LIVE DKC SABTU, 18 JANUARI 2025: IBLIS BISA BERUBAH WUJUD DAN MEMPUNYAI HIERARKI ...???
Dikutip dari Buku “Demonologi & Eksorsime, Perspektif Teologi Katolik” oleh: Johanes Robini Marianto, O.P. dan Ellyana Sandy
Imprimatur:
Laurentius Sutadi, Pr.
Nihil Obstaat:
Gerard F. Timoner III, O.P. (Provinsial Ordo Dominikan Provinsi Filipina), dan
Edmund C. Nantes, O.P. (Superior Rumah Santo Dominikkus Pontianak, Kalimantan Barat)
Mengapa Setan Ada Daripada Tidak Ada?
“There is a necessary conclusion, Satan, whom Jesus had confronted by his exorcism, whom He had encountered in the desert and in His Passion, cannot be simply the product of the human faculty of inventing fables and personifying ideas, nor can he be an erroneous relic of a primitive cultural language” (Dokumen Konggregasi Ajaran Iman 1975).
Pembaca yang mencoba menemukan figur yang dinamakan setan akan kaget, ternyata Perjanjian Lama (PL) sedikit sekali bicara soal setan. Hal ini mengagetkan mengingat PL sangat terpengaruh oleh lingkungan budaya sekitarnya dimana literatur tentang setan cukup banyak beredar dan populer. Kejadian 3 yang memuat kisah kejatuhan manusia dan gambaran setan dalam manifestasi atau wujud ularpun tidak disinggung banyak dalam tradisi selanjutnya bahkan oleh Kitab Taurat.
Kejatuhan manusia yang dikaitkan dengan setan hanya disinggung dalam tulisan suci mendekati zaman Perjanjian Baru, yaitu dalam Pengkhotbah 2:23 dan Kebijaksanaan 2:24. Boleh dikatakan hanya tiga tempat dalam PL yang secara eksplisit menampilkan figur independen setan dan tulisan ini merupakan tulisan periode mendekati pembuangan di Babel (lih. 1 Tawarikh 21:1; Ayub 1:6,9,12; Ayub 2:3,4,6,7 dan Zakaria 3:1,2). Ini mungkin karena penulis Kitab Suci PL kebanyakan ingin menonjolkan monoteisme dan kemahakuasaan Tuhan sehingga “melupakan” atau tidak bicara sama sekali tentang setan yang merupakan “musuh” Tuhan sehingga bisa menyebabkan umat jatuh pada dualisme yang menggambarkan seolah-olah ada dua kekuatan saling bersaing sehingga lupa pada isi pewartaan sesungguhnya: monoteisme dan kemahakuasaan Allah.
Dan yang menarik dalam PL setan sering digambarkan sebagai instrumen Tuhan dan berfungsi seperti dalam pengadilan Ilahi dengan fungsi penuduh. Disini, bahkan penulis PL melihat semua yang bersifat penderitaan, sakit dan kemalangan, cobaan dan kematian bersumber dari tindakan Yahweh. Yahweh bahkan disebut “penggoda” dan kadangkala disebut yang membuat manusia keras hati berbuat emosional seperti yang dilakukan Yahweh pada Firaun (Keluaran 4:21).
Barulah pada tulisan kemudian seperti dalam 1 Tawarikh 21:1dikatakan setan memasuki hati manusia (Daud) dan membuatnya berbuat dosa. Hanya harus dikatakan, meski dalam 1 Tawarikh 21:1 setan sudah mempunyai peranan membuat manusia berdosa namun fungsinya masih kadangkala samar dan bahkan disamakan dengan malaikat yang dikirim Tuhan untuk menghancurkan Yerusalem, malaikat yang dikirim untuk menghancurkan Sodom dan memukul mati anak sulung Mesir. Hal yang sama bisa dikatakan tentang figur setan dalam Ayub. Meski setan disini sudah merupakan sebuah personalitas (pribadi) namun tugasnya dibawah pengawasan Yahweh dan dilihat sebagai pihak yang hadir dalam pengadilan ilahi dan berfungsi sama seperti malaikat yang diutus Tuhan.
Setan dalam Ayub hadir dalam pengadilan surgawi dan menjalankan perintah Tuhan, takluk kepada Dia dan hanya bergerak kalau ada izin Yahweh, serta berfungsi sebagai penuduh (public accuser/ jaksa penuntut). Meski setan tidak bisa menjadi anggota tribunal Ilahi karena melakukan kegiatannya terbatas pada ijin Yahweh dalam kebencian; terkadang dilihat motivasinya sebagai penggoda. Dua nama untuk setan adalah 1) Lilith/ binatang ganas personifikasi setan yang mengembara di padang gurun menurut tradisi Rabinik Yahudi dilihat sebagai setan yang aktif saat malam dan 2) Asmodeus.
Menurut Francis, meskipun setan jarang disebut atau disebut dan kadangkala belum berkembang seperti yang kita pahami (sumber kejahatan dan rival Tuhan dan manusia) namun tidak bisa dikatakan PL tidak mempunyai konsepnya sendiri yang lain dari lingkungan budaya sekitarnya (terutama Persia).
Karena hampir semua tulisan PL mewartakan monoteisme dan kemahakuasaan Yahweh diatas segalanya, demonologi PL tidaklah berkembang meski tidak bisa dikatakan umat Israel atau penulis PL tidak mengenal demonologi. Demonologi sebelum Perjanjian Baru (PB) akan lebih tampak pada tulisan yang tidak dimasukkan dalam daftar Kanon Kitab Suci Perjanjian Lama yang disebut apokrifa.
Sebelum masuk pada tulisan apokrifa, kesimpulan tentang demonologi PL adalah dalam PL setan dilukiskan sebagai pribadi yang berada dibawah kuasa Tuhan. Setan ingin menghancurkan manusia dan mencoba menggoda manusia untuk berontak melawan Allah, namun apabila manusia dengan bantuan Tuhan melawan godaan tersebut manusia bisa menang.
Perkembangan selanjutnya sebelum masa PB adalah yang kita sebut diatas tulisan apokrifa. Disini demonologi Yahudi menjadi kuat dan bukan hanya setan sebagai pribadi yang jahat melainkan jdijelaskan juga asal-usulnya dan kenapa setan ada daripada tidak ada serta peranannya. Setan juga ada pengikutnya (malaikat-malaikat setan) yang semuanya adalah musuh Tuhan dan manusia dan peranannya sebagai penghancur, penggoda dan penuduh.
Tulisan 1 Enoch melukiskan asal muasal setan dengan mengacu pada Kejadian 6:2-4. Penulis 1 Enoch mengatakan setan berasal dari malaikat Tuhan yang disuruh Tuhan memperhatikan gerak gerik manusia di bumi, namun suatu saat tertarik kecantikan wanita di bumi dan karena birahi mereka memperanakkan dan kawin dengan manusia sehingga dihukum Yahweh. Setelah mengawini manusia, mereka memperanakkan manusia raksasa yang ketika meninggal keturunan malaikat jatuh ini jiwanya meninggal dan menjadi setan yang akan menjadi pasukan setan. Mereka nantinya akan bergerak bebas di bumi, atas seizin Yahweh, menyebarkan immoralitas sampai akhir zaman. Fungsi setan ada tiga: 1) menggoda manusia sehingga jatuh dalam dosa dan kejahatan, 2) menuduh mereka yang jatuh dan 3) ikut serta menghukum mereka yang jahat.
Teks menarik lainnya adalah Kemartiran Yesaya yang mengidentifikasikan dewi-dewi berhala sebagai setan sehingga yang menyembah mereka sama saja menyembah setan. Satu nama setan baru yang disebut adalah Beliar, selain Lilith dan Asmodeus. Beliar adalah pimpinan setan dan diasosiasikan dengan pemimpin dunia kegelapan dan kematian.
2 Enoch menceritakan lebih jauh lagi bukan hanya “siapa” (asal-usul) setan melainkan motif mereka sehingga membuat mereka menjadi si jahat. Setan adalah malaikat yang mencoba menandingi kekuasaan Allah/ Tahta Allah. Setan ingin mencoba mendirikan kerajaan tandingan Kerajaan Allah. Karena iri Tuhan menciptakan manusia, setan kemudian menggoda Hawa.
Yang tidak kalah menarik dalah Kehidupan Adam dan Hawa yang merupakan tulisan apokrifa, yang dengan jelas menjelaskan perihal setan. Dikatakan setelah Hawa berbuat dosa bertanya kepada setan kenapa dia menggoda mereka sehingga jatuh. Jawaban setan adalah karena Adamlah (dan Hawa) mereka dihukum dan jatuh. Santo Mikael menghukum mereka menolak perintah Tuhan untuk melayani manusia. Setan merasa lebih dahulu diciptakan Tuhan dengan segala kemampuan namun ketika mereka diminta tunduk dan melayani manusia mereka tidak bisa terima. Seharusnya Adamlah yang menyembah dan melayani mereka dan bukan sebaliknya. Karena itulah setan berusaha untuk menghancurkan Adam dan Hawa.
Dalam tulisan Qumran dikatakan bahwa seluruh dunia ada dalam kontrol setan bernama Beliar, meski pada akhirnya kekuatan si jahat akan dihancurkan. Pertempuran ilahi antara Tuhan dengan malaikat-Nya dan Beliar dengan penghulu setannya terjadi juga di dunia secara paralel, seperti dalam Kitab Suci pertempuran antara tentara Kittit, Edom, Moab, Amon dan Filistia sebagai wakil kerajaan kegelapan berhadapan dengan Tentara Terang Israel. Komunitas Qumran sendiri merasa keturunan langsung Musa dan Yoshua dan siap untuk bertempur lagi dalam pertempuran sampai akhir zaman yang disebut Armagedon.
Bagaimana Beliar bekerja membuat manusia menjadi jahat? Jawaban Qumran adalah melalui kecenderungan dalam diri manusia yang disebut kecenderungan yang jahat (Yeser). Tulisan Qumran juga memuat apa yang selanjutnya akan dipakai para Bapa Apostolik mengenai manusia yang diberi Tuhan dua pihak yang selalu mendampingi manusia: malaikat terang dan malaikat jahat. Manusia harus memutuskan mengikuti bisikan ynag mana. Satu nama setan muncul lagi disini yaitu Mastema yang artinya musuh.
Yang tak kalah menarik adalah tulisan Kesaksian 12 Bapa Gereja yang sebenarnya sudah masuk dalam zaman PB. Dikatakan Beliar, pimpinan setan, adalah pembohong. Ada dua kecenderungan jahat dan baik pada manusia, tergantung bagaimana sikap manusia terhadap dua kecenderungan tersebut. Beliar akan menguasai manusia apabila memilih kecenderungan jahat. Yang menarik adalah penjelasan ada tujuh setan yang mempengaruhi manusia yang disamakan dengan tujuh dosa.
Ketujuh setan yang sama dengan tujuh dosa yang paling dasariah adalah:
-
Roh perzinahan yang berasal dari perut dan indera manusia,
-
Roh kerakusan yang asalnya dari perut manusia,
-
Roh konflik yang asalnya ada pada hati dan empedu manusia,
-
Roh penjilat (mulut manis) yang berasal dari keinginan manusia mengamati,
-
Roh kesombongan,
-
Roh kebohongan yang suka mengatakan kebohongan, dan
-
Roh ketidakadilan.
Ketujuh roh tersebut selalu menggoda manusia terutama mereka yang muda dan belum matang. Ketujuh roh jahat tersebut sebenarnya adalah dosa manusia kadangkala menjadi personal (memang roh jahat) dan sebenarnya merupakan analisis psikologi moral manusia. Jelas harus diakui Kesaksian 12 Bapa Bangsa sungguh mengatakan ada eksistensi roh jahat dengan nama diatas. Semua roh jahat ini terutama roh kebohongan dapat dikalahkan dengan “hati yang tak terbagi” (kemurnian/ ketulusan hati).
Dari semua tulisan inilah penulis Kitab Suci PB dan para Bapa Gereja sejak awal bicara mengenai asal usul setan sebagai malaikat yang jatuh dan kadangkala menerima penjelasan mereka (meski tidak seluruhnya misalkan kejatuhan setan karena mereka sombong) dan juga motif kejatuhan mereka sehingga mereka menjadi setan (iri hati/ kebanggaan).
Selanjutnya marilah kita melihat pandangan Kitab Suci PB mengenai setan, terutama dari kesaksian Tuhan Yesus sendiri yang ketika di dunia mengusir setan dan berhadapan dengan setan.
Pengalaman Para Pertapa Padang Gurun
Menarik bagi kita untuk melihat bagaimana para Bapa Pertapa Padang gurun pada awal Kekristenan, setelah tahun 312 M (Gereja menjadi agama negara di zaman Konstantin Agung), melihat atau mendeskripsikan pengalamannya dengan setan (pergulatan mereka).
Lactansius (245-325 M)
Yang kelak dikutuk Gereja karena ajarannya dan menjadi sesat, melihat pada dasarnya di dunia ini ada dua prinsip yang saling bertentangan: yang baik (dari Tuhan) dan yang jahat. Dari prinsip yang menurutnya menentukan tata dunia secara keseluruhan (kosmos) Lactansius mengatakan di dalam diri manusia (mikro-kosmos) terjadi juga pertentangan yang baik dan jahat, manusia dihadapkan pada dua jalan yang baik dan jahat.
Jawaban Lactansius mengenai pertanyaan mengapa ada kejahatan di dunia dan mengapa Tuhan tidak begitu saja menghilangkan kejahatan, penderitaan dan setan adalah:
-
Tuhan mengizinkan adanya kejahatan, penderitaan dan setan supaya kita belajar mengenai arti kebaikan! Bagaimana manusia bisa mengerti arti kata baik kalau tidak mengerti/ mengalami arti jahat,
-
Hadirnya kejahatan, dosa dan setan supaya manusia belajar untuk mengembangkan keutamaan yang ada padanya. Disini konsep kebebasan menjadi penting atau manusia diberi kehendak bebas untuk memilih. Adanya kejahatan, dosa dan setan justru membuat manusia bisa menggunakan kebebasan yang ada padanya.
Lactansius mau mengatakan bahwa seandainya tidak ada yang jahat maka kebebasan kehendak memilih tidak ada artinya karena tidak ada yang dipilih antara dua kutub jahat dan baik. Baginya kejahatan, dosa dan setan yang kelihatan paling berkuasa dibiarkan oleh Tuhan supaya manusia bisa mengerti kemahakuasaan Tuhan yang melampaui semua itu. Baginya kalau setan tidak cukup kuat maka yang terjadi adalah keutamaan yang biasa-biasa saja. Justru karena godaan dan kenyataan setan yang kuat maka manusia dengan kehendak bebasnya bisa memilih dan mengembangkan keutamaannya lebih mendalam dan besar.
Pendapat yang membuat Lactansius jatuh adalah ketika menjawab “Mengapa setan ada daripada tidak ada?” Lactansius mengatakan adalah Allah sumber kebaikan yang menciptakan yang baik dan jahat, namun karena dalam diri Allah tidak mungkin ada kejahatan, harus ada yang bertanggung jawab mengapa setan ada. Lactansius akhirnya mengembangkan teori bahwa Tuhan memang berada diluar ukuran baik-jahat dan didalam Allah hanya ada kebaikan. Meski ada setelah penciptaan oleh Tuhan yang baik yang menyebabkan setan ada.
Teori Lactansius adalah kejahatan, dosa dan setan diperlukan supaya manusia bisa belajar tentang apa yang baik dan jahat, dan mengembangkan kehendak bebasnya dengan baik. Kejahatan bukan dari Tuhan yang baik namun setelah penciptaan setan ada walau dalam kontrol kekuasaan Tuhan. Tuhan tidak bertanggung jawab atas kejahatan yang tercipta karena setan memilih kejahatan. Baginya secara tidak langsung Tuhan tetap bertanggung jawab atas kenyataan kebaikan dan kejahatan dalam penciptaan.
Intinya ada dua prinsip yang dicptakan Tuhan: kebaikan dan kejahatan agar manusia bisa belajar kebaikan dan menggunakan kehendak bebasnya dengan baik mendatangkan pahala, keberadaan kejahatan diizinkan Tuhan. Lactansius jatuh lebih dalam ketika menyamakan Kristus sebagai ciptaan yang dicintai Tuhan dan yang ditolak Tuhan adalah prinsip kejahatan yaitu setan.
Perkembangan demonologi Lactansius mengatakan ada dua jenis setan: 1) yang jatuh dari surga (setan dan malaikat yang jatuh) dan 2) setan yang berasal dari bumi, yaitu para raksasa yang karena nafsu birahinya jatuh pada wanita cantik. Pengetahuan setan dan malaikat jauh lebih hebat dari yang dimiliki manusia namun kalah dari Tuhan.
Kehendak bebas setan memilih kejahatan tidaklah final, sehingga akhirnya setan akan bertobat ditolak Gereja. Setan menurut Lactansius akan mengalami tiga kematian: 1) ketika jatuh dan memilih kejahatan dan dosa, 2) wafat dan kebangkitan Kristus, dan 3) penghukuman terakhir.
Penyebab manusia jatuh dalam godaan setan ada dalam keterpecahan fundamental dalam diri manusia (mikro-kosmos), kebaikan dan kejahatan. Tuhan berkenan manusia memilih dengan kehendak bebasnya antara cinta kasih dan kemurahan hati, atau pada seks, harta, kekuasaan dan kesombongan diri.
Kehadiran/ keberadaan setan dan aktivitasnya akan lebih jelas dengan melihat pada tradisi tulisan rohani para Bapak Padang Gurun. Padang gurun adalah simbol pertempuran antara manusia yang mau mengalahkan segala nafsu kejahatan dan setan di dalam dirinya untuk mencapai kesempurnaan sebagai orang Kristen.
Pertapa padang gurun, dimulai di Mesir, sebenarnya adalah usaha orang Kristen yang merasa Gereja menjadi agama negara di zaman Konstantin Agung (312 M) yang mengalami kemunduran dari dalam, yang menyangkut praktik hidup orang Kristen dan kesaksian hidup Kristen yang dikehendaki Yesus. Di zaman para martir, orang Kristen dengan gagah berani meniru/ mencoba mengikuti jejak Kristus termasuk pengorbanan-Nya di salib sampai mencurahkan darah-Nya; kini melalui bertapa dan matiraga, orang Kristen mencoba memberikan kesaksian mencapai kesempurnaan Injil. Dua tokoh besar tersebut adalah St. Antonius Pertapa (251-356 M) dan St. Pakomeus Pertapa (286-346 M).
St. Antonius Pertapa (251-356 M)
Ditulis di tahun 360 M oleh Santo
Athanasius (lahir 295 M), mengatakan setan adalah malaikat yang jatuh
membawa sejumlah bala malaikat dan kemudian menjadi penghulu/ kepala
para malaikat yang jatuh. Mereka jatuh dalam ketiadaan (nothingness),
kegelapan, kengerian dan tidak ada apa-apanya. Mereka hanya bisa membuat
keributan, kesulitan dan malapetaka serta ketidakteraturan. Setan bisa
berubah bentuk menciptakan fantasi, imajinasi dalam pikiran korbannya
atau makhluk raksasa untuk menakut-nakuti manusia. Mereka terkutuk! Yang
menarik dari tulisan Athanasius tentang hidup Santo Antonius, setan bisa
mengambil wujud malaikat terang.
Setan bisa menyanyi dengan indah dan menghafal Kitab Suci dengan fasih, bahkan berdoa dan mengambil bentuk seorang pertapa (dalam pengalaman hidup Santo Antonius Pertapa) meskipun wujud yang baik itu tidak akan bertahan lama. Segera mereka akan kembali ke wujud asli, yaitu jelek, buas dan berbau busuk (stench) karena bentuk/ wujud (form) asli mereka adalah kasar, berasal dari kodrat tanpa makna dan ketiadaan, kegelapan dan kehancuran. Sebelum jatuh malaikat adalah mulia, setelah jatuh mereka menjadi terkutuk dan masuk dalam kegelapan abadi dengan tujuan menjatuhkan manusia, menjauhkan manusia dari Tuhan, apalagi dalam kasus pertapa.
Sebelum Inkarnasi Kristus Tuhan, kemenangan setan dalam kejatuhan Adam dan Hawa telah menutup manusia dari surga. Berkat penebusan Kristus pintu surga dibuka kembali namun setan masih diberi kuasa menjatuhkan manusia karena penebusan belum final sampai kedatangan Yesus kedua kalinya.
Dalam konteks para pertapa, setan mendapatkan lawan paling menakutkan karena terusik dari padang gurun, tempat pelarian mereka setelah kota disucikan orang Kristen. Alasan lainnya dengan kehadiran para pertapa dunia disucikan kembali. Semakin seseorang maju dalam kehidupan rohani akan semakin dibenci setan.
Santo Antonis yang mulai bertapa di kuburan di luar kota Mesir sampai padang gurun sepi mengalami banyak serangan setan, dari mulai antek-anteknya sampai ke penghulu setan. Godaan-godaan terhadap Santo Anontius adalah sebagai berikut:
-
Menunjukkan dalam imajinasi betapa Antonius kehilangan masa mudanya yang seharusnya penuh kegembiraan dan kenikmatan dengan kekayaan yang mempunyai arti. Santo Antonius memang berasal dari keluarga berada yang meninggalkan kekayaannya dengan bertapa,
-
Digoda mulai kasihan dan memperhatikan adik perempuannya yang masih kecil dan ditinggalkan bertapa ketika orang tuanya meninggal. Disini hukum kedekatan (proximity) dijalankan setan dengan menggunakan hal-hal yang dekat dengan hati dan kelemahan kita.
Matiraga Santo Antonius digoda dengan ide setan bahwa matiraga itu berat dan tidak manusiawi dengan tampil dalam wujud malaikat terang, bahkan Tuhan Yesus yang berbicara sendiri kepadanya. Dengan kemanisan kata-katanya dalam wujud berbeda, setan akan mengatakan yang jelek dan menjatuhkan sehingga manusia jatuh meskipun sudah sangat maju dalam hidup rohani. Dalam hidup Antonius setan juga tampil sebagai wanita cantik dengan godaan seks.
Setelah tahap godaan diatasi Antonius, setan memakai taktik baru dengan membuat/ menyebar ketakutan, yaitu dalam mimpi dan halusinasi tampil dalam bentuk/ wujud menakutkan, suara ribut dan bau mengusik atau seperti raksasa dan hewan buas. Walaupun setan tidak memiliki kekuatan menyakiti Anotnius dan para pertapa, terkadang serangan fisik juga terjadi pada mereka.
Dalam kisah hidup Antonius, dijelaskan cara mengalahkan si setan yaitu:
-
Iman akan Yesus Kristus dan menggunakan tanda salib dan nama Tuhan Yesus,
-
Praktek matiraga, puasa dan berdoa tak kunjung henti,
-
Praktek eksorsisme dengan tidak takut akan setan.
Di atas segalanya, semua keberhasilan melawan setan adalah rahmat Tuhan Yesus Kristus yang tanpanya segala usaha manusia melawan setan akan sia-sia. Salib merupakan kekalahan total setan karena penebusan dan kebangkitan Kristus.
Evagrius (lahir 345 M)
Adalah seorang pertapa, menunjukkan cara-cara praktis mengalahkan setan dan taktiknya. Setelah jatuh, malaikat kehilangan semua kualitas pengetahuan dan kekuatan besar yang dimiliki sebelum mereka jatuh. Setan mempunyai pengetahuan mengenai manusia karena observasi mereka akan manusia dan melalui persepsi mereka, atas tindakan, kata-kata, dan bahasa tubuh untuk menginterpretasi keadaan seseorang.
Setan adalah ciptaan yang tidak padat atau ketiadaan (nothingness), mempunyai warna, bentuk dan wujud sesuai dengan status ketiadaan mereka. Setan bisa melihat manusia tetapi tidak berlaku sebaliknya kecuali mereka menampakkan diri dalam wujud kasar dan terkadang menipu dalam penampakannya. Setan juga memiliki hirarki, ada yang sangat kasar dan buas, ada yang sangat konsisten menggoda dengan keinginan menghancurkan dan ada juga yang pengecut.
Dengan pertapa atau mereka yang memulai hidup rohani dengan serius harus mendapatkan karunia membedakan jenis setan mana yang dihadapi. Terhadap manusia setan menggoda dengan tindakan-tindakan kasar sedangkan dengan mereka yang maju dalam hidup rohani setan akan menyerang dengan halus melalui ilusi dan obsesi yang hanya bisa dilawan dengan rahmat Tuhan. Setan menyerang melalui jiwa dari cara paling kasar sampai halus termasuk godaan seksual dan kerakusan, dan melalui badan membuat kita sakit dan bahkan meninggalkan luka dalam tubuh.
Psikologi godaan menurut Evagrius adalah manusia yang jatuh dalam dosa dipenuhi dengan emosi (pathe) atau kelekatan yang tidak teratur, dan hanya bisa disembuhkan dengan rahmat Tuhan Yesus. Dari emosi keluar pikiran, kecenderungan-kecenderungan jahat, dan setan mencoba observasi bagian emosi (kerapuhan jiwa) menyuruh antek-anteknya menyerang bagian kita yang paling lemah. Permainan emosi dari setan dengan membesar-besarkan masalah sehingga manusia sulit untuk melawan godaannya. Beberapa emosi manusia yang dapat dengan mudah dimasuki setan adalah: kerakusan akan kenikmatan dan makanan, kesombongan/ harga diri, seksualitas, ketamakan, putus asa, kemarahan dan kemalasan. Setan akan memilih emosi mana yang paling lemah dan menyerangnya.
Bagaimana cara melawan setan menurut Evagrius? Hanya dengan rahmat Tuhan segala godaan dan serangan setan bisa dikalahkan. Pembedaan roh atas mana yang baik dan jahat serta jenis setan yang menyerang dan menggoda juga penting dilakukan. Dari situlah sesorang bisa menentukan cara apa yang akan digunakan untuk melawan jenis godaan dan jenis setan yang dihadapi. Evagrius juga mengatakan doa, matiraga, hidup dalam keutamaan dan kebaikan serta keyakinan akan nama Yesus yang Tersuci bisa mengalahkan setan. Praktik doa yang disarankan adalah yang mendatangkan ketenangan disebut hesychia.
Kesimpulannya: setan adalah kenyataan yang bisa kita rasakan, lihat bahkan personal dalam godaan yang masuk dalam pikiran dan hal-hal kecil yang membuat manusia jatuh kalau tidak menyadari kelemahannya sendiri.
Santo Petrus dari Verona dan Bunda Maria yang Palsu
Kisah ini diceritakan dalam Thomas Lentino Vita, Santo Petrus diberitahu beberapa warga kota Milan bahwa Bunda Maria telah menampakkan diri di Gereja Kaum Katar, mencela Petrus dan menyatakan kebenaran ajaran kaum Katar. Penampakan ini dipercaya seorang bangsawan Milan dan banyak orang lainnya yang meninggalkan iman Katolik dan bergabung dengan kaum Katar.
Keesokan harinya setelah mempersembahkan misa, Petrus membawa hosti yang telah dikonsekrasi ke gereja kaum Katar yang tidak dipercaya oleh mereka. Sesampainya disana, Petrus mengangkat hosti dan berkata “Jika engkau benar Bunda Allah, sembahlah putramu ini.” Saat itu juga Bunda Maria yang palsu menghilang dalam kebisingan, menimbulkan bau busuk dan gereja kaum Katar terbelah dari atas ke bawah.
Lukisan di samping menunjukkan peristiwa tersebut diatas
Presentasi Peter Tim DKC:
Ilustrasi 1: Seorang Kristen dengan pemikirannya
Ilustrasi 2: Roh yang terhubung dengan pikiran manusia, siap untuk beraksi. Kiri pikiran jahat, kanan pikiran baik
Dosa berdasarkan Yakobus 1:14-15
“Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.”
Intinya adalah:
-
Keterpisahan dengan Allah maka manusia masuk dalam dosa. Dalam ajaran Katolik, dosa adalah keadaan yang memisahkan manusia dari Allah. Ayat ini menjelaskan bahwa keinginan manusia yang tidak terkontrol bisa memikat mereka kedalam dosa, dan akhirnya mengarah pada kematian spiritual.
-
Roh Penurut tetapi daging itu lemah
Matius 26:41 – “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."
Ayat ini menunjukkan konflik antara roh yang ingin mengikuti kehendak Allah dan tubuh yang lemah terhadap godaan. Kita perlu menjaga dan memperkuat iman kita agar tidak jatuh kedalam dosa.
- Roh tidak dapat binasa
Matius 10:28 – “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.
Yakobus 1:14-15 memberikan pandangan mendalam tentang proses terjadinya dosa dalam diri manusia, mulai dari godaan hingga konsekuensinya. Ayat ini menegaskan bahwa dosa tidak datang secara tiba-tiba tetapi melalui tahapan kehendak bebas manusia. Berikut pembahasannya:
- Godaan Dimulai dari Dalam
Dalam ayat 14: “Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.”
Disini Yakobus menunjukkan bahwa akar dari godaan terletak pada keinginan manusia sendiri (concupiscentia). Keinginan ini tidak selalu dosa dalam dirinya, tetapi menjadi masalah ketika tidak dikendalikan. Ketika seseorang mulai memberi perhatian pada godaan dan memikirkannya, godaan itu menarik hati dan pikiran manusia, menyeretnya ke arah dosa.
a. Perspektif Biblis: Kejadian 3:6 menggambarkan hal serupa dalam kisah Hawa. Dia tertarik pada buah pohon yang “baik untuk dimakan” dan “menyenangkan untuk dipandang.’ Godaan itu berasal dari luar tetapi keinginannya membuat dia memilih untuk melanggar perintah Tuhan.
b. Implikasi: Godaan bukan dosa sampai seseorang memberikan persetujuan hati dan pikiran untuk memenuhinya.
<!-- -->
- Keinginan yang Dibuaikan Melahirkan Dosa
Ayat 15: “Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa.”
Keinginan menjadi dosa ketika seseorang memberikan persetujuan atau bertindak berdasarkan godaan tersebut. Proses ini melibatkan kehendak bebas manusia yang memilih untuk melawan hukum Allah. Dosa bukan sekedar tindakan tetapi juga sikap hati yang memberontak terhadap kehendak Allah.
a. Gereja Katolik: dalam ajaran Gereja, dosa dikategorikan menjadi dosa ringan (venial) dan dosa berat (mortal). Ketika seseorang menyerah pada keinginan yang melanggar hukum Allah dalam hal besar dengan kesadaran penuh dan kehendak bebas, dosa berat terjadi.
b. Contoh praktis:
-
Seseorang yang tergoda untuk mengambil sesuatu yang bukan miliknya tidak berdosa sampai ia memutuskan untuk mencuri,
-
Seseorang yang membunuh atau berzinah dalam keadaan sadar karena tergoda dari luar dan jatuh dalam dosa.
- Dosa yang Matang Melahirkan Maut
Ayat 15: “... dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.”
Tahap akhir dari dosa adalah maut, yang dalam konteks spiritual adalah keterpisahan dari Allah. Dosa membawa kerusakan tidak hanya pada hubungan manusia dengan Allah tetapi juga pada diri sendiri, orang lain dan dunia.
a. Perspektif Biblis: Roma 6:23 – menegaskan bahwa “upah dosa ialah maut.” Kematian rohani ini adalah konsekuensi dai memilih hidup diluar rahmat Allah.
b. Makna Teologis: Dosa tidak hanya menghancurkan tetapi juga memperbudak manusia, menjauhkan mereka dari kebahagiaan sejati yang hanya ditemukan dalam persatuan dengan Allah.
<!-- -->
- Akar Dosa: Pilihan Bebas Manusia
Yakobus menekankan bahwa dosa tidak dapat sepenuhnya disalahkan pada faktor eksternal, seperti setan atau lingkungan. Manusia melalui kehendak bebasnya memiliki tanggung jawab atas tindakannya.
a. Refleksi Teologis: St. Agustinus mengajarkan bahwa meskipun manusia memiliki kehendak bebas, rahmat Allah diperlukan untuk melawan godaan. Dosa asal telah melemahkan manusia tetapi tidak menghilangkan kemampuan untuk memilih.
b. Implikasi Pastoral: Gereja mengingatkan umat beriman untuk terus berjuang melawan godaan dengan kekuatan doa, sakramen dan hidup dalam rahmat Allah.