LIVE DKC JUMAT, 30 MEI 2025 PUKUL 19:00 WIB: KELUAR DARI LINGKARAN OKULTISME @erickoklikkk8373

Sampai sekarang masih ada umat Katolik yang masih melakukan Okultisme, di tempat saya terjadi dengan beberapa oknum kelompok PDKK yang juga bergabung dengan beberapa kelompok Okultisme. Bila suatu saat saya ada kesempatan berdialog akan saya bongkar semua. Pesan saya: Tuhan kita tidak pernah mengajarkan untuk meramal, sebaiknya ”Selalu menanamkan sabda Tuhan dalam hati kita dan mengamalkannya.”

By Manuel (Tim DKC)

11 menit bacaan

Share: X (Twitter) Facebook LinkedIn Whatsapp Telegram

LIVE DKC [70-2025] JUMAT, 30 MEI 2025 PUKUL 19:00 WIB: KELUAR DARI LINGKARAN OKULTISME @erickoklikkk8373

Kesaksian Erick Tim DKC

Dalam live kali ini Erick memberikan sharing iman:
Kesaksian yang pertama/ sebelumnya sudah saya ungkap terkait pengalaman saya dari non-Kristiani menjadi Kristiani. Sekarang saya akan menyampaikan saya pernah terpapar Sinkretisme, Animisme, Dinamisme, Relativisme, Okultisme dan saya tidak pernah tahu itu semuanya apa; baru dalam perjalanan hidup saya mengerti.

Pertama kali saya buka YouTube bernama @erickoklikk8373, dengan konten campur baur tentang olah raga, destinasi wisata, kuliner, dan lain sebagainya. Dalam satu titik saya masuk ke YouTube dengan kanal-kanal Protestan (@Piyong77, @SeputarIman [Yehezkiel], @HerryIkin, @RAK (Rumah Apologet Kristen), @CIA, dan lain-lain) dan saya belum mengenal Kekatolikan pada saat itu, ada juga grup WhatsApp dari kannal @Yong77. Terakhirnya saya ketemu teman-teman Katolik (Om Luci di @SeputarIman, Anton di @Piyong77, dikenalkan oleh Anton kepada DN Sinaga, De Gea Official) dan membentuk grup WhatsApp. Sesuai kesepakatan saya membangun kanal DKC dengan nuansa Kebangsaan. Saya terpapar Relativisme pada saat itu dan saya kemudian fokus ke apologetik Katolik setelah dapat ”rejeki Covid”, saya bersama dengan Petrus seorang pensiunan Kantor Pos dan Petrus lainnya dari Kantor Pemerintahan (@JackSparrow) juga. Mulai saat itu sampai hari ini Tim DKC fokus ke apologetika Katolik dengan keluar masuk anggotanya.

Saya Terpapar Okultisme

*Okultisme menurut KBBI =
1) Kepercayaan kepada kekuatan gaib yang dapat dikuasai manusia
2) Kajian tentang kekuatan gaib
Kesimpulan: Okultisme adalah mempercayai benda yang diyakini membawa kekuatan, hoki, percaya diri, diluar iman kepercayaan kepada Tritunggal Maha Kudus.

Di tahun 1995 saya mengikuti olah raga bersifat kanuraga/ bela diri, ada konteks pernafasan, disini saya mulai mendalami bela diri dan olah pernafasan/ tenaga dalam. Bela diri ini merupakan olah raga tradisional dan tergabung dalam IPSI (Ikatan Persatuan Silat Indonesia). Saya tergabung selama 3.5 atau 4 tahun, ikut kegiatan ”jeritan malam” atau ”napak tilas” dan melakukan koneksi/ frekuensi dengan alam serta dibimbing oleh guru-guru senior. Dalam melakukan koneksi dengan alam ini saya tidak sadar ternyata nge-klik dengan ”sesuatu”. Setelahnya saya sibuk dengan kegiatan lainnya dan meninggalkan kelompok perguruan bela diri ini.

Di tahun 2000 saya ketemu dengan suatu hal yang terkoneksi dengan alam, tidak lama hanya ±1 tahun dan kemudian saya tinggalkan karena kesibukan saya. Di tahun 2008 saya ketemu lagi pada saat istri saya hamil anak bungsu yang tidak saya perkirakan sebelumnya. Pada saat itu saya ketemu tetangga Katolik dan mulai tertarik dengan perguruan bela diri tersebut. Sebelumnya di tahun 2000 saya bertemu dengan sesepuh-sesepuh perguruan dan melakukan perjalanan napak tilas dengan terkadang mengajak istri sebagai teman berkendara, lokasinya di Tuntang, Semarang. Di tahun 2008 saya mulai ”pekat” dengan perguruan ini kembali dan melakukan perjalanan ”laku suryo” (menatap matahari terbit dan tenggelam dengan kemampuan menatap hanya sekitar hampir 1 menit) meskipun saya tidak bertanya apa kegunaannya. Saya juga melakukan ”laku gebyur” (mandi di pancuran air terjun), dan juga ”laku kum-kum” (perjalanan spiritual berendam di pertemuan arus sungai utara dan selatan dan di malam hari); dan saya selalu menerima tanpa bertanya. Suatu ketika saya juga ikut dalam kelompok pengusiran goib-goib.

Setelah bergabung cukup lama, saya keluar dari kelompok tersebut dan mulai terjadi hal-hal yang tidak bisa dilihat orang lain. Yang saya lihat adalah kehidupan yang wajar tetapi dengan makhluk-makhluk yang aneh-aneh. Karena saya sudah keluar dari perguruan tersebut kemudian saya mencoba mencari jalan sendiri ke orang-orang pintar dengan dikenalkan oleh teman-teman saya. Jawaban yang saya terima adalah leluhur saya sudah menitis ke diri saya, beberapa orang pintar mengatakan hal yang sama sampai saya ke pertapaan Buddha di Sumowono, Semarang, namanya Jumprit, suatu sendang dengan kedalaman air se-dada yang sangat dingin sekali. Saya melakukan pertapaan di sendang tersebut bersama dengan biksu-biksu Buddha baru dimulai pukul 12 tengah malam. Saya juga melakukan pertapaan berendam di Grabyak, dekat Salatiga. Di Jumprit saya bertemu dengan sesepuh Buddha dan diberitahu bahwa saya tidak bisa lari dari penglihatan/ kemampuan tersebut karena sudah menjadi takdir saya. Saat itu saya sudah menjadi seorang Katolik meskipun masih suam-suam kuku. Dalam melakukan pertapaan tersebut saya mempunyai niat duniawi (status pengakuan posisi kita dan eksistensi kehidupan duniawi/ kekayaan). Selain doa-doa/ jampi-jampi dari guru saya, saya juga menambahkan dengan doa tersendiri ”Ya Tuhan Allah kami, Yesus Kristus, Bunda Maria, dan Santo Ignatius…” dan saya akhiri dengan doa Kemuliaan dan Terpujilah.

Sampai akhirnya di tahun 2014, keadaan ini semakin menggila dan saya punya banyak tamu serta mulai terpapar Relativisme. Suatu contoh ada tamu saya yang Katolik dan menanyakan harus ke gereja mana, saya jawab silahkan ke gereja mana saja. Ada beberapa tamu masuk di 2 jenis Gereja Protestan tetapi tidak cocok dan saya sarankan ke Gereja Paroki Santo Paulus, Sendangguwo, Semarang. Selanjutnya saya terlena, pada saat itu saya punya seorang guru di perguruan saya yang beragama Katolik yang menjawab saya tidak perlu menghadiri misa ke Gereja. Selama hampir 5.5 tahun saya absen ke Gereja, hanya istri dan anak saya yang rajin ke Gereja, dan saya titip doa. Tamu-tamu saya tidak pernah saya terima uangnya tetapi diganti dengan rokok dan jajanan. Disini kesombongan rohani saya mulai muncul dan memiliki prinsip ”Anda punya ilmu yang tinggi saya tinggikan, tidak pandang bulu akan saya coba tes terus sampai dimana kekuatan saya.” Di saat itulah saya mulai diserang makhluk-makhluk gaib dan yang saya gunakan adalah Salam Maria. Suatu ketika serangan tersebut tembus tapi mengenai istri saya, tidak ke saya, dengan fisik kulit istri saya bentol-bentol. Dwi Haryanto eks Tim DKC menjadi saksi di saat bibir istri saya mengeluarkan cucuran darah yang sangat banyak, saya juga diserang apabila dilihat orang lain seolah-olah saya stroke. Suatu ketika saya hadir di doa pemberkatan rumah baru adik saya, dan saya mengikuti doa-doa dan bacaan tersebut, keluar seekor ular sejengkal dari kaki saya dan saya merasa fresh setelahnya. Sebelum pulang saya buang air kecil dan mengeluarkan air seni berwarna hitam keruh yang baunya seperti kotoran manusia. Sesampainya di rumah semua jimat-jimat saya bakar semuanya.

Suatu saat saya ke Jakarta menghadiri misa di Gereja Katolik Paroki Santo Laurensius, Alam Sutera bersama Pak Hasan Tim DKC tetapi saya tidak mengambil komuni karena masih ada ganjalan di hati saya. Pak Hasan kemudian menyarankan saya melepaskan semua ikatan jahat tersebut dan bicara dengan romo serta melakukan sakramen tobat. Sekembalinya di Semarang saya nekat menerima komuni dan sesudahnya saya lumpuh tidak bisa berjalan sampai berkat penutup romo selesai. Sesudah semua umat pulang saya baru bisa berjalan dan saya menemui romo keesokan harinya serta melakukan sakramen tobat. Sesudahnya saya mulai menerima komuni dan setiap konsekrasi hosti kudus saya menjadi cengeng selama ±1 tahun (ini terjadi 3 tahun yang lalu dan barusan sebulan yang lalu). Setelah menerima komuni dan berdoa, hati saya menjadi lega walaupun di saat berapologetik saya selalu nge-gas.

Merespon Pertanyaan Titus Tim DKC

Di saat saya masih terpapar Okultisme, saya jatuh dalam keterpecahan fundamental dengan mempercayai seolah-olah yang melekat dan membantu saya dalam penyembuhan yang saya lakukan adalah leluhur saya padahal itu semua bohong belaka. Yang saya rasakan saat itu di rumah saya selalu bertempur dengan istri saya yang selalu melakukan tameng dengan bersimpuh menekuk lutut berdoa rosario di depan salib dan patung Bunda Maria (walaupun di saat itu istri saya belum dibaptis). Doa rosario yang didaraskan istri saya menggempur saya secara rohani. Bahkan saya pernah mencoba bunuh diri dengan menenggak cairan Baygon 2 botol tetapi tidak meninggal. Setiap jam 12 siang di jam kerja saya selalu doa di Goa Maria Atmodimoro dan berdoa ke Bunda Maria dan saya dituntun secara perlahan selama ±1 tahun. Tim DKC yang selalu menguatkan saya adalah Pak Hasan yang selalu menghadiri misa harian dan memiliki pengalaman hidup yang hampir sama dengan saya.

Matius 16:19 tentang mengikat di dunia dan di surga – disclaimer saya: di saat seseorang mulai ikut katekumen, ikatan-ikatan tersebut mulai dilepaskan dan di saat baptis, akan diberikan suatu ikatan baru, ikatan-ikatan yang lama dibuang.

Merespon Pertanyaan Quo Vadis Tim DKC

Ada suatu peristiwa di saat saya masih melakukan Okultisme dan berdebat dengan seorang romo, saya mulai menjadi sadar tentang makna dan pentingnya Ekaristi. Romo tersebut mengatakan apapun yang saya lakukan tidak akan dibantah, beliau hanya meminta saya menghadiri Misa Ekaristi dengan fokus, dan semoga terjawab perdebatan kami. Akhirnya saya hadir di misa, duduk di tengah Gereja dan di saat umat lainnya menerima komuni, saya hanya menerima komuni batin dan berdoa meminta ampun, memohon perlindungan dan agar iman saya dikuatkan.

Saya pernah berkonsultasi dengan seorang romo yang selalu mendampingi DKC Live dan 2 orang romo paroki yang sekarang sudah bertugas di paroki lain. Saya curhat meskipun saya sudah melepaskan ikatan-ikatan Okultisme tetapi saya masih saja melihat ”sesuatu”, apakah saya terkena kutukan? Jawaban 3 romo tersebut sama: ”Kok saya seperti orang Protestan, kutukan-kutukan tersebut tidak ada, jalani saja dengan menerima ’bonus’ tersebut dan tetap menghadiri ekaristi.” Contohnya apakah Bunda Maria protes di saat mengandung Kristus, dan apakah Santo Padre Pio menganggap stigmata-stigmatanya sebagai suatu kutukan?

Merespon Pertanyaan Peter Tim DKC

Setelah peristiwa pertobatan, saya merasa lega dan nge-los dalam berapologetik, dan ini saya rasakan setiap hari. Sesepuh saya pernah mengatakan ”Walaupun sebuah rumah sudah dibersihkan dan dirapihkan akan tetapi tidak didiami pada akhirnya akan menjadi kotor dan berantakan lagi”, ini sama ketika kita tidak menjaga hidup atau pertumbuhan iman, pada akhirnya kita akan ’bongkoh.”

Merespon Pertanyaan Sayang Sofie Tim DKC

Makhluk gaib tersebut tidak bisa membaca pikiran kita saat ini dan di masa depan, dia hanya bisa melihat peristiwa masa lampau kita dan di saat itu dia akan bisa menangkap frekuensi tersebut, memanfaatkan kesempatan, dan masuk ke diri kita. Dia akan menawarkan jasa-jasanya, dengan menawarkan pesugihan.

Setelah kita melakukan sakramen pertobatan, dan kita kembali lagi ke jalan yang salah kita pasti akan jatuh lagi ke dalam dosa dan keselamatan kita akan hilang.

Pesan Erick Tim DKC kepada Umat Katolik yang masih Melakukan Praktik Okultisme

Sampai sekarang masih ada umat Katolik yang masih melakukan Okultisme, di tempat saya terjadi dengan beberapa oknum kelompok PDKK yang juga bergabung dengan beberapa kelompok Okultisme. Bila suatu saat saya ada kesempatan berdialog akan saya bongkar semua.

Pesan saya: Tuhan kita tidak pernah mengajarkan untuk meramal, sebaiknya ”Selalu menanamkan sabda Tuhan dalam hati kita dan mengamalkannya.”

Share: X (Twitter) Facebook LinkedIn Whatsapp Telegram

Artikel Lainnya