LIVE DKC JUMAT, 23 MEI 2025 PUKUL 19:00 WIB: SEJARAH GEREJA DAN KEKRISTENAN @smartpeoplechurch6335‬

Dr. Horton mengklaim bahwa Protestantisme telah menjadi iman yang benar sejak awal berdirinya Gereja. Dalam bab 2, Dr. Horton secara mengejutkan menggolongkan dirinya dan penganut Protestan lainnya sebagai anggota "Gereja Katolik awal". Ia mendefinisikan "Gereja Katolik awal" dengan mengatakan: "Katolik berarti universal, dan mengacu pada kebenaran-kebenaran yang, sebagaimana diidentifikasi oleh St. Paulus, harus dipegang "tanpa kontroversi" (1 Tim 3:16 KJV). Ini juga mengacu pada kelompok orang Kristen yang, berbeda dari sekte-sekte sesat dan skismatis yang telah mengganggu kesatuan Kristen sepanjang zaman, tunduk pada doktrin dan disiplin Kristus saat Ia menengahi pelayanan kenabian, keimaman, dan kerajaan-Nya di gereja yang kelihatan di seluruh Kitab Suci."

By Manuel (Tim DKC)

20 menit bacaan

Share: X (Twitter) Facebook LinkedIn Whatsapp Telegram

LIVE DKC [66-2025] JUMAT, 23 MEI 2025 PUKUL 19:00 WIB: SEJARAH GEREJA DAN KEKRISTENAN @smartpeoplechurch6335‬

Merespon Video Lilianty, dosen dari Institut Agama Kristen Negeri Palangkaraya tentang Sejarah Gereja

Dalam video ini Lilianty mengatakan bahwa ”Sejarah Kekristenan” berbeda dengan ”Sejarah Gereja”, merujuk pada perkembangan dan penyebaran agama Kristen secara umum, termasuk: 1) Asal-usul Kristen, 2) Penyebaran Kristen, 3) Perkembangan Doktrin dan 4) Gerakan Gereja. Sejarah Gereja mengarah pada perkembangan dan penyebaran gereja-gereja Kristen secara khusus, misalnya 1) Sejarah Gereja Lokal, 2) Sejarah Denominiasi, 3) Sejarah Lembaga Gereja dan 4) Sejarah Tokoh-tokoh Gereja. Kesimpulan: Dalam beberapa kasus, Sejarah Kekristenan dan Sejarah Gereja dapat tumpang tindih, namun secara umum Sejarah Kekristenan lebih luas dan mencakup aspek-aspek yang lebih umum, sedangkan Sejarah Gereja lebih khusus dan mencakup aspek-aspek yang lebih spesifik.

Arti Sejarah: Sejarah bukan sekedar rentetan atau tmpukan peristiwa, cerita dan data tentang masa lalu, banyak yang tidak punya nilai dan makna historis. Sejarah adalah suatu studi atas untaian peristiwa dan kisah masa lalu yang penting, terutama tentang dan yang menyangkut manusia, dengan nilai dan makna dan menolong umat manusia memahami masa kini dan melangkah ke masa depan. Adagium yang populer: ”Sejarah adalah jendela ke masa depan.” Adagium lainnya ”Untuk menguasai sejarah suatu bangsa, kuasailah ingatan sejarahnya!” Secara teologis dijelaskan: Tuhan Allah-lah Pencipta sekaligus Pelaku utama sejarah yang mengikutsertakan manusia sebagai pelaku sejarah, termasuk di dalam Sejarah Kekristenan ataupun Sejarah Gereja.

Arti Gereja dari bahasa Portugis: igreja, bersaudara dengan Spanyol iglesia, berteman dengan Perancis eglise serta sepupu dengan kata Italia chesia, yang semua berasal dari kata Latin: ecclesia. Pada dasarnya gereja mau menunjukkan ”paguyuban orang yang percaya kepada Allah.” atau secara global ”paguyuban orang yang percaya kepada Allah dalam Yesus Kristus karena daya Roh Kudus.”

Arti Sejarah Gereja: kisah tentang perkembangan-perkembangan dan perubahan-perubahan yang dialami gereja selama di dunia ini, serta bagaimana gereja tersebut mempengaruhi dan dipengaruhi oleh masyarakat sekitar. Ekklesia berarti mereka yang dipanggil, yang pertama ialah para murid, Petrus dan lain-lain. Sesudah kenaikan Yesus ke surga dan pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta, para murid menjadi ”rasul” artinya ”mereka yang diutus”, mereka diutus ke dalam dunia untuk mengabarkan berita kesukaan sehingga lahirlah gereja Kristen. Gereja dapat kita bandingkan dengan pohon, tumbuh dari suatu tunas kecil, lama kelamaan menjadi batang besar. Banyak dahan, cabang dan ranting keluar dari batang itu, yang berbeda-beda besarnya dan bentuknya. Begitu juga gereja-gereja yang lahir dari jemaat pertama di Yerusalem, mereka punya bentuk berlainan: tata gereja, tata kebaktian dan ajaran tetapi berakar dalam tanah yang sama.

Apa sebabnya dalam sejarah gereja timbul begitu banyak bentuk berlainan? Karena Injil dibawa kepada orang-orang yang hidup dalam berbagai lingkungan berbeda-beda menurut tempat dan zaman. Pemberita Injil harus memakai bentuk-bentuk dari masyarakat yang kepadanya ia mengabarkan Injil. Ia harus menjadi seorang Yahudi bagi orang-orang Yahudi, Yunani bagi Yunani (bdk. 1 Korintus 9:20). Lainlah khotbah Petrus di Yerusalem pada hari raya Pentakosta (lih. Kisah Para Rasul 2) daripada khotbah Paulus di Athena (lih. Kisah Para Rasul 17), walaupun isinya sama yaitu Berita Kesukaan.

Metode: Sejarah gereja berbicara tentang perjalanan berdirinya gereja di muka bumi ini, suka duka yang dialami oleh para pendiri gereja tersebut. Tak dapat dipungkiri bahwa mendirikan, mengawali segala sesuatu bukanlah hal yang mudah, terlebih dalam mempertahankan apa yang telah diawali tadi. Terkadang apa yang diawali bisa saja berhenti dan bubar. Contohnya: di kota Antiokhia yang pertama kali disebut Kekristenan, kenyataannya sekarang sangat jarang ditemukan gereja. Malahan masjid sudah berdiri megah sekarang di Antiokhia.

Sejarah Gereja dalam dunia Teologi dibagi menjadi 3 bagian: 1) Sejarah Gereja Umum (SGU), 2) Sejarah Gereja Asia (SGA), dan 3) Sejarah Gereja Indonesia (SGI).

Tanggapan Tim DKC: Sejarah Kekristenan

Kekristenan yang kita bicarakan adalah yang kita temukan terwujud dalam Gereja Katolik saja; oleh karena itu, kita tidak akan membahas bentuk-bentuk yang terkandung dalam berbagai sekte Kristen non-Katolik, baik yg bersifat skismatik maupun yang sesat.1

Aliran Sesat (Bida’ah), Klasifikasi:

Dualistis

  1. Gnostisisme
  2. Manicheisme
  3. Cathar
  4. Albigens
  5. Bogomil
  6. Priscilianisme

Mariologi

  1. Collyridianisme
  2. Antidicomarianisme 

Trinitaris Kristologis

  1. Arianisme
  2. Subordinasionisme
  3. Nestoarianisme
  4. Doketisme
  5. Apololinarisme
  6. Monofisitisme
  7. Monoenergisme
  8. Monoteletisme
  9. Eutychianisme
  10. Modalisme
  11. Patripasionisme
  12. Adoptianisme
  13. Monarkianisme
  14. Three Chapters
  15. Jakobit

Spiritual

  1. Valdensian
  2. Patareni
  3. Fratiseli

Ekatologis

  1. Joachimisme
  2. Millenarisme
  3. Montanisme

Moral

  1. Pelagianisme
  2. Quietisme
  3. Jansenisme
  4. Donatisme
  5. Ikonoklasme
  6. Marcionisme

Politis Religius

  1. Galikanisme
  2. Febronianisme
  3. Ultramontanisme
  4. Josephisme
  5. Modernisme

Ringkasan Sejarah Gereja Katolik

Tahun 33: Pentakosta Kristen pertama; turunnya Roh Kudus ke atas para murid; khotbah Santo Petrus di Yerusalem; pertobatan, pembaptisan, dan penggabungan sekitar 3.000 orang ke dalam komunitas Kristen yang pertama.
Stefanus, diaken, dilempari batu hingga mati di Yerusalem; ia dihormati sebagai martir Kristen yang pertama.

….. Lompat ke Tahun 64 atau 67: Kemartiran Santo Petrus di Roma selama penganiayaan Neronian. Ia mendirikan biara dan menghabiskan tahun-tahun terakhirnya di sana setelah berkhotbah di dalam dan di sekitar Yerusalem, mendirikan biara di Antiokhia, dan memimpin Konsili Yerusalem.

….. Langsung ke Tahun 382:  Kanon Kitab Suci, daftar resmi kitab-kitab suci Alkitab yang diilhami, tercantum dalam Dekrit Paus St. Damasus dan diterbitkan oleh konsili regional Kartago pada tahun 397; Kanon secara resmi ditetapkan oleh Konsili Trente pada abad ke-16.

Tahun 431:  Ekumenis Konsili Efesus. Konsili ini mengutuk Nestorianisme, yang menyangkal kesatuan kodrat ilahi dan kodrat manusiawi dalam Pribadi Kristus; mendefinisikan Theotokos (Pembawa Tuhan) sebagai gelar Maria, Bunda Putra Tuhan yang menjadi Manusia; mengutuk Pelagianisme. Bid’ah Pelagianisme, yang berawal dari anggapan bahwa Adam memiliki hak alamiah untuk hidup supernatural, menyatakan bahwa manusia dapat memperoleh keselamatan melalui upaya kekuatan alamiah dan kehendak bebasnya; bid’ah ini melibatkan kesalahan mengenai kodrat dosa asal, makna kasih karunia, dan hal-hal lainnya. Semi-Pelagianisme yang terkait dikutuk oleh konsili Orange pada tahun 529.

Tahun 451:  Konsili Ekumenis Kalsedon. Tindakan utamanya adalah mengutuk Monofisitisme (juga disebut Eutikianisme), yang menyangkal kemanusiaan Kristus dengan menyatakan bahwa Ia hanya memiliki satu kodrat, yaitu kodrat ilahi.

Lanjut ke Tahun 1054: Dimulainya Perpecahan Besar antara Gereja Timur dan Gereja Barat; menandai terpisahnya Gereja Ortodoks dari kesatuan dengan Paus.

Lahirnya Protestantisme di Tahun 1517: Martin Luther menandai dimulainya Reformasi dengan mengemukakan 95 tesis di Wittenberg. Selanjutnya, ia benar-benar melepaskan diri dari ortodoksi doktrinal dalam wacana dan tiga karya yg diterbitkan (1519 dan 1520 M); dikucilkan atas lebih dari 40 tuduhan bida’ah (1521 M); tetap menjadi tokoh dominan dalam Reformasi di Jerman hingga kematiannya pada tahun 1546 M.2

The Evangelization Station: Catholic, Protestants, and History (Marty Rothwell)

Katolikisme, bukan Protestanisme, mewakili iman gereja mula-mula.

Dalam Bab 5 Evangelicals, Catholics and Unity, Dr. Michael Scott Horton, Wakil Ketua Alliance of Confessing Evangelicals, mengakui bahwa kaum Protestan tidak terlalu tertarik pada sejarah. Ia telah membuktikan keabsahan pernyataan ini — berkenaan dengan pengetahuannya sendiri.

Dr. Horton mengklaim bahwa Protestantisme telah menjadi iman yang benar sejak awal berdirinya Gereja. Dalam bab 2, Dr. Horton secara mengejutkan menggolongkan dirinya dan penganut Protestan lainnya sebagai anggota “Gereja Katolik awal”. Ia mendefinisikan “Gereja Katolik awal” dengan mengatakan:
Katolik berarti universal, dan mengacu pada kebenaran-kebenaran yang, sebagaimana diidentifikasi oleh St. Paulus, harus dipegang “tanpa kontroversi” (1 Tim 3:16 KJV). Ini juga mengacu pada kelompok orang Kristen yang, berbeda dari sekte-sekte sesat dan skismatis yang telah mengganggu kesatuan Kristen sepanjang zaman, tunduk pada doktrin dan disiplin Kristus saat Ia menengahi pelayanan kenabian, keimaman, dan kerajaan-Nya di gereja yang kelihatan di seluruh Kitab Suci.”

Ia juga berkata, “Gereja Katolik Roma awallah yang berhasil menentang kaum Gnostik, Arian, Pelagian, dan berbagai gerakan sesat lainnya, dan kita yang menganggap diri kita sebagai Protestan evangelis juga menjadi bagian dari Gereja Katolik saat ini.”

Dr. Horton percaya bahwa jika Gereja Katolik tidak mengambil jalan yang salah yang membawa malapetaka dalam doktrin-doktrinnya, maka seluruh umat Kristen akan menjadi seperti Protestanisme saat ini. Ia mengatakan bahwa bencana itu terjadi sekitar Abad Pertengahan:

“Sayangnya, khususnya pada Abad Pertengahan, cabang barat Gereja Katolik ini (yang telah terpecah menjadi perpecahan Timur-Barat) menjadi semakin korup.”

Dia menyebutkan abad ke-11 sebagai masa ketika gereja diliputi “takhayul, ketidaktahuan, Perang Salib, Inkuisisi, dan kepausan yang ambisius dan manja.”

Namun mari kita fokus pada dua poin Dr. Horton mengenai Gereja Katolik awal:

  • Ada saatnya ketika seluruh Gereja memercayai “tanpa kontroversi” kebenaran mendasar tertentu tentang doktrin iman.
  • Gereja Katolik masa awal telah berhasil mengidentifikasi dan menentang berbagai gerakan iman yang salah.

Karena Dr. Horton mengakui dua poin ini tentang “Gereja Katolik Roma awal”, maka mari kita periksa:

  1. Prosedur yang digunakan Gereja Katolik awal untuk berhasil menghadapi dan menentang berbagai ajaran sesat pada zaman mereka.
  2. Seperangkat kebenaran mendasar yang diyakini oleh seluruh gereja pada saat sebelum perpecahan Katolik-Ortodoks.

Seperti yang dicatat oleh Dr. Horton, terdapat banyak ajaran sesat selama 11 abad pertama keberadaan Gereja. Setiap kali terdapat masalah besar yang menyangkut masalah iman dan moral di gereja, tampaknya Gereja mengikuti pola yang diberikan dalam Kisah Para Rasul 15.

Bahkan pada zaman para rasul, Gereja harus memutuskan masalah-masalah iman dan moral. Terjadi perpecahan besar antara orang-orang Farisi Kristen dan orang-orang Kristen lainnya. Gereja harus mencapai kesepakatan mengenai masalah apakah orang-orang Kristen non-Yahudi wajib menaati hukum Musa seperti yang telah dilakukan oleh orang-orang Kristen Yahudi. Berikut ini adalah cara mereka memutuskan masalah tersebut:

  • Para rasul dan penatua berbagai gereja berkumpul untuk membahas masalah ini.
  • Semua pihak diizinkan untuk menjelaskan dan mempertahankan posisi mereka.
  • Santo Petrus, para rasul, dan penatua mencapai suatu konsensus.
  • Gereja, yang percaya bahwa Roh Kudus membimbing mereka, mengeluarkan pernyataan mereka, yang harus dipercayai dan dipatuhi oleh umat beriman.

Dalam contoh khusus ini, Santo Petrus pertama-tama memberikan parameter tentang apa yang diperbolehkan dalam diskusi, dan selanjutnya dijabarkan dan didiskusikan dari sana. Namun polanya pada dasarnya tetap sama.
Apa yang dilakukan saat ini? Para uskup bersidang untuk membahas suatu masalah, mereka mencapai konsensus dan jika Paus (yang duduk di kursi Santo Petrus) meratifikasi konsensus para uskup, masalah tersebut diyakini telah dibimbing dengan benar oleh Roh Kudus dan diputuskan. Jika para uskup mengadakan konsili dan mencapai keputusan, tetapi Santo Petrus tidak meratifikasinya, maka tidak ada yang dihasilkan dari konsili tersebut.

Selain itu, seperti yang telah kita lihat dalam Kisah Para Rasul 15, jika diperlukan, Santo Petrus juga dapat mengeluarkan pedoman tentang parameter diskusi yang diperbolehkan tanpa melalui konsili. Namun, biasanya, konsili diadakan dan konsensus diberikan kepada Santo Petrus untuk ditinjau.

Model ini telah berhasil digunakan selama 2.000 tahun sebagai mekanisme yang digunakan Gereja untuk menumpas ajaran sesat.

Saya pikir siapa pun dapat melihat bahwa ini adalah cara yang wajar dan tepat untuk memutuskan masalah di Gereja. Ini menyediakan tempat yang wajar untuk membiarkan semua pihak membahas masalah tersebut dan sistem pengawasan dan keseimbangan. Ketika prosedur ini digunakan dan hasilnya diputuskan, dapat dipercaya bahwa Roh Kudus sendiri secara pasti menuntun hasilnya; oleh karena itu tidak dapat dibatalkan di kemudian hari.

Hal ini juga membantu Gereja, karena sekarang mereka dapat memperlakukan keputusan ini sebagai keputusan yang diberikan oleh Tuhan tanpa salah dan dapat digunakan sebagai pembelaan dalam diskusi lebih lanjut mengenai hal-hal lain. Keputusan ini menjadi bagian dari klarifikasi warisan iman yang pernah disampaikan kepada Gereja oleh para rasul.

Siapa pun yang mencoba menyangkal bahwa metode ini berhasil, hanya dapat melakukannya dengan menghancurkan kuasa Tuhan untuk berbicara kepada Gereja-Nya sendiri. Kedua, metode ini memiliki rekam jejak yang terbukti berhasil selama 2.000 tahun. Siapa pun yang berpendapat bahwa metode lain akan kesulitan untuk menemukan metode yang lebih baik atau metode yang memiliki rekam jejak yang lebih baik.
Sekarang, mengingat Gereja menganut prosedur ini untuk memastikan doktrin yang benar dari ajaran sesat, doktrin apa yang diturunkan dan dipegang tanpa kontroversi sebelum perpecahan pada tahun 1054?
 
Daftar di bawah ini menyajikan doktrin-doktrin yang “diterima tanpa kontroversi” di seluruh Gereja sebelum abad ke-11:

Doktrin Kristen historis “dipegang tanpa kontroversi” sebelum perpecahan pada abad ke-11.

  1. Tuhan Anak memiliki hakikat dan sifat yang sama dengan Tuhan Bapa.
  2. Tuhan adalah Wujud Tritunggal (Trinitas).
  3. Yesus memiliki sifat manusia sepenuhnya dan sifat ilahi sepenuhnya dalam satu makhluk
  4. Kehadiran Nyata Tubuh dan Darah Kristus ada dalam Ekaristi.
  5. Suksesi Apostolik para Uskup sangat penting bagi pelestarian Iman.
  6. Kitab Suci dan Tradisi bersama-sama merupakan aturan iman.
  7. Roh Kudus dengan pasti membimbing Gereja ke dalam semua kebenaran.
  8. Regenerasi Baptisan.
  9. Orang-orang percaya diselamatkan oleh kasih karunia Allah dan iman mereka yang taat.
  10. Orang percaya dapat kehilangan keselamatannya karena dosa.
  11. Baptisan Bayi.
  12. Alkitab terdiri dari 27 kitab PB dan 46 kitab PL. (Kitab-kitab Deuterokanonika merupakan bagian dari Kitab Suci).
  13. Imamat hanya untuk laki-laki.
  14. Keutamaan Uskup Roma di antara para Uskup.
  15. Kanonisasi dan Penghormatan Orang Suci.
  16. Doa orang-orang kudus yang telah meninggal sangat mujarab bagi kita.
  17. Pengakuan dosa kepada pendeta.
  18. Penebusan dosa harus dilakukan atas dosa-dosa yang dilakukan.
  19. Keadaan sebagian besar umat beriman yang telah meninggal berada di tempat penampungan sementara sambil menunggu penghakiman terakhir mereka, meskipun mereka yang telah menjalani kehidupan yang benar-benar suci di bumi dapat langsung pergi ke surga.
  20. Doa bagi orang beriman lainnya yang telah meninggal sangat mujarab dalam membantu mereka bertumbuh dalam kasih karunia.
  21. Tujuh Sakramen: Baptisan, Penguatan, Pengakuan Dosa, Komuni, Pernikahan, Tahbisan Suci, dan Pengurapan Terakhir
  22. Penghormatan dan penghormatan tinggi diberikan kepada Santa Perawan Maria yang Selalu Perawan sebagai Theotokos (Bunda Allah—Hawa Baru).
  23. Ibadah Liturgi sebagai “Melodi Teologi”.
  24. Patung-patung dalam peribadatan diterima sebagai sarana yang membantu dalam peribadatan.

Ini bukan sekadar doktrin Katolik, tetapi doktrin Kristen historis . Bagaimana kita tahu ini? Karena pada abad ke-11 ketika Gereja Ortodoks Timur memisahkan diri dari Katolik, kedua belah pihak tetap mempertahankan doktrin ini!

Doktrin-doktrin ini “dipegang teguh tanpa kontroversi”, mengutip Dr. Horton (dan St. Paul) sebelumnya. Terlepas dari perbedaan-perbedaan lainnya, kedua belah pihak percaya, dan terus percaya hingga hari ini, bahwa semua doktrin di atas merupakan bagian dari warisan iman yang diberikan oleh para rasul kepada Gereja.

Oleh karena itu, siapa pun yang mengaku memiliki hubungan dengan Kekristenan historis tentu akan menganut doktrin-doktrin ini juga. Kaum Protestan harus menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut sebelum Protestantisme dapat dianggap serius:

  • Perdebatan tentang hakikat Kristus berlangsung selama berabad-abad. Bid’ah seperti Docetisme, Gnostisisme, Adoptionisme, Monarchianisme, Arianisme, Sabellianisme, Apollinarianisme, Nestorianisme, Monfisitisme, dan Monotheletisme semuanya terkait dengan hakikat Yesus. Jika kaum Protestan percaya bahwa Roh Kudus menjaga Gereja Katolik mula-mula agar tidak jatuh ke dalam kesalahan selama masa bid’ah itu, mengapa mereka tidak dapat menerima doktrin-doktrin lain yang diputuskan dengan menggunakan prosedur yang sama untuk memerangi bid’ah? Mengapa mereka sekarang memilih doktrin mana yang akan dipercayai? Dan siapakah mereka yang dapat memilih apa yang sebelumnya telah disetujui oleh seluruh umat Kristen?
  • Seluruh konsep Protestantisme berlandaskan pada Sola Scriptura . Namun, dalam konsili-konsili yang diadakan untuk membahas ajaran sesat yang disebutkan di atas, semua pihak berargumen dari Kitab Suci untuk membuktikan pendapat mereka! Bukankah jelas bahwa perlu ada semacam otoritas yang mengatur dalam Kekristenan yang dapat memutuskan penafsiran mana yang harus dipegang? Apakah Tuhan akan membiarkan kita dalam keadaan di mana kita tidak dapat mengetahui dengan pasti kebenaran apa yang harus kita pegang?
  • Faktanya, Protestantisme sendiri dapat eksis sekarang hanya karena Gereja Katolik telah berhasil mendefinisikan begitu banyak doktrin Kristen untuk dipinjam oleh kaum Protestan. Ada lebih sedikit doktrin yang dapat diperdebatkan oleh kaum Protestan. Jika Gereja harus menggunakan model Protestan sejak awal, ia akan hancur menjadi rawa doktrin yang membingungkan tanpa makna dan tanpa sarana untuk menarik dirinya keluar dari lumpur dan lumpur. Hanya butuh 500 tahun bagi Protestantisme untuk hancur menjadi 28.000 denominasi. Bayangkan jika model Protestan telah ada selama 2.000 tahun?
  • Sungguh ironis bahwa kebanyakan Protestan sekarang menolak hampir semua pasal kepercayaan yang dipegang oleh orang Kristen historis! Bagaimana mungkin organisasi keagamaan yang mengaku sebagai organisasi historis menyangkal kepercayaan historis yang dipegang sebelumnya dan kemudian menciptakan doktrin baru yang tidak pernah dipegang oleh Gereja historis atau yang sebelumnya ditolak! Gereja historis telah menolak doktrin seperti Sola Scriptura , Keselamatan Hanya oleh Iman, dan Keamanan Kekal. Jadi, dalam pengertian apa Protestan dapat mengklaim sebagai “organisasi historis”?

Mari kita juga meneliti poin-poin berikut tentang Katolikisme:

  • Luther memprotes praktik-praktik Gereja dan memperkenalkan doktrin pembenaran yang baru. Gereja Katolik menerima kritiknya tentang praktik-praktik tersebut dan mengubahnya. Namun, mereka menyangkal bahwa doktrin-doktrin barunya itu benar, karena bertentangan dengan “tradisi penyimpanan iman”.
  • Gereja mengambil keputusan terhadap doktrin Luther dengan cara yang sama seperti saat melawan Arianisme dan ajaran sesat lainnya (yaitu, melalui konsili, diskusi, studi Kitab Suci, keputusan konsili sebelumnya, tulisan para bapa gereja awal, doa, pemungutan suara, dan pengesahan Santo Petrus). Jadi, ketika Luther tidak “tunduk pada doktrin dan disiplin Kristus saat ia menjadi perantara pelayanan kenabian, keimaman, dan kerajaan-Nya di gereja yang kelihatan…” (mengutip dari Dr. Horton), maka ia menjadi salah satu dari “sekte sesat dan skismatis yang telah mengganggu persatuan Kristen sepanjang zaman”.

Bagaimana dengan kita?
Dr. Horton dapat memilih untuk bergabung atau menolak Gereja Katolik, tetapi ia tidak dapat mengklaim bahwa Protestantisme memiliki hubungan apa pun dengan Kekristenan historis. Bahkan, bagi Dr. Horton untuk merasa perlu menulis kepada sesama Protestan dan meyakinkan mereka bahwa mereka terhubung dengan Kekristenan historis, hal itu menunjukkan bahwa Protestan saat ini tidak merasa bahwa mereka adalah bagian dari Kekristenan historis. Sangat jelas bahwa Luther memutuskan hubungan dengan doktrin-doktrin historis dari iman dan menciptakan doktrinnya sendiri.

Luther memang banyak berdebat dengan para ulama dan teolog. Ia tentu saja tidak “membanjiri lawan-lawan mereka dengan kutipan-kutipan dari Bapa Gereja maupun dari kitab suci.” Bahkan, Luther mencoba menyingkirkan Surat Yakobus, Kitab Wahyu, dan Surat Ibrani dari kanon Perjanjian Baru karena ia merasa bahwa semua itu bertentangan dengan penafsirannya terhadap Kitab Suci.
Kardinal John Henry Newman adalah seorang uskup Anglikan terkemuka pada abad ke-18 yang juga bergulat dengan masalah antara Protestantisme dan Kekristenan historis. Tidak seperti Dr. Horton, ia tidak mencoba menulis ulang sejarah Gereja. Sebaliknya, ia melihat kekeliruan yang menjadi dasar Protestantisme, dan beralih ke Katolikisme. Ia menulis:

Dan satu hal ini pasti… Kekristenan dalam sejarah bukanlah Protestantisme. Jika pernah ada kebenaran yang aman, maka ini adalah kebenaran itu. Dan Protestantisme pernah merasakannya… Hal ini ditunjukkan dalam tekad… untuk membuang Kekristenan historis sama sekali, dan membentuk Kekristenan dari Alkitab saja: manusia tidak akan pernah mengesampingkan [Kekristenan historis], kecuali mereka telah putus asa akan hal itu… Berada jauh di dalam sejarah berarti berhenti menjadi Protestan.”

Saat ini, kaum Protestan terus datang ke Gereja Katolik karena mereka membaca sendiri tulisan para Bapa Gereja terdahulu. Kami dengan hormat meminta Dr. Horton untuk melakukan hal yang sama.3

Share: X (Twitter) Facebook LinkedIn Whatsapp Telegram

Artikel Lainnya