LIVE DKC [45-2025] SABTU, 29 MARET 2025 PUKUL 19:00 WIB: OTORITAS & SUKSESI DARIMANA, HALUMU SANGAT AKUT!!!
Merespon Video Decky Ngadas dalam Debatnya dengan Apologet Protestan lainnya tentang “Batu Karang itu ialah Kristus” (vs. Dr. Erastus Sabdono), ”Kristologi Surat Ibrani” (vs. Michael Sarventus), ”Tritunggal Tiga Pribadi yang dapat Terpisah?” (vs. Dr. Suhento Liauw),
Otoritas Kerasulan dan Suksesi Berdasarkan Kitab Suci
Para Pemimpin yang Ditahbiskan Berbagi dalam Pelayanan dan Otoritas Yesus
Matius 10:1, 40 – Yesus menyatakan kepada para rasul-Nya, “Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku dan Dia yang mengutus Aku.” Yesus dengan bebas memberikan otoritas-Nya kepada para rasul agar mereka dapat secara efektif mempertobatkan dunia.
Matius 16:19, 18:18 – Para rasul diberi otoritas Kristus untuk membuat keputusan yang terlihat di bumi yang akan disahkan di surga. Allah membangkitkan umat manusia di dalam Kristus dng meninggikan para pemimpin pilihan-Nya & menganugerahi mereka dengan otoritas dan kasih karunia yang mereka perlukan untuk membawa pertobatan bagi semua orang. Tanpa otoritas pusat di dlm Gereja, akan terjadi kekacauan (seperti yg terjadi di dalam Protestan).
Lukas 9:1, 10:19 – Yesus memberi para rasul kuasa atas hal-hal yang alamiah dan supernatural (penyakit, setan, ular, dan kalajengking).
Lukas 10:16 – Yesus berkata kepada para rasul-Nya, “barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku.” Ketika kita mendengarkan pengajaran para uskup tentang iman, kita mendengarkan Kristus sendiri.
Lukas 22:29 – Bapa memberikan kerajaan kepada Anak, dan Anak memberikan kerajaan kepada para rasul. Karunia itu dipindahkan dari Bapa kepada Anak kepada para rasul.
Bilangan 16:28 – Otoritas Bapa dialihkan kepada Musa. Musa tidak berbicara sendiri. Ini adalah pemindahan otoritas yang nyata.
Yohanes 5:30 – Demikian pula, Yesus sebagai manusia tidak melakukan apa pun dari otoritas-Nya sendiri, tetapi Ia bertindak di bawah otoritas Bapa.
Yohanes 7:16-17 – Yesus sebagai manusia menyatakan bahwa otoritas-Nya bukan berasal dari diri-Nya sendiri, tetapi dari Allah. Dia akan mengalihkan otoritas ini kepada orang lain.
Yohanes 8:28 – Yesus berkata bahwa Ia tidak melakukan apa pun atas otoritas-Nya sendiri. Demikian pula, para rasul tidak akan melakukan apa pun atas otoritas mereka sendiri. Otoritas mereka berasal dari Allah.
Yohanes 12:49 – Otoritas Bapa telah dipindahkan kepada Anak. Sang Anak tidak berbicara atas kehendak-Nya sendiri. Ini adalah pemindahan otoritas ilahi.
Yohanes 13:20 – Yesus berkata, “Barangsiapa menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku.” Barangsiapa menerima para rasul, menerima Kristus sendiri. Barangsiapa menolak para rasul dan para penerus mereka, menolak Kristus.
Yohanes 14:10 – Yesus berkata bahwa Firman yang Dia ucapkan bukanlah otoritas-Nya sendiri, tetapi dari Bapa. Karunia itu berasal dari Bapa kepada Yesus kepada para rasul.
Yohanes 16:14-15 – Apa yang Bapa miliki, Anak miliki, dan Anak memberikannya kepada para rasul. Otoritas tersebut tidak berkurang atau dikurangi.
Yohanes 17:18; 20:21 – Sebagaimana Bapa mengutus Anak, Anak mengutus para rasul. Para rasul memiliki otoritas yang ditetapkan secara ilahi.
Kisah Para Rasul 20:28 – Para rasul adalah gembala dan penjaga yang ditunjuk oleh Roh Kudus (bdk. 1 Petrus 2:25 – Yesus adalah Gembala dan Penjaga). Para rasul, dengan kuasa Roh Kudus, berbagi pelayanan dan otoritas Kristus.
Yeremia 23:1-8; Yehezkiel 34:1-10 – Para gembala harus menggembalakan domba-domba, atau mereka akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah.
Efesus 2:20 – Iman Kristen dibangun di atas dasar para rasul. Kata “dasar” membuktikan bahwa iman ini tidak mati bersama para rasul, tetapi terus berlanjut melalui penerusan.
Efesus 2:20; Wahyu 21:9,14 – Kata “rumah tangga”, “Mempelai Anak Domba”, “Yerusalem baru” semuanya adalah metafora untuk Gereja yang fondasinya adalah para rasul.
Wewenang Dialihkan oleh Sakramen Penahbisan
Kisah Para Rasul 1:15-26 – Hal pertama yang Petrus lakukan setelah Yesus naik ke surga adalah menerapkan suksesi kerasulan. Matias ditahbiskan dengan otoritas kerasulan penuh. Hanya Gereja Katolik yang dapat menunjukkan silsilah kerasulan yang tidak terputus sampai kepada para rasul yang bersatu dengan Petrus melalui sakramen penahbisan dan dengan demikian mengklaim mengajar dengan otoritas Kristus sendiri.
Kisah Para Rasul 1:20 – Seorang pengganti Yudas dipilih. Otoritas jabatannya (“keuskupannya”) dihormati meskipun ia memiliki dosa yang sangat besar. Perlunya suksesi kerasulan agar Gereja dapat bertahan hidup dipahami oleh semua orang. Allah tidak pernah berkata, “Aku akan memberikan kepadamu para pemimpin yang memiliki otoritas selama sekitar 400 tahun, tetapi setelah Alkitab selesai disusun, kamu semua sendirian”.
Kisah Para Rasul 1:22 – Secara harafiah, “seseorang harus ditahbiskan” untuk menjadi saksi bersama kita ttg kebangkitanNya. Penahbisan kerasulan diperlukan untuk mengajar dengan otoritas Kristus.
Kisah Para Rasul 6:6 – Otoritas kerasulan ditransfer melalui penumpangan tangan (penahbisan). Otoritas ini telah dialihkan di luar kedua belas rasul yang asli seiring dengan pertumbuhan Gereja.
Kisah Para Rasul 9:17-19 – Bahkan Paulus, yang secara langsung dipilih oleh Kristus, hanya menjadi seorang pelayan setelah penumpangan tangan oleh seorang uskup. Ini adalah sebuah bukti yang kuat akan pentingnya penahbisan sakramental untuk menjadi penerus yang sah dari para rasul.
Kisah Para Rasul 13:3 – Otoritas kerasulan ditransfer melalui penumpangan tangan (penahbisan). Otoritas ini harus berasal dari seorang uskup Katolik.
Kisah Para Rasul 14:23 – Para rasul dan orang-orang yang baru ditahbiskan mengangkat penatua-penatua untuk memiliki otoritas di seluruh Gereja.
Kisah Para Rasul 15:22-27 – Para pengkhotbah Firman harus diutus oleh para uskup dalam kesatuan dengan Gereja. Kita harus menelusuri otoritas ini kepada para rasul.
2 Korintus 1:21-22 – Paulus menulis bahwa Allah telah menugaskan orang-orang tertentu dan memeteraikan mereka dengan Roh Kudus sebagai jaminannya.
Kolose 1:25 – Paulus menyebut posisinya sebagai “jabatan” ilahi. Sebuah jabatan memiliki penerus. Jabatan itu tidak berakhir dengan kematian. Atau jabatan itu bukanlah sebuah jabatan. Lihat juga Ibrani 7:23 - suatu jabatan berlanjut dengan adanya penerus setelah pemegang jabatan sebelumnya meninggal.
1 Timotius 3:1 – Paulus menggunakan kata “episkopoi” (uskup) yang membutuhkan jabatan. Semua orang mengerti bahwa penggunaan episkopoi dan jabatan oleh Paulus berarti jabatan tersebut akan diteruskan setelah kematiannya oleh orang-orang yang akan menggantikannya.
1 Timotius 4:14 – Sekali lagi, otoritas kerasulan ditransfer melalui penumpangan tangan (penahbisan).
1 Timotius 5:22 – Paulus mendorong Timotius untuk berhati-hati dalam menumpangkan tangan (menahbiskan orang lain). Karunia otoritas adalah sebuah realitas dan tidak dapat digunakan secara sembarangan.
2 Timotius 1:6 – Paulus kembali mengingatkan Timotius akan karunia Allah yang unik yang diterimanya melalui penumpangan tangan.
2 Timotius 4:1-6 – Di akhir hidup Paulus, Paulus menugaskan Timotius untuk menjalankan tugas pelayanannya. Kita harus menelusuri garis keturunan kerasulan yang sejati sampai kepada seorang uskup Katolik.
2 Timotius 2:2 – Ayat ini menunjukkan bahwa Allah bermaksud untuk mengalihkan otoritas kepada penerusnya (di sini, Paulus kepada Timotius hingga generasi ketiga atau keempat). Hal ini berlaku setelah kematian para rasul.
Titus 1:5; Lukas 10:1 – Para penatua Gereja ditunjuk dan memegang otoritas. Allah meminta anak-anak-Nya untuk berpartisipasi dalam pekerjaan Kristus.
1 Yohanes 4:6 – Barangsiapa mengenal Allah, ia mendengarkan kami (para uskup dan penerus para rasul). Inilah cara kita membedakan kebenaran dan kesalahan (bukan hanya dengan membaca Alkitab dan menafsirkannya sendiri).
Keluaran 18:25-26 – Musa mengangkat berbagai kepala atas umat Allah. Kita melihat adanya hierarki, pengalihan otoritas dan suksesi.
Keluaran 40:15 – Pengurapan secara fisik menunjukkan bahwa Allah menghendaki suatu keimaman yang kekal dengan suksesi yang tidak terputus.
Bilangan 3:3 – Anak-anak Harun secara resmi “diurapi” menjadi imam dlm “penahbisan” utuk melayani dalam “jabatan” imam.
Bilangan 16:40 – Menunjukkan maksud Allah akan suksesi yang tidak terputus di dalam kerajaan-Nya di bumi. Kecuali seorang imam ditahbiskan oleh Harun dan keturunannya, ia tidak memiliki otoritas.
Bilangan 27:18-20 – Menunjukkan maksud Allah bahwa melalui “penumpangan tangan”, seseorang ditugaskan dan memiliki otoritas.
Ulangan 34:9 – Musa menumpangkan tangan ke atas Yosua, dan karena itu, Yosua ditaati sebagai penerus, yang penuh dengan roh hikmat.
Sirakh 45:15 – Musa menahbiskan Harun dan mengurapinya dengan minyak. Ada pengalihan otoritas melalui penahbisan formal.
Yesus Menghendaki Kita untuk Mentaati Otoritas Kerasulan
Kisah Para Rasul 5:13 – Orang-orang mengakui otoritas khusus para rasul dan tidak berani mengambilnya dari diri mereka sendiri.
Kisah Para Rasul 15:6, 24, 16:4 – Otoritas mengajar diberikan kepada para rasul dan para penerus mereka. Otoritas mengajar ini harus ditelusuri sampai kepada para rasul yang pertama, atau otoritas tersebut tidak direstui oleh Kristus.
Roma 15:16 – Paulus berkata bahwa ia adalah pelayan Kristus Yesus bagi bangsa-bangsa lain dalam pelayanan keimaman Injil Allah, supaya persembahan bangsa-bangsa lain itu dapat diterima. Hal ini merujuk kepada keimaman pelayanan dari orang-orang yang telah ditahbiskan yang dapat dibedakan dari keimaman universal dari kaum awam. Perhatikan bahwa bangsa² lain adlh “korban” dan Paulus melakukan “persembahan”.
1 Korintus 5:3-5, 16:22; 1 Timotius 1:20; Galatia 1:8; Matius 18:17 – Ayat-ayat ini menunjukkan otoritas para penatua untuk mengucilkan/ mengutuk (“menyerahkan kepada Iblis”).
2 Korintus 2:17 – Paulus mengatakan bahwa para penatua bukan sekadar penjaja firman Tuhan. Mereka sebenarnya ditugaskan oleh Allah. Ini bukanlah otoritas yg ditunjuk sendiri.
2 Korintus 3:6 – Paulus mengatakan bahwa orang-orang tertentu telah memenuhi syarat oleh Allah untuk menjadi pelayan Perjanjian Baru. Hal ini merujuk pada imamat Kristus yang diturunkan dri zaman ke zaman melalui penahbisan sakramental.
2 Korintus 5:20 – Paulus berkata bahwa kita adalah “duta-duta besar” bagi Kristus. Ini berarti bahwa para rasul dan penerus mereka memiliki partisipasi yang nyata dalam misi Kristus, yang meliputi penyembuhan, pengampunan dosa, dan pemberian sakramen-sakramen.
2 Korintus 10:6 – Mengacu pada mereka yang ditahbiskan, Paulus mengatakan bahwa mereka siap untuk menghukum setiap ketidaktaatan. Gereja memiliki otoritas untuk mengucilkan mereka yang tidak taat.
2 Korintus 10:8 – Paulus mengakui otoritasnya atas umat Allah yang diberikan Tuhan untuk membangun Gereja.
1 Tesalonika 5:12-13 – Paulus menasihati anggota-anggota Gereja untuk menghormati mereka yang memiliki otoritas atas mereka.
2 Tesalonika 3:14 – Paulus mengatakan jika seseorang tidak menaati apa yang telah ia berikan dalam suratnya, janganlah berurusan dengannya.
1 Timotius 5:17 – Paulus menasihati anggota Gereja untuk menghormati penatua (“imam”) yang telah ditetapkan dalam Gereja.
Titus 2:15 – Paulus menugaskan Timotius untuk menasihati dan menegur dengan segala kewenangan yang diterimanya dari penumpangan tangan.
Ibrani 12:9 – Dalam konteks disiplin rohani, penulis mengatakan bahwa kita memiliki bapa-bapa duniawi (mengacu kepada para pemimpin yang ditahbiskan) untuk mendisiplinkan kita dan kita menghormati mereka.
Ibrani 13:7, 17 – Paulus menasihati anggota Gereja untuk mengingat dan menaati para pemimpin mereka yang memiliki otoritas atas jiwa mereka.
1 Petrus 2:18 – Petrus menasihati para hamba untuk tunduk kepada tuan mereka, baik yang baik hati dan lemah lembut maupun yang sombong.
1 Petrus 5:5; Yudas 8 – Petrus dan Yudas menasihati anggota Gereja untuk tunduk kepada penatua mereka.
2 Petrus 2:10 – Petrus memperingatkan umat beriman untuk tidak meremehkan otoritas. Ia merujuk kepada otoritas kerasulan yang diberikan kepada mereka oleh Kristus.
3 Yohanes 9 – Yohanes menunjukkan bahwa Diotrefes tidak mengakui otoritas kerasulan Yohanes dan menyatakan bahwa hal ini adalah kejahatan.
Ulangan 17:10-13 – Tuhan memerintahkan umat Israel yg setia utuk menaati para imam yg Dia tempatkan, dan melakukan segala sesuatu yg mereka perintahkan dan ajarkan. Tuhan memperingat-kan bahwa mereka yg tdak menaati para imam-Nya akan mati.
Bilangan 16:1-35 – Korah menghasut pemberontakan “protestan” terhadap Musa yg dipilih Allah dalam upaya untuk mengacaukan perbedaan antara jabatan keimaman yang bersifat jawatan dan keimaman yg bersifat universal, dan Korah serta para pengikutnya binasa. (Upaya utuk mengaburkan perbedaan antara para imam dan kaum awam ini masih dilakukan oleh para pembangkang pada masa kini).
Sirakh 7:29-30 – Dengan segenap jiwamu takutlah akan Tuhan dan hormatilah imam-imam-Nya, kasihilah Penciptamu dan janganlah kamu meninggalkan para pelayanNya. Tuhan tidak terancam oleh otoritas yang Dia berikan kepada anak-anak-Nya! Allah, sebagai Bapa yang penuh kasih, mengundang kita untuk mengambil bagian di dalam rencana keselamatan-Nya bersama Putra-Nya, Yesus. Tanpa otoritas di dalam Gereja, maka akan terjadi kesalahan, kekacauan dan kebingungan.[1]
Artikel Pat Bartholomew: Tidak Ada Perpecahan antara Roma dan Konstantinopel pada Tahun 1054
Patriark Ekumenis meyakini bahwa perpecahan antara Ortodoks dan Katolik akan hilang dalam beberapa tahun mendatang.
Pada tanggal 12 Maret 2025, selama pertemuan di Istanbul dengan Patriark Melkit Katolik Yunani Gregorius III, Patriark Bartholomew dari Konstantinopel membahas sebuah teori yang menyatakan bahwa tidak ada perpecahan formal antara Roma dan Konstantinopel pada tahun 1054, lapor Catholic News Agency.
Menurutnya, alih-alih terjadi pemutusan hubungan secara resmi, “ada ketegangan yang meningkat seiring berjalannya waktu.” Namun, seperti yang ditegaskan Bartholomew, ketegangan ini “bukan tidak dapat diatasi.”
Gregorius III tiba di Istanbul bersama sekelompok peziarah yang berpartisipasi dalam ziarah yang diselenggarakan oleh Serikat Jerman di Tanah Suci. Ziarah tersebut bertepatan dengan peringatan 1700 tahun Konsili Nicea Pertama, yang diselenggarakan pada tahun 325 M.
“Tentu saja, banyak masalah telah terkumpul selama seribu tahun terakhir. Namun, kami penuh harapan bahwa masalah-masalah itu akan terselesaikan dalam tahun-tahun mendatang,” tegas Patriark. “Semuanya ada di tangan Tuhan. Dia telah menyiapkan masa depan yang sejati bagi Gereja-gereja kita.”
Sebagai pengingat, Patriark Bartholomew sebelumnya menyatakan bahwa ia akan mengupayakan perayaan Paskah bersama dengan umat Katolik dan Anglikan.[2]