LIVE DKC MINGGU, 26 JANUARI 2025 PUKUL 13:30 WIB: MENGKRITISI ORANG KATOLIK YANG BERJIWA SSPX..!!!

Ketika ada orang Katolik menolak Konsili Vatikan II (KV II) sama saja dengan orang pagan yang kaku dan menolak kasih sayang dalam KV II. Walaupun ada 3 Paus mengubah tentang SSPX, ajarannya tetaplah sama dan tidak berbeda.

By Manuel (Tim-DKC)

9 menit bacaan

Share: X (Twitter) Facebook LinkedIn Whatsapp Telegram

LIVE DKC MINGGU, 26 JANUARI 2025 PUKUL 13:30 WIB: MENGKRITISI ORANG KATOLIK YANG BERJIWA SSPX..!!!

Presentasi Miyabi Gendut tentang SSPX

3 Paus Saling Mengubah Aturan tentang SSPX

  1. Paus Yohanes Paulus II meng-anathema
  2. Diubah oleh Paus Benedictus XVI
  3. Dilepas oleh Paus Fransiscus

Diagora – Filsafat Yunani

Yaitu ilmu yang menghancurkan kepalsuan-kepalsuan sosial, muncul pertama kali di Kota Athena saat Socrates berdiri mempertanyakan bangsawan Yunani di dalam diagora megah di tahun 389 M. Socrates perlu menjadi ”penganggu” orang-orang yang menjelaskan tentang para dewa, agar lebih kreatif, benar dan seru tentang moralitas masyarakat Yunani yang hanya satu dan monoton, bila berbeda akan menjadi musuh. Kata Plato dalam bukunya ”Socrates adalah satu-satunya orang di masa itu yang menjadi ”penganggu” (Socrates tidak memiliki buku, biografinya hanya diceritakan secara utuh oleh Plato).

Socrates tidak peduli dengan pandangan Yunani dan menjadi sangat dibenci, menggunakan metode Lencus. Tidak lama setelah itu terjadi konspirasi besar yang dibuat oleh Anitus, Melitus dan Lagion bahwa Socrates menghasut dan meracuni pikiran anak muda, tidak menghormati para dewa. Hingga di pengadilan, Socrates kemudian dihukum mati.

Jika kita menyimak metode Lencus dan kembali ke awal Kekristenan, para martir Gereja, selain Yohanes anak Zebedius, matinya sama seperti Socrates dengan metode sama mengganggu kerumunan dengan pertanyaan dan pernyataan moralitas dan teologi yang kaku seperti tiang bendera kaum pagan. Para martir tidak peduli dan terus menyebarkan kabar baik.

Ketika ada orang Katolik menolak Konsili Vatikan II (KV II) sama saja dengan orang pagan yang kaku dan menolak kasih sayang dalam KV II. Walaupun ada 3 Paus mengubah tentang SSPX, ajarannya tetaplah sama dan tidak berbeda.

Pertanyaannya: ”sesuatu itu benar karena diperintah oleh Tuhan atau Tuhan memerintahkan sesuatu karena itu benar?”

Implikasinya:

  1. Jika Tuhan memerintahkan sesuatu karena itu benar berarti ada standar moral yang lebih tinggi dari Tuhan itu sendiri, artinya Tuhan meng-_copas_ kebenaran yang sudah ada,
  2. Jika sesuatu dianggap benar karena diperintah oleh Tuhan, berarti membuat moralitas tampak sewenang-wenang, tergantung kehendak Tuhan, artinya kita membuat Tuhan bersalah. Contohnya membunuh yang bernyawa (lih. Perjanjian Lama)

Kebenaran dibuat menjadi lebih benar yang signifikan di dalam Katolik lewat KV II, mengapa begitu? Karena di dalam KV II mengajak kita meninggalkan versi Pietas orang pagan yang kaku seperti penjelasan nomor 1 dan 2 yang tidak disadari oleh SSPX di dalam keseluruhan isi KV II karena sangat anti dengan KV II. Pietas adalah kesalehan terhadap Tuhan, puncak dari segala yang baik, tidak ada yang melebihi itu (versi pagan Yunani yang masih dan terus dipertahankan hingga saat ini). KV II memperluas makna kebenaran didalam Pietas.

Sama seperti Socrates, KV II memperluas kebenaran dalam Pietas tetapi dianggap sebagai pembangkangan terhadap Tradisi Suci oleh SSPX. SSPX adalah ”penganggu versi kadrun” dalam tubuh Kekatolikan namun tidak sempurna, atau sebagai mutan, yang karena KV II masih diberi kesempatan bertobat oleh Kekatolikan. KV II adalah simbol persatuan dunia, dimana para pengganggu ”menggonggong” terhadap segala sesuatu, dirangkul kembali dalam makna kemanusiaan serta kasih sebagaimana Gereja dalam arti filosofi adalah Tubuh Tuhan kita. KV II melebihi pengertian dan makna dari Pietas sebagai konsep baru yang mewakili pandangan Tuhan Yesus yang digali dari kedalaman tersembunyi dalam tulisan kabar baik itu sendiri. Contoh paling mudah adalah dibukanya dialog antar agama, dengan Konstatinopel, tidak menghukum yang berbeda.

Pemimpin Ordo Jesuit, Arturo Sosa Asbacal, mengatakan ”iblis tidak ada dan lahir dari imajinasi manusia.” Katolik hari ini telah membuka segala hal dari segi ilmu pengetahuan, tidak lagi saklek.

SSPX adalah Anak Emas Gereja Katolik

Mengapa? Karena Gereja ”memberlakukan” konsep Arete ciptaan Plato kepada mereka, yang adalah konsep kebajikan yang memungkinkan seseorang/ kelompok mencapai potensi terbaiknya, yang mencakup kualitas moral ideal demi hidup harmonis yang dianggap sebagai tujuan utama dalam kehidupan manusia.

Konsep Arete ada di dalam KV II, dialah yang paling puas dalam hal yang paling sedikit. SSPX sama dengan kita tetap diberikan kesempatan dan dimaafkan tanpa diberi hukuman oleh Gereja, KV II yang menjalankannya karena kasih itu 70 x 7 x 7 x 7 kali. Kitalah SSPX dalam mode ketidakpahaman, yang sangat anti dengan KV II tetapi menggunakan semua fasilitas dunia modern. SSPX adalah kaum tradisional yang tidak mau menerima perubahan apapun tapi mau mengikuti perubahan zaman.

Socrates mengatakan ”satu-satunya kebijaksanaan sejati adalah kamu tidak mengetahui apa-apa.” Mengapa pandangan ini dipakai? Karena mereka adalah orang yang netral.

Surat dari Uskup Michael Olson di Texas

Mengutip pandangan Katolik, dari surat Uskup Michael Olson di Texas menjawab beberapa pertanyaan mengenai status gerejawi dari perkumpulan Katolik tradisional atau SSPX: ”Penyelidikan tersebut kemungkinan bermula dari keterlibatan SSPX dalam kontroversi yang telah berlangsung lama antara Keusukupan Forworth dan sekelompok biarawati Carmeit di Arlington, Texas, Vatikan memberhentikan para biarawati tersebut dari kehidupan religius bulan lalu setelah berulang kali mereka menentang perintahdan tata kelola dari Olson dan dari Tahta Suci sendiri, Vatikan.” Para biarawati pada September 2024 telah mengumumkan mereka bergabung dengan SSPX. Olson dalam suratnya pada hari Kamis tidak merujuk pada kontroversi tersebut tetapi menanggapi pertanyaan yang sering diajukan tentang kelompok Katolik tersebut yang didirikan oleh Uskup Agung Perancis, Marcel-François Marie Joseph Lefebvre, di tahun 1970. Dia menambahkan:

  1. Kelompok tersebut memiliki status yang tidak teratur secara kanonik, yang berasal dari penolakannya terhadap ajaran formal Gereja,
  2. Para pendeta SSPX memberikan sakramen-sakramen yang sah tapi mereka melakukannya secara tidak sah,
  3. Bersekutu dengan SSPX secara sadar dan formal berarti bersekutu dengan hubungan yang tidak sah dan tidak teratur dengan Gereja Katolik, hierarkinya dan ajarannya,
  4. Umat Katolik yang dapat menerima sakramen di Gereja Katolik dari pendeta yang memiliki reputasi baik tidak memiliki alasan untuk menghadiri dan menerima sakramen di gereja/ kapel SSPX,
  5. Ada cukup banyak Gereja Katolik yang tersedia sehingga seorang Katolik seharusnya tidak memiliki alasan yang dapat diterima untuk mencari sakramen dari seorang Romo SSPX,
  6. Mereka yang ingin beribadah dalam misa latin tradisional dapat menghadiri paroki yang dikelola oleh persaudaraan Imam Santo Petrus, kelompok tradisional dengan status regular secara kanonik,
  7. Tidak ada alasan terutama rasa ingin tahu untuk menghadiri misa SSPX di kapel di wilayah Keuskupan,
  8. Menyerukan doa untuk persekutuan sejati yang kita nikmati bersama Bapa Suci dan para anggota semua Gereja lokal dan para Uskup mereka yang menikmati persekutuan penuh dengan beliau.

Dari 8 point diatas sangat jelas bahwa SSPX adalah bentuk lain dari Gereja yang harus dihindari.

Penjelasan Paus Benedictus XVI tentang SSPX yang Diubah dari Keputusan Paus Yohanes

Kata Paus Benedictus XVI: “selama Serikat Santo Pius X, SSPX belum memiliki status kanonik dari Gereja, para pelayannya tidak menjalankan pelayanan yang sah di dalam Gereja. Meskipun para pelayannya telah dibebaskan dari Hukum Gerejawi, tidak secara sah menjalankan pelayanan apapun di dalam Gereja.”

Apa yang dirasakan dalam hati teman-teman saat mengetahui Paus baru sering merubah/ membatalkan keputusan Paus sebelumnya? Tidak perlu dijawab, hanya perlu saya sampaikan jangan-jangan kalian adalah SSPX ketika kalian merasa marah. Itu bukan perubahan, tanyakan pada hati kecil kalian, itu adalah perubahan yang nyata. Jangan-jangan kita yang marah saat mendengar ini bagian dari SSPX yang saklek dan benci perubahan, ingat bahwa KV II adalah bagian dari iman dari Kekatolikan hari ini. Sebaliknya bagi SSPX atau kaum tradisonal harus menolak dokumen-dokumen KV II keseluruhan, perlu dipahami bahwa anggota SSPX adalah para Imam Diossan yang memberontak, biasanya mereka hanya diskors karena alasan anti KV II, dengan demikian pelayanan mereka tidak sah/ illegal lodging.

KHK 1331 §2

Apabila ekskomunikasi itu dijatuhkan atau dinyatakan, maka pelanggar:

1º jika mau berbuat berlawanan dengan ketentuan §1, no. 1 haruslah ditolak atau upacara liturgi harus dihentikan, kecuali ada alasan yang berat;

2º melakukan secara tidak sah perbuatan kepemimpinan yang menurut norma §1, no. 3 adalah tidak licit;

3º dilarang menikmati privilegi-privilegi yang dulu diberikan kepadanya;

Poin penting disini ketika anathema itu dicabut apakah Paus melanggar KHK ini? Paus adalah wakil Kristus, Bulanya lebih tinggi dari hasil Konsili. KHK 1331 §2 ini telah dibatalkan, dihapus dan dicabut serta dilanggar Paus. Uskup Agung Perancis, Marcel-François Marie Joseph Lefebvre, di tahun 1970 telah di-anathema oleh Paus Yohanes Paulus II.

Kesimpulan

Kita harus taat dan tunduk pada keputusan para pemegang kunci surga. Jangan salah paham, yang kita kritisi hari ini bukan keputusan itu, melainkan orang-orang saklek, yang tidak mengakui/ menerima perubahan nyata di depan mata, menjawab dengan berbagai alasan dan mempertahankan bahwa Katolik tidak ada perubahan (orang-orang Kinikos/ SSPX). Hari ini Katolik sudah sangat modern, bukan tradisionalis lagi.

Share: X (Twitter) Facebook LinkedIn Whatsapp Telegram

Artikel Lainnya