia mendengar perintah Raja Ahasyweros (485-464 SM) dari Persia untuk membunuh semua orang Yahudi dalam kerajaan Persia (lih. Ester 4:1),

  • Ayub (ditulis antara abad ke-7 dan abad ke-5 SM) menyatakan sesalnya dengan duduk dalam debu dan abu (lih. Ayub 42:6),

  • Dalam nubuatnya tentang penawanan Yerusalem ke Babel, Daniel (sekitar 550 SM) menulis ”Lalu aku mengarahkan mukaku kepada Tuhan Allah untuk berdoa dan bermohon, sambil berpuasa dan mengenakan kain kabung serta abu.” (lih. Daniel 9:3).

  • Di abad ke-5 SM, sesudah Yunus menyerukan agar orang berbalik kepada Tuhan dan bertobat, kota Niniwe memaklumkan puasa dan mengenakan kain kabung dan raja menyelubungi diri dengan kain kabung lalu duduk di atas abu (lih. Yunus 3:5-6).

Contoh-contoh dari Perjanjian Lama tersebut merupakan bukti atas praktek penggunaan abu dan pengertian umum akan makna yang dilambangkannya. Yesus sendiri menyinggung soal penggunaan abu kepada kota-kota yang menolak bertobat dari dosa mereka meskipun mereka telah menyaksikan banyak mukjizat dan mendengar kabar gembira. Kristus berkata ”Seandainya mukjizat-mukjizat yang telah terjadi di tengah-tengahmu terjadi di Tirus dan Sidon, maka sudah lama orang-orang disitu bertobat dengan memakai pakaian kabung dan abu” (lih. Matius 11:21).

Akhirnya abu dipergunakan untuk menandai permulaan Masa Prapaskah, yaitu masa persiapan selama 40 hari (tidak termasuk hari Minggu) menyambut Paskah. Ritual perayaan ”Rabu Abu” ditemukan dalam edisi awal Gregorian Sacramentary (terbit ± abad ke-8). Sekitar tahun 1000, seorang imam Anglo-Saxon bernama Aelric menyampaikan khotbahnya, Kita membaca dalam kitab-kitab, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, bahwa mereka yang menyesali dosa-dosanya menaburi diri dengan abu serta membalut tubuh mereka dengan kain kabung. Kita menaburkan abu di kepala kita sebagai tanda kita menyesali dosa-dosa kita terutama selama masa Prapaskah. Setidaknya sejak abad pertengahan Gereja telah mempergunakan abu untuk menandai permulaan masa tobat Prapaskah, sebagai pengingat ketidakabadian dan penyesalan dosa-dosa kita.

Dalam liturgi sekarang, di perayaan Rabu Abu, kita menggunakan abu berasal dari daun palma yang diberkati pada perayaan Minggu Palma tahun sebelumnya yang telah dibakar. Imam memberkati abu dan mengenakannya di dahi umat beriman dengan membuat tanda salib dan berkata ”Ingat engkau berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu” atau ”Bertobatlah dan percayalah kepada Injil”. Sementara memasuki masa Prapaskah yang kudus untuk menyambut Paskah, patutlah kita ingat akan makna abu yang telah kita terima, yaitu:

  • Kita menyesali dosa dan melakukan silih bagi dosa-dosa kita,

  • Kita mengarahkan hati kepada Kristus yang sengsara, wafat dan bangkit demi keselamatan kita,

  • Kita memperbaharui janji yang kita ucapkan dalam pembaptisan, ketika kita mati atas hidup lama dan bangkit bersama Kristus,

  • Dan yang terakhir, kita menyadari bahwa kerajaan dunia akan segera berlalu, berjuang untuk hidup dalam kerajaan Allah sekarang ini serta merindukan kepenuhannya di surga kelak,

  • Pada intinya kita mati bagi diri kita sendiri, dan bangkit kembali dalam hidup baru bersama Kristus.

Sementara kita mencamkan makna abu dan berjuang untuk menghayatinya sepanjang masa Prapaskah, patutlah kita mempersilahkan Roh Kudus untuk menggerakkan kita dalam karya dan amal belas kasihan terhadap sesama. Paus Yohanes Paulus II dalam pesan masa Prapaskah 2003 mengatakan ”Merupakan harapan saya yang terdalam bahwa umat beriman akan mendapati masa Prapaskah ini sebagai masa yang menyenangkan untuk menjadi saksi belas kasih Injil di segala tempat, karena panggilan untuk berbelas kasihan merupakan inti dari segala pewartaan Injil yang sejati”. Beliau juga menyesali bahwa ”Abad kita, sungguh sangat disayangkan, terutama rentan terhadap godaan akan kepentingan diri sendiri yang senantiasa berkeriapan dalam hati manusia – Suatu hasrat berlebihan untuk memiliki akan menghambat manusia dalam membuka diri terhadap pencipta mereka dan terhadap saudara-saudari mereka.”

Referensi: Church Year, Yesaya[5]

3. Menanggapi video PS. Adi Markus ”Alkitab Protestan Dituliskan Langsung oleh Tuhan Allah”

Semua pernyataan pendeta ini bertentangan dengan:

  1. 2 Timotius 3:16 – Secara jelas mengatakan penafsiran Gereja harus berlandaskan Magisterium Gereja,

  2. Alkitab tidak dituliskan langsung oleh Allah, melainkan adalah karya Roh Kudus dari Konsili Roma 382 M,

  3. 2 Petrus 1:20-21[6] – ”Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah”. Protestan telah melanggar ayat ini karena selalu menafsirkan sendiri ayat Kitab Suci, melainkan harus berdasarkan Magisterium Gereja!

  4. Pendeta Markus juga mengatakan bahwa salinan Kitab Suci asli adanya di Yerusalem. Fakta sebenarnya teks original dan salinan Kitab Suci ada di Perpustakaan Vatikan![7]

  5. Ada juga pernyataan Pendeta Markus bahwa finalisasi/ kanonisasi Kitab Suci di abad ke-16. Ini jelas suatu keblunderan!

  6. Menanggapi video Pdt. Ezra Soru ”Saya sudah bisa menggunakan bahasa Roh Kudus dalam melakukan KKR, yang terpenting adalah Urapan bukan Sekolah Teologia”

  7. Tidak pernah dicantumkan dalam nomenklatur dunia pendidikan di Indonesia seorang lulusan S1 bisa mengajar S2, ataupun terdapat gelar Doktor Honorer Teologia (seperti pernyataan Pdt. Ezra Soru),

  8. Pernyataan selanjutnya ”Berilmu tidak berteologia, Berteologia tidak berilmu”. Konteksnya bukan seperti itu melainkan menurut konteks Kekristenan Purba adalah kesetiaan dan ketaatan, contohnya banyak yang berilmu tapi menjadi bidat dalam sejarah Kekristenan.

  9. Menanggapi video Pdt. Stephen Tong “Teologia Kemakmuran Gereja modern mengancam Gereja Tua, diperlukan Reformasi dalam Gereja”

  10. Ajaran-Ajaran Sesat Dari Abad Pertama Hingga Abad Tujuh Belas[8]

Sejak awal kekristenan, Gereja telah diserang oleh mereka yang memperkenalkan ajaran-ajaran palsu, atau ajaran sesat.

Alkitab telah memperingatkan kita bahwa hal ini akan terjadi. Paulus mengatakan kepada anak didiknya yang masih muda, Timotius, “Sebab akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi karena gatal telinganya mereka akan mengumpulkan guru-guru yang mereka kehendaki untuk memuaskan keinginan mereka sendiri, dan mereka akan berbalik dari mendengarkan kebenaran dan mengikuti ajaran-ajaran sesat” (2 Tim 4:3-4).

4. Apakah ajaran sesat itu?

Ajaran sesat adalah istilah yang sarat dengan emosi yang sering disalahgunakan. Ini tidak sama dengan ketidakpercayaan, perpecahan, kemurtadan, atau dosa-dosa lain yang bertentangan dengan iman. Katekismus Gereja Katolik menyatakan, “Ketidak percayaan adalah pengabaian terhadap kebenaran yang diwahyukan atau penolakan yang disengaja untuk menerimanya. Bidaah adalah penyangkalan yang keras kepala setelah pembaptisan akan suatu kebenaran yang harus dipercayai dengan iman ilahi dan Katolik, atau juga keraguan yang keras kepala akan hal yang sama; Kemurtadan adalah penolakan total akan iman Kristen; Perpecahan adalah penolakan untuk tunduk pada Paus Roma atau persekutuan dengan anggota-anggota Gereja yang tunduk padanya” (KGK 2089).

5. Ajaran Sesat Abad 16: Protestanisme

Kelompok-kelompok Protestan menampilkan berbagai macam doktrin yang berbeda. Namun, hampir semuanya mengaku percaya pada ajaran sola scriptura (“hanya dengan Kitab Suci” – gagasan bahwa kita harus menggunakan hanya Alkitab ketika membentuk teologi kita) dan sola fide (“hanya dengan iman” - gagasan bahwa kita dibenarkan hanya dengan iman).

Keragaman doktrin Protestan yang besar berasal dari doktrin penghakiman pribadi, yg menyangkal otoritas Gereja yg tidak dapat salah dan menyatakan bahwa setiap individu harus menafsirkan Alkitab utuk dirinya sendiri. Gagasan ini ditolak dalam 2 Petrus 1:20, di mana kita diberitahu tentang aturan pertama dalam menafsirkan Alkitab: “Pertama-tama kamu harus mengerti hal ini, yaitu bahwa tidak ada nubuat dalam Kitab Suci yang dapat ditafsirkan sendiri”. Ciri penting dari ajaran sesat ini adalah upaya untuk mengadu-domba Gereja dengan Alkitab, dengan menyangkal bahwa magisterium memiliki otoritas yang tidak dapat salah untuk menafsirkan Alkitab.

Doktrin penghakiman pribadi ini telah menghasilkan ribuan denominasi Kristen yg berbeda dan kelompok-kelompok sempalan kuasi-Kristen sepanjang sejarah.

  1. Menanggapi video Pdt. Ezra Soru ”Kristen Perlu Belajar Doktrin”

  2. Pernyataan Pdt. Esra Soru bahwa pewarta harus paham tentang Injil, yang adalah tentang Doktrin apakah bisa diterima oleh denominasi Protestan lainnya? Sebenarnya Injil adalah kabar baik, yang merupakan hasil dari kanonisasi Gereja Katolik.

  3. Sola Scriptura adalah suatu upaya mengadu domba Gereja dengan Kitab Suci karena tidak adanya otoritas, hal ini mengakibatkan banyaknya denominasi Protestan. Sola Scriptura membangkitkan banyaknya zombie-zombie bidat yang telah dikutuk Gereja.

  4. Menanggapi video Ibadah Kamis Putih & Pembasuhan Kaki di Gereja Protestan

  5. Apakah kaum Protestan tidak malu dengan video ini?

  6. Sejak kapan Tradisi Gereja Katolik mengajarkan seorang Pendeta wantia merayakan ibadah dan membasuh kaki? Imam wanita sudah dikutuk di abad ke-2 (Ajaran Pepusians).

  7. Menanggapi video live @paus orca batic tentang perdebatan ”Mantan Penasihat Paus dipenjara karena skandal korupsi besar di Vatikan”

Meskipun sudah dikasih data-data ayat Kitab Suci, Magisterium dan Tradisi Gereja Katolik, kaum Protestan masih saja terus menerus memprotes tentang P3MI (Paus, Patung, Purgatory, Maria dan Indulgensi)/ ajaran Gereja Katolik lainnya.

6. Menanggapi video live DKC 1 dengan orang Protestan (Kalo Lai)

Kalo Lai mempertanyakan: apa yang mau diributkan? Orang Katolik dan Protestan selama ini adem-adem saja, tidak ada perselisihan, bahkan di NTT ada pertukaran mimbar. Tanggapan DKC sebagai berikut:

  1. Apabila ada framing-an dari Protestan, apakah Katolik harus diam saja?

  2. Apa yang dimaksud dengan pertukaran mimbar di NTT? Respon Kalo Lai adalah di Flores, NTT ada Pendeta Kristen berkhotbah di Gereja Katolik dan Pastur Katolik naik ke mimbar Gereja Protestan.

Dalam hal keimanan, umat Katolik selama ini sudah memberlakukan toleransi pekat dengan Protestan, contohnya ajaran Tritunggal, Tradisi Gereja dll. yang sudah diadopsi Protestan. Bentuk toleransi lainnya di dunia nyata adalah Katolik telah berkontribusi besar dalam hal pendidikan, kesehatan, dll, kecuali dalam dunia politik, Katolik taat kepada pemerintah.

Dalam hal pertukaran mimbar, mungkin yang dimaksud dengan Kalo Lai adalah ibadah ekumenis, bukan pertukaran mimbar.

Dalam hal keributan/ saling menyerang seperti yang ditanyakan Kalo Lai, selama ini DKC dalam menanggapi framing-an Protestan adalah dengan mengungkapkan sejarah, apakah ini suatu keberingasan? Ini adalah kenyataan/ realita sejarah. Gereja Protestan selama ini tidak bertumbuh dengan semakin banyaknya denominasi sementara Gereja Katolik semakin berkembang dalam iman dan ajaran-ajarannya. Yesus mendirikan Gereja Katolik sebagai tiang penopang dan dasar kebenaran/ sakramen (tanda rahmat Tuhan yang nampak). Perspektif Katolik dan Protestan sudah berbeda, contohnya baptisan Katolik yang merupakan sarana keselamatan, berbeda dengan pandangan Protestan.

Menanggapi VT orang Protestan (Al Mofu) ”Allegro cocok bikin sakramen cek keperawanan”

  1. Pernyataan Al Mofu yang mem-_framing_ Rm. Patris Allegro sebagai “Romo Bidat”. Sebenarnya kaum Protestan yang bidat, di saat tidak dapat menyajikan data yang dilakukan adalah ”ad hominem.”

  2. Berikutnya Al Mofu mengatakan Romo Patris tidak bisa berdebat dengan menunjukkan ayat Kitab Suci. Romo Katolik tidak mau berdebat dengan kaum Protestan, atau dengan iblis. Fakta sebenarnya Protestan telah membuang 7 Kitab Deuterokanonika dan selalu menafsirkan ayat Alkitab menurut kehendak pribadi.

  3. Mencomot Kisah Para Rasul 6:9-10[9] (Tuduhan terhadap Stefanus) – ”Tetapi tampillah beberapa orang dari Gereja Yahudi yang disebut Gereja orang Libertini? anggota-anggota Gereja itu adalah orang-orang dari Kirene dan dari Aleksandria? bersama dengan beberapa orang Yahudi dari Kilikia dan dari Asia. Orang-orang itu bersoal jawab dengan Stefanus, tetapi mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara.”

Apa yang sebenarnya mau diperdebatkan Rm. Patris dengan orang Protestan ini, semua ajaran Katolik sudah final dan tidak untuk diperdebatkan lagi!

  1. Pernyataan Al Mofu Dogma Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa dan Maria Perawan Abadi sebagai ajaran sesat/ dongeng. Hal ini sudah sering dibantah DKC/ apologet Katolik lainnya dalam setiap live-nya, Protestan hanya bisa berkutat tentang P3MI. Faktanya: kaum Protestanisme telah terpapar begitu banyak ajaran bidat yang telah dikutuk Gereja Katolik dari abad ke-1 sampai ke-17. Protestanisme adalah ajaran bidat terbesar di abad ke-16!

Landasan Biblis tentang Maria Tak Bernoda: Yudas 1:24[10] – ”Bagi Dia, yang berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung dan yang membawa kamu dengan tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya.” (bdk. Lukas 1:46-56[11]). Kedua ayat ini jelas menunjuk kepada Bunda Maria Yang Tak Bernoda.

7. Sumber

  1. https://thomastrika.wordpress.com/2009/12/01/nama-katolik-tidak-ada-di-alkitab/

  2. https://damaikasihchannel.com/kitabsuci/?q=why7:9-9

  3. https://damaikasihchannel.com/kitabsuci/?q=kis9:31-31

  4. https://katolisitas-indonesia.blogspot.com/2012/07/sejarah-hari-rabu-serta-pemberian-abu.html

  5. https://prayerist.com/ashwednesday

  6. https://damaikasihchannel.com/kitabsuci/?q=2ptr1:20-21

  7. https://digi.vatlib.it/

  8. https://damaikasihchannel.com/artikel/ajaran-ajaran-sesat-dari-abad-pertama-hingga-abad-tujuh-belas/

  9. https://damaikasihchannel.com/kitabsuci/?q=kis6:9-10

  10. https://damaikasihchannel.com/kitabsuci/?q=yud1:24-24

  11. https://damaikasihchannel.com/kitabsuci/?q=luk1:46-56

Share: X (Twitter) Facebook LinkedIn Whatsapp Telegram

Artikel Lainnya