LIVE DKC SELASA, 4 FEBRUARI 2025 PUKUL 19:00 WIB: MENDOAKAN ORANG MATI MENGHINA ALLAH ...??? @PhilipMantofaMinistry

Silih disini tidak saja berarti doa syafaat, tetapi juga indulgensi, derma,dan perbuatan baik lainnya, dan di atas semua itu adalah Kurban Misa Kudus. Ini sesuai dengan ajaran di Konsili Lyons II (1274 M) dan Florence (1439 M).

By Manuel (Tim DKC)

20 menit bacaan

Share: X (Twitter) Facebook LinkedIn Whatsapp Telegram

LIVE DKC SELASA, 4 FEBRUARI 2025 PUKUL 19:00 WIB: MENDOAKAN ORANG MATI MENGHINA ALLAH …??? @PhilipMantofaMinistry

Menanggapi Video Philip Mantofa “Orang Kristen Dilarang Mendoakan Orang yang Sudah Meninggal”

Menurut Philip ketika kita mendoakan orang meninggal, orang yang sudah meninggal tersebut dan Tuhan akan marah. Ilustrasinya seorang ayah yang menitipkan anaknya ke bawahannya, ketika sudah diambil kembali dan bawahannya menanyakan terus kondisi anak tersebut, tentu saja orang tua kandungnya akan sangat tersinggung karena bukan urusan bawahannya lagi.

Ilustrasi Philip tidak tepat sama sekali karena 1) Gereja Katolik adalah Gereja yang Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik, tidak ada kematian disana; 2) orang yang sudah mati dan ada di surga/ neraka tidak bisa didoakan lagi. Dalam hal ini Philip bukan memberikan motivasi melainkan hanya orasi.

Menanggapi Video Philip Mantofa “Orang yang Meninggal Di dalam Tuhan Tidak Gentayangan”

Philip mengatakan orang yang sudah meninggal dalam Tuhan sudah sempurna dan diberi tubuh kemuliaan, tidak gentayangan. Mereka tidak boleh lagi berkomunikasi dengan orang yang masih hidup di dunia karena akan disusup oleh roh-roh jahat dan tipu muslihatnya/ setan. Kalau kangen dengan yang sudah meninggal, dekat saja dengan Kristus (lih. Roma 8) karena sebenarnya mereka tidak pernah berpisah, hanya beda dunia tetapi dipersatukan dalam kemah pertemuan di tengah, yaitu dalam hadirat Allah.

Menanggapi Video Pendeta Atok “Teguran Keras bagi yang Mendoakan Orang Mati atau Minta Doa dari Orang Mati”

Berziarah ke kuburan boleh, jangan minta petunjuk, jangan berdoa kepada orang mati atau minta orang mati mendoakan kita karena tidak ada hubungan lagi antara orang hidup dan mati. Pengkhotbah 9:5-6 mengatakan: orang mati tidak tahu apa-apa, kenangan mereka sudah lenyap. Kita sudah beda alam.

Mengapa Kita Mendoakan Jiwa Orang-orang yang Sudah Meninggal?

Ada pernyataan kita tidak usah berdoa untuk orang mati karena ini sudah menjadi urusan Tuhan sendiri, dadoa kita tidak akan berguna bagi mereka. Benarkah demikian?

Gereja Katolik mengajarkan Tuhan berkuasa menentukan apakah seseorang yang meninggal masuk surga/ neraka/ api penyucian. Protestan yang tidak percaya dengan api penyucian menganggap tidak ada gunanya mendoakan jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal. Namun Gereja Katolik mengajarkan adanya masa pemurnian di api penyucian, sehingga doa-doa dari orang yang masih hidup akan berguna bagi jiwa-jiwa mereka. Bahkan dengan mendoakan jiwa-jiwa tersebut, kita mengamalkan kasih kepada mereka yang sangat membutuhkannya dan ini sangat berkenan bagi Tuhan (lih. 2 Makabe 12:38-45).

Prinsip dasar ajaran Gereja Katolik adalah Persekutuan Orang Kudus yang tidak terpisahkan oleh maut. Dalam Roma 8:38-39 Rasul Paulus menegaskan: “Sebab aku yakin bahwa baik maut maupun hidup, baik malaikat-malaikat maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”

Kuasa kasih Kristus yang mengikat kita semua dalam satu Tubuh-Nya menjadiakan adanya tiga status gereja: 1) yang masih mengembara di dunia, 2) yang sudah jaya di surga, dan 3) yang masih dimurnikan di api penyucian. Dengan prinsip bahwa kita sebagai sesama anggota Tubuh Kristus selayaknya saling tolong menolong dalam menanggung beban (lih. Galatia 6:2), dimana yang kuat menolong yang lemah (lih. Roma 15:1), maka jika kita mengetahui (kemungkinan) adanya anggota keluarga kita masih di dalam api penyucian, kita yang masih hidup dapat mendoakan mereka, secara khusus dengan mengajukan intensi Misa Kudus (lih. 2 Makabe 12:42-46).

Umat Kristen non-Katolik tidak mengakui kitab Makabe dan bagi mereka keselamatan hanya diperoleh melalui iman saja (sola fide), yaitu terlepas dari perbuatan, hal mendoakan orang mati tidak akan berpengaruh terhadap keselamatan. Sementara ajaran iman Katolik bahwa kita diselamatkan melalui iman yang bekerja oleh perbuatan kasih (lih. Galatia 5:6), maka iman yang menyelamatkan tidak terpisah dari perbuatan kasih. Dengan perbedaan ini kita mengerti bahwa umat Kristen non-Katolik menolak perbuatan mendoakan jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal. Jika “kasih” disini diartikan menghendaki hal yang baik terjadi pada orang lain, dan maut tidak memisahkan kita, kesimpulannya: pasti berguna mendoakan demi keselamatan jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal.

Jangan lupa bahwa doa-doa yang dipanjatkan untuk mendoakan jiwa-jiwa orang yang sedang dimurnikan dalam api penyucian, sehingga mereka sudah pasti masuk surga, hanya sedang menunggu saat pemurniannya selesai. Dalam masa ini, mereka akan sangat terbantu dengan doa-doa kita, seperti halnya semasa kita hidup dan mengalami kesusahan kita terbantu dengan doa-doa umat beriman lainnya. Sedangkan bagi mereka yang tidak bertobat dan masuk neraka, kita tidak dapat lagi mendoakan mereka, atau untuk mereka yang sudah di surga, doa-doa kita tidak lagi diperlukan. Masalahnya kita tidak pernah tahu kondisi rohani orang-orang yang kita doakan, karena selalu ada tiga kemungkinan tersebut, sehingga yang kita mohonkan dengan kerendahan dan ketulusan hati adalah belas kasih Tuhan kepada jiwa-jiwa tersebut agar diberikan pengampunan dan dapat segera bergabung dengan para kudus Allah di surga.

Pengajaran tentang api penyucian termasuk dalam ajaran iman De fide (Dogma):

The communion of the Faithful on earth dan the Saints in Heaven with Poor Souls in Purgatory: The living Faithful can come to the assistance of the Souls in Purgatory by their intercessions (suffrages)” (_Dr. Ludwig Ott, _Fundamentals of Catholic, Dogma, Illinois, TAN Books and Publishers, 1974, hal. 321) .

Silih disini tidak saja berarti doa syafaat, tetapi juga indulgensi, derma,dan perbuatan baik lainnya, dan di atas semua itu adalah Kurban Misa Kudus. Ini sesuai dengan ajaran di Konsili Lyons II (1274 M) dan Florence (1439 M).

Jadi meskipun umat Kirsten non-Katolik tidak mengakui kitab Makabe, sesungguhnya secara obyektif tidak dapat mengelak bahwa tradisi mendoakan jiwa orang yang telah meninggal sudah ada sejak di zaman Yahudi sebelum Kristus. Tradisi mendoakan jiwa orang meninggal inipun dicacat dalam tulisan Bapa Geraja sebagai berikut:

  1. Tertullian, mengajarkan menyelenggarakan Misa Kudus untuk mendoakan mereka pada perayaan hari meninggalnya mereka setiap tahunnya (Tertullian, De Monogamia 10; De exhort cas II, lif. St. Cyprian, eps 1,2)
  2. St. Cyril dari Yerusalem, mengajarkan Ekaristi memasukkan doa-doa untuk jiwa orang-orang meninggal (St. Cyprian, Cat., Myst., 5.9 et seq)
  3. St Yohanes Krisostomus dan St. Agustinus mengajarkan bahwa para beriman dapat mendoakan orang-orang yang sudah meninggal dengan mengadakan derma (St. Yohanes Krisostomus, Phil; hom 3, 4; St. Agustinus, Enchiridion 110; sermo 172, 2, 2).

KGK 1032: ajaran ini juga berdasarkan praktik doa untuk orang yang sudah meinggal tentangnya Kitab Suci sudah mengatakan: “Lagipula Yudas ingat bahwa tersedialah pahala yang amat indah bagi sekalian orang yang meninggal dengan saleh. Ini sungguh suatu pikiran yang mursid dan saleh. Dari sebab itu maka disuruhnyalah mengadakan korban penebus salah untuk semua orang yang sudah mati itu, supaya mereka dilepaskan dari dosa mereka.” (lih. 2 Makabe 12:45). Sejak zaman dahulu Gereja menghargai peringatan akan orang-orang mati dan membawakan doa dan terutama Kurban Ekaristi (bdk. DS 856) untuk mereka, supaya mereka disucikan dan dapat memandang Allah dalam kebahagiaan. Gereja juga menganjurkan amal, indulgensi dan karya penitensi demi orang-orang mati.

“Baiklah kita membantu mereka dan mengenagkan mereka. Kalau anak-anak Ayub saja telah disucikan oleh kurban yang dibawakan oleh bapanya” (lih. Ayub 1:5). Bagaimana kita dapat meragukan persembahan kita membawa hiburan untuk orang-orang mati? Jangan kita bimbang membantu ornag-orang mati dan mempersembahkan dia untuk mereka (Yohanes Kisostomus, hom. In 1 Cor 41, 5).

KGK 1371 – “Kurban Ekaristi juga dipersembahkan untuk umat beriman yang mati di dalam Kristus, “yang belum disucikan seluruhnya” (Konsili Trente: DS 1743), supaya mereka dapat masuk ke dalam Kerajaan Kristus, Kerajaan terang dan damai:
“Kuburkanlah badan ini di mana saja ia berada: kamu tidak perlu peduli dengannya. Hanya satu yang saya minta kepada kamu: Di mana pun kamu berada, kenangkan saya pada altar Tuhan” (Santa Monika sebelum wafatnya, kepada santo Augustinus dan saudaranya: Agustinus, conf. 9,11,27).
“Lalu kita berdoa [dalam anaforal untuk Paus dan Uskup yang telah meninggal, dan untuk semua orang yang telah meninggal pada umumnya. Karena kita percaya bahwa jiwa-jiwa yang didoakan dalam kurban yang kudus dan agung ini, akan mendapat keuntungan yang besar darinya… Kita menyampaikan kepada Allah doa-doa kita untuk orang-orang yang telah meninggal, walaupun mereka adalah orang-orang berdosa… Kita mengurbankan Kristus yang dikurbankan untuk dosa kita. Olehnya kita mendamaikan Allah yang penuh kasih sayang kepada manusia dengan mereka dan dengan kita” (Sirilus dari Yerusalem, catech. myst. 5,9,10).

KGK 1414 – “Sebagai kurban, Ekaristi itu dipersembahkan juga untuk pengampunan dosa orang-orang hidup dan mati dan untuk memperoleh karunia rohani dan jasmani dari Tuhan.”

Maka bagi orang Katolik mendoakan jiwa orang-orang yang sudah meninggal adalah salah satu perbuatan kasih, terutama bagi mereka yang kita kasihi yang telah mendahului kita. Ini adalah salah satu dogma yang semestinya kita lakukan sebagai Katolik. Kita tidak bisa memaksakan hal ini kepada mereka yang tidak peracya, namun bagi kita yang peracaya: betapa indahnya ajaran ini! Doa mereka yang sudah di surga bagi kita tidak melangkahi pengantaraan Kristus karena kristus mengijinkannya, dan paling menginginkan kita selamat dan masuk ke surga, sebab Kristus Sang Kepala telah mengalahkan maut itu bagi keselamatan kita.[1]

Berdoa Untuk Orang yang Sudah Meninggal

“Praktik Katolik mendoakan orang yang sudah meninggal tidak sesuai dengan Alkitab.”

Jawaban:

Praktik ini tidak saja dilakukan umat Katolik tetapi juga Alkitabiah.

Doa untuk orang yang sudah meninggal bersifat universal di kalangan umat Kristen, dan telah diparktiikan orang Yahudi sejak sebelum zaman Kristus dan terus dipraktikkan sampai saat ini.

2 Makabe 12:42 – “Merekapun lalu mohon dan minta, semoga dosa yang telah dilakukan itu dihapus semuanya. Tetapi Yudas yang berbudi luhur memperingatkan khalayak ramai, supaya memelihara diri tanpa dosa, justru oleh karena telah mereka saksikan dengan mata kepala sendiri apa yang sudah terjadi oleh sebab dosa orang-orang yang gugur itu.”

Walaupun umat Prostestan tidak mengakui kitab Makabe namun orang Katolik mengakuinya dan sah untuk merujuknya. Doa bagi orang yang sudah meninggal di kalangan orang Yahudi menggunakan doa yang dikenal sebagai Kaddish Sang Pelayat.

Dalam Perjanjian Baru: 2 Timotius 1:18 –”Kiranya Tuhan menunjukkan rahmat-Nya kepadanya pada hari-Nya. Betapa banyaknya pelayanan yang ia lakukan di Efesus engkau lebih mengetahuinya daripada aku.” Doa ini didaraskan Paulus setelah berdoa bagi keluarga seorang pria bernama Onesiforus. Paulus dua kali menyebutkan ”keluarga Onesiforus” (lih. 2 Timotius 1:16; 4:19), tidak menyapanya hanya berbicara dalam bentuk lampau. Banyak sarjana menyimpulkan bahwa Onesiforus telah meninggal dan dengan demikian Paulus berdoa bagi orang yang telah meninggal.

Banyak orang Protestan secara spontan meminta Tuhan memberkati orang-orang terkasih mereka yang telah meninggal. Pembela Protestan CS Lewis menulis ”Tentu saja saya berdoa untuk orang yang telah meninggal. Tindakan itu begitu spontan, hampir tak terelakkan sehingga hanya argumen teologis yang paling kuat yang menentangnya yang akan menghalangi saya… Di usia kita, mayoritas orang yang kita kasihi telah meninggal. Hubungan seperti apa yang dapat saya lakukan dengan Tuhan jika apa yang paling saya kasihi tidak pernah disebutkan kepadanya?” (Letters to Malcolm: Chiefly on Prayer, 107).

Merupakan dorongan alami manusia berdoa bagi orang-orang yang kita kasihi, bahkan ketika mereka telah meninggal dunia.[2]

Tayangan Video Orang Ortodok ”Apakah Kristen Ortodok Mendoakan Mereka yang Meninggal?”

Orang Ortodok dalam video mengacu kepada:

  1. Injil Yohanes 11:25 – ”Jawab Yesus kepadanya, “Akulah kebangkitan dan hidup; siapa saja yang percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati.” Kata siapa orang yang sudah meninggal sudah putus hubungan dengan kita, tubuhnya saja yang mati, roh dan jiwanya hidup dalam Kristus.
  2. Efesus 6:12 – ”Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan kuasa-kuasa dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.” Ayat ini terkait dengan doa kita kepada orang meninggal di dalam api penyucian.

Tayangan Video Orang Ortodok ”Rasul Paulus Mendoakan Onesiforus yang Sudah Meninggal”

Dasar biblis:

  1. 2 Timotius 1:16 – ”Tuhan kiranya mengaruniakan rahmat-Nya kepada keluarga Onesiforus yang telah berulang-ulang menyegarkan hatiku. Ia tidak malu menjumpai aku di dalam penjara.”
  2. 2 Timotius 4:19 – ”Salam kepada Priska dan Akwila dan kepada keluarga Onesiforus.”

Onesiforus disini sudah meninggal dan didoakan oleh Rasul Paulus.

Tayangan Video Orang Ortodok tentang Ritual Mendoakan Orang Mati

Kolliva (Di Indonesia menggunakan ketan) yang dibuat orang Ortodok pada saat mendoakan orang meninggal, yang melambangkan kenangan manis kita dengan orang yang sudah meninggal.

Presentasi Peter Tim DKC: ”Mendoakan Orang Mati Apakah Ajaran Gereja yang Benar?”

Pengertian Orang Kudus

  1. Definisi: Orang kudus adalah mereka yang hidup dalam persekutuan dengan Allah dan memberikan teladan iman yang luar biasa. Mereka telah dinyatakan suci oleh Gereja karena kesetiaan mereka kepada ajaran Kristus dan pelayanan mereka kepada sesama.
  2. Pentingnya: Orang kudus memainkan peran penting dalam kehidupan Gereja sebagai teladan iman, mediator doa dan pelindung umat

Kesalahan Pengertian Protestan terhadap Doa Orang Meninggal

6 kesalahpahaman:

  1. Alkitab tidak pernah mengajarkan mendoakan orang mati

Kesalahpahaman: Protestan sering mengatakan hal ini tidak Alkitabiah.

Bantahan Katolik:

  • 2 Makabe 12:44-45 – ” Sebab jika tidak menaruh harapan bahwa orang-orang yang gugur itu akan bangkit, niscaya percuma dan hampalah mendoakan orang-orang mati. Lagipula Yudas ingat bahwa tersedialah pahala yang amat indah bagi sekalian orang yang meninggal dengan saleh. Ini sungguh suatu pikiran yang mursid dan saleh. Dari sebab itu maka disuruhnyalah mengadakan korban penebus salah untuk semua orang yang sudah mati itu, supaya mereka dilepaskan dari dosa mereka.”
  • 2 Timotius 1:16-18 – Rasul Paulus berdoa untuk Onesiforus, yang diyakini telah meninggal, agar ia mendapat belas kasihan Tuhan.
  1. Orang meninggal langsung ke surga atau neraka, doa tidak berguna bagi mereka.

Kesalahpahaman: Protestan mempercayai setelah kematian ornag langsung masuk ke surga/ nereka sehingga doa tidak berpengaruh.

Bantahan Katolik: adanya Purgatorium

  • 1 Korintus 3:15 – ” Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian; ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.”
  • Matius 12:32 – ” Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia berkata-kata menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak” (Menunjukkan adanya pengampunan setelah kematian).
  1. Yesus adalah Pengantara satu-satunya, jadi tidak perlu berdoa bagi orang mati.

Kesalahpahaman: Protestan mengutip ayat 1 Timotius 2:5 – ”Karena Allah itu esa dan esa pula pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus” (Penolakan berdoa bagi orang meninggal)

Bantahan Katolik:

  • 2 Timotius 1:18 – ”Kiranya Tuhan menunjukkan rahmat-Nya kepadanya pada hari-Nya. Betapa banyaknya pelayanan yang ia lakukan di Efesus engkau lebih mengetahuinya daripada aku.” (Doa Paulus bagi Onesiforus).
  1. Mendoakan orang mati berarti menganggap mereka bisa diselamatkan oleh usaha kita

Kesalahpahaman: Protestanmenuduh Katolik percaya doa kita bisa ”membeli” keselamatan bagi orang mati.

Bantahan Katolik:

  • Gereja tidak mengajarkan bahwa doa menyelamatkan orang yang sudah di neraka.
  • Yakobus 5:16 – Doa adalah bentuk kasih dan pengantaraan, sebagaimana orang hidup bisa mendoakan orang lain.
  1. Mendoakan orang mati adalah tradisi manusia, bukan jaran Alkitab

Kesalahpahaman: Protestan menolak doa untuk orang mati sebagai ”tradisi manusia” yang tidak Alkitabiah.

Bantahan Katolik:

  • 2 Makabe 12:44-46 – Doa bagi orang mati telah dipraktikkan sejaka zaman Yahudi sebelum Kristus
  • Gereja perdana juga melakukan praktik ini, seperti diajarkan oellh Tertullian (abad ke-2 M) dan St. Agustinus (abad ke-4 M)
  1. Mendoakan orang mati adalah praktik orang pagan

Kesalahpahaman: Protestan menuduh doa bagi orang mati berasal dari tradisi kafir, bukan ajaran Kristen.

Bantahan Katolik:

  • Jika demikian mengapa Yesua dan para rasul tidak pernah menentang doa bagi orang mati yang sudah dipraktikkan dalam tradisi Yahudi?

Perjanjian Baru dan Penjelasannya

  • Yohanes 11:25-26 – ” Jawab Yesus kepadanya, “Akulah kebangkitan dan hidup; siapa saja yang percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?”
  • 1 Petrus 1:3-4 – ” Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah membuat kita lahir kembali melalui kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima warisan yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan tidak dapat layu, yang tersimpan di surga bagi kamu.”
  • 2 Timotius 1:16-18 – ”Tuhan kiranya mengaruniakan rahmat-Nya kepada keluarga Onesiforus yang telah berulang-ulang menyegarkan hatiku. Ia tidak malu menjumpai aku di dalam penjara. Ketika di Roma, ia berusaha mencari aku dan sudah juga menemui aku. Kiranya Tuhan menunjukkan rahmat-Nya kepadanya pada hari-Nya. Betapa banyaknya pelayanan yang ia lakukan di Efesus engkau lebih mengetahuinya daripada aku.”

Perjanjian Lama dan Penjelasannya

Ada beberapa kisah dimana nabi Elia dan Elisa membangkitkan orang mati, berikut ayat-ayatnya:

  1. Elia membangkitkan anak janda di Sarfat
  • 1 Raja-raja 17:17-24
  • Anak seorang janda di Sarfat mati, lalu Elia berdoa kepada Tuhan dan membaringkan dirinya tiga kali di atas anak itu
  • Tuhan mendengar doa Elia dan menghidupkan kembali anak itu
  • Ayat utama: 1 Raja-raja 17:22 – ”TUHAN mendengarkan permintaan Elia itu, dan nyawa anak itu pulang ke dalam tubuhnya, sehingga ia hidup kembali.”
  1. Elisa membangkitkan anak perempuan Sunem
  • 2 Raja-raja 4:32-37
  • Seorang perempan Sunem yang menjamu Elisa mengalami kehilangan anaknya
  • Elisa berdoa dan membaringkan diri di atas anak itu
  • Setelah berulang kali melakukan tindakan simbolis, anak itu hidup kembali
  • Ayat utama: 2 Raja-raja 4:34 – ”Lalu ia membaringkan dirinya di atas anak itu dengan mulutnya di atas mulut anak itu, dan matanya di atas mata anak itu, serta telapak tangannya di atas telapak tangan anak itu; dan karena ia meniarap di atas anak itu, maka menjadi panaslah badan anak itu.”
  1. Elisa dan tulang-tulangnya membangkitkan orang mati
  • 2 Raja-raja 13:20-21
  • Saat ada orang yang mati dan dilemparkan ke dalam kubur Elisa, mayat itu hidup kembali setelah menyentuh tulang-tulang Elisa
  • Ayat utama: 2 Raja-raja 13:21 – ”Pada suatu kali orang sedang menguburkan mayat. Ketika mereka melihat gerombolan datang, dicampakkan merekalah mayat itu ke dalam kubur Elisa, lalu pergi. Dan demi mayat itu kena kepada tulang-tulang Elisa, maka hiduplah ia kembali dan bangun berdiri.”

Tambahan Ayat Alkitab

  1. Matius 5:48 – ”Karena itu, haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga sempurna.”
  2. Yohanes 17:17-21 – ” Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu itulah kebenaran. Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia; dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya mereka pun dikuduskan dalam kebenaran. Bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku melalui pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.”

  3. https://katolisitas.org/mengapa-kita-mendoakan-jiwa-orang-orang-yang-sudah-meninggal/

  4. https://www.catholic.com/audio/ddp/praying-for-the-dead-2
Share: X (Twitter) Facebook LinkedIn Whatsapp Telegram

Artikel Lainnya