LIVE DKC SELASA, 21 JANUARI 2025: BARU TAU YA KEKACAUAN DALAM PROTESTANTISME ...!!!

Reformasi Protestan tidak hanya menyebabkan perpecahan dari Gereja Katolik tetapi juga merusak cara orang berpikir tentang wahyu dan otoritas ilahi. Pendapat pribadi menjadi otoritas kebenaran tertinggi, dan setelah 500 tahun dampak menghancurkan dari kesalahan itu terlihat.

By Manuel (Tim-DKC)

15 menit bacaan

Share: X (Twitter) Facebook LinkedIn Whatsapp Telegram

LIVE DKC SELASA, 21 JANUARI 2025: BARU TAU YA KEKACAUAN DALAM PROTESTANTISME …!!!

Menanggapi video Louis Prasetyo terkait “LGBT sudah berani menampakkan diri”

Louis Prasetyo memberikan tanggapan terkait video seorang Pendeta LGBT di Gereja di Orlando, US “Apakah hal ini diizinkan oleh Tuhan?” Diangkatnya seorang LGBT menjadi pendeta tidak sesuai/ bertentangan dengan standard Alkitab, dan berdasarkan ayat Alkitab:

  1. Yudas 1:7 – “ … sama seperti Sodom dan Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan cara yang sama melakukan percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak wajar, telah menanggung siksaan api kekal sebagai peringatan kepada semua orang.” Dalam hal ini Sodom dan Gomora menjadi peringatan dari Tuhan bahwa tidak selayaknya manusia melakukan hubungan homoseksual.
  2. Imamat 18:22 – “Janganlah engkau tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, karena itu suatu kekejian.”
  3. Imamat 20:13 – ”Bila seorang laki-laki tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, jadi keduanya melakukan suatu kekejian, pastilah mereka dihukum mati dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri.”

Alkitab berlaku dari zaman dahulu sampai dengan sekarang, melakukan hubungan sesama jenis adalah perzinahan dan tidak diizinkan. Kristen tidak pernah sama sekali mengizinkan hal ini! Begitu juga dalam ayat Roma 1:26 – ”Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar.” (Hubungan sesama perempuan). Gereja di Orlando ini adalah Gereja sesat.

Menanggapi video sekte Protestan lainnya tentang pernikahan sesama jenis yang diberkati seorang pendeta wanita

Video ini jelas menunjukkan dukungan Gereja Protestan terhadap pernikahan sesama jenis. Tanggapan Louis Prasetyo terkait larangan sesama jenis sesuai dalam Alkitab adalah hal yang benar, namun harus disayangkan karena:

  1. Protestan tidak ada otoritas,
  2. Protestan semuanya mengklaim “back to bible” tetapi akan di counter-attack oleh Gereja yang mengijinkan hubungan sesama jenis tersebut, apa haknya Louis melarang karena mereka juga berdasarkan Kitab Suci, dengan kata lain: jantung Protestanisme adalah sola scriptura tetapi menghilangkan tradisi.

Buah Beracun dari Reformasi

Reformasi Protestan tidak hanya menyebabkan perpecahan dari Gereja Katolik tetapi juga merusak cara orang berpikir tentang wahyu dan otoritas ilahi. Pendapat pribadi menjadi otoritas kebenaran tertinggi, dan setelah 500 tahun dampak menghancurkan dari kesalahan itu terlihat.

Tentu saja Martin Luther dan John Calvin tidak bermaksud menghancurkan agama Kristen, mereka berasumsi bahwa budaya Kristen yang mereka nikmati akan selalu ada sebagai fondasi masyarakat tetapi dengan menghancurkan diri mereka sendiri, fondasi tersebut menjadi rusak.

Butuh waktu 500 tahun tetapi kita hidup dari hasil logis etos Protestantisme yang mendefiniskan dirinya sendiri sebagai masyarakat narsis dan hedonistik. Hedonisme adalah gaya hidup yang berfokus pada pencarian kesenangan dan kepuasan tanpa batas, yang menghancurkan dirinya sendiri dengan kecepatan yang terus meningkat.

Reformasi Mulai Terjadi

Di awal 1500 M, Martin Luther, seorang iman yang sangat teliti, melihat penyalahgunaan tertentu di Gereja terkait dengan pengampunan dosa dan kekuasaan klerus, dan ia memprotesnya. Pertikaian lokal yang awalnya tidak berbahaya berubah menjadi serangkaian peristiwa yang jauh lebih besar, dan protesnya menjadi lebih keras dan dramatis.

Meskipun sebagai imam Agustinian, Luther mulai menentang imamat, tidak mempercayai dan akhirnya menolak wewenang khusus yang menurut Gereja diberikan Kristus kepada para imam. Sebagai lambang pemberontakan totalnya, Luther kemudian meninggalkan imamat, melanggar sumpahnya dan lahirlah Proestantisme.

Strateginya seperti ini: hancurkan imamat dan monopoli Gereja atas otoritas, gunakan sola scriptura sebagai cara membebaskan wahyu Tuhan dari kendali Gereja, dan mengklaim diri sebagai penafsir Alkitab yang autentik. Hal ini ditiru orang lainnya dan ingin juga menjadi “para reformis.”

Dengan pola seperti ini, setiap kepercayaan suci seperti sakramen, imamat, suksesi apostolik, kitab-kitab dalam Alkitab sendiri, seni sakral dihapus dan dihancurkan, dimulai dari pembajakan dan bahkan buah-buah pertama reformasi pun terbukti busuk.

Meningkatnya Opini

Martin Luther dengan terkenal menyatakan bahwa Paus dan Konsili telah melakukan kesalahan, tetapi hal yang sama tidak dapat diterapkan ke dirinya. Jika mereka salah, seharusnya Luther juga ikut salah. Rekan-rekan pemberontaknya seperti Zwingli dan Calvin menyadari hal ini dan kemudian menempuh jalan mereka sendiri dengan doktrin-doktrin yang tak terhitung jumlahnya (3 sola menjadi 5 sola). Dan gerakan-gerakan Protestantisme yang pertama kali menyimpangpun diluncurkan.

Sementara Luther memakai sola scriptura untuk merebut kendali kebenaran ilahi dari Katolikisme, realitas berbeda mulai terjadi. Meskipun dalam sola scriptura, Alkitab adalah satu-satunya aturan iman yang tidak dapat salah, ia bukanlah satu-satunya otoritas. Pemimpin Kristen juga memiliki otoritas dan harus didengarkan. Sola scriptura kemudian berubah menjadi solo scriptura, dimana otoritas penafsiran tertinggi adalah individu. Hal ini kemudian dibuktikan oleh sekelompok umat Katolik secara silogisme.

Seroang sarjana Protestan, Alister McGarth, mengklaim kemampuan Protestantisme yang mirip dengan amuba untuk beradaptasi dengan norma-norma budaya yang terus berubah ini adalah suatu ciri, bukan suatu gangguan. McGarth adalah seorang Anglikan dan meskipun Protestan, ia tetap memiliki obyektivitas mengakui ketidakmampuan Protestantisme menyatukan semuanya. Tidak ada penengah antara dua orang yang saling bertentangan mengenai makna Kitab Suci, dan keberadaannya akan bertentangan dengan Protestantisme itu sendiri.

Meskipun mikroorganisme adaptif memang menarik, keberagaman tersebut hanya dapat dianggap sah jika disatukan dengan kebenran yang tidak dapat berubah. Tuhan tidak mengubah apa yang pernah diungkapkan kepada kita, kebenaran tidak pernah berubah dan kesatuan di dalamnya yang telah diberikan Tuhan kepada kita bukan sekedar ide bagus, tetapi doa Kristus dalam Yohanes 17 (Doa Yesus untuk murid-murid-Nya).

Panoply Protestan yang Memusingkan

Mengingat sejarah ini dan DNA Protestantisme, saya telah menerima email dari umat Katolik yang bingung dengan Protestantisme dan kaum Protestan yang mereka temui. Bagi merekalah saya menulis Navigating the Tiber, panduan untuk menuntun teman-teman Protestan anda ke Gereja Katolik.

Minggu ini seorang Protestan mengomentari video YouTube saya tentang suksesi apostolik dengan agresif. Menurutnya Gereja Katolik keliru karena pertama-tama Gereja Katolik tidak menggunakan Alkitab King James Version (KJV). Sub-aliran Protestan yang dikenal sebagai KJV-Onlyists ini pernah saya temui sebelumnya yang membaca hanya Alkitab KJV, sementara orang lain yang tidak menggunakan KJV adalah bidat. Apa yang harus dilakukan semua orang di awal 1600 M saat KJV terbit? tanya saya. Jawabnya: “Bacalah Alkitab bahasa Yunani dan Ibrani.” Hal ini berarti semua terjemahan Alkitab lainnya ke dalam puluhan bahasa antara abad ke-1 dan ke-17 adalah sampah.

Sementara itu, seorang Protestan lainnya mengirim email kepada saya dan menyatakan dia adalah seorang “dispensasionalis hiper – Kisah Para Rasul akhir.” Saya rasa St. Paulus juga tidak membayangkannya ketika menulis Kisah Para Rasul. Tidak ada gunanya membahas interpretasi khusus Kisah Para Rasul dari kelompok Protestan ini, bahkan mungkin mereka sekarang sudah berubah menjadi sesuatu yang berbeda. Luther dan Clavin telah membuka jalan bagi kekacauan yang terus berubah ini.

Apa yang Harus Dilakukan Seorang Katolik?

Kembali ke masalah mendasar tentang otoritas yang dapat melawan semua bentuk Protestantisme, semua aliran Protestantisme memiliki akar busuk yang sama, dan bahwa akar Katoliklah yang sehat secara ilahi. Inilah topik yang harus terus anda bahas.

Penjelasan mendasar untuk otoritas Katolik adalah ini: Kristus mendirikan Gereja-Nya dan menunjuk pemimpin yang sah dimulai dari para rasul yang kemudian menunjuk orang-orang untuk menggantikan mereka, ini juga merupakan rencana ilahi. Para Uskup Gereja menelusuri otoritas mereka secara langsung kembali kepada para rasul dan kemudian kepada Kristus sendiri.

Pada abad ke-1, Roh Kudus mengilhami beberapa orang di Gereja menulis buku-buku tentang Kristus dan Gereja mengkodifikasikannya ke dalam Perjanjian Baru. Gereja tidak menjadikan buku-buku tersebut berwibawa – Allah yang melakukannya ketika Ia mengilhami mereka – tetapi kemudian Allah membimbing Gereja-Nya mengethaui buku-buku mana saja yang dimaksud. Selain Kitab Suci, Tuhan juga mengilhami Gereja dengan Traidisi yang menyangkut kehidupan sakramental Gereja, misa dan kepenuhan kebenaran iman yang ingin dikomunikasikan Tuhan kepada umat-Nya hingga kedatangan-Nya kembali dalam kemuliaan.

Terhadap kebenaran ini, kaum Protestan mengambil satu bagian dan mengklaimnya sebagai yang tertinggi. Mereka mengatakan Alkitab dengan enam puluh enam buku adalah satu-satunya otoritas yang tidak dapat salah, klaim ini membuka puntu untuk membahas otoritas, yaitu pertanyaaan tentang bagaimana kita mengetahui buku mana yang diilhami Tuhan dan mana yang tidak (dikenal dengan: Kanon Kitab Suci).

Walaupun saya menganjurkan setiap umat Katolik mempelajari argumen-argumen tentang Kanon Kitab suci dan membaginya dengan teman-teman Protestan, hal ini tidak cukup memenangkan umat Protestan untuk memeluk Katolik.[1]

Alkitab, Tradisi Suci , Magisterium dan Penafsiran

Kedudukan 3 Pilar Gereja adalah sama: Alkitab, Tradisi Suci dan Magisterium tetapi kalau dipelajari secara benar menurut historis, urutan yang benar adalah 1) Magisterium, 2) Tradisi Suci dan 3) Alkitab. Magisterium dipergunakan untuk menafsirkan Alkitab dan Tradisi Suci dengan benar.

  1. Mengurangi dan menambahkan ayat-ayat

Menurut oknum Protestan dasar mengapa Gereja Katolik percaya Kitab Suci dan Tradisi Suci adalah berdasarkan 2 Tesalonika 2:15 – “Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis.” Kemudian ayat dari Wahyu 22:18-19 –“Aku bersaksi kepada setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: “Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini. Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di dalam kitab ini.”

Marilah kita menganalisanya:

  1. Teman Jeffmorg mengatakan bahwa Kitab Suci dan Tradisi Suci saling bertentangan atau Tradisi Suci seolah-olah menambahkan atau mengurangi apa yang dikatakan Kitab Suci. Hal ini tidaklah benar karena Alkitab dan Tradisi Suci tidak mungkin bertentangan karena keduanya datang dari sumber yang sama, yaitu Tuhan. Kitab Suci sendiri mengajarkan agar kita memegang teguh Tradisi yang disampaikan kepada kita secara tertulis ataupun lisan (lih. 2 Tesalonika 2:15). Dan Rasul Paulus sendiri mengatakan “Gereja adalah “jemaat Allah yang hidup, tiang penopang dandasar kebenaran.” (lih. 1 Timotius 3:15).
  2. Untuk membuktikan hal ini, silahkan membaca beberapa artikel di website www.katolisitas.org dan www.damaikasihchannel.com yang semuanya bersumber pada Alkitab, juga Tradisi Suci beserta dengan ajaran Magisterium Gereja. Ketiganya tidak dapat dipisahkan dan saling mendukung. Tanyakan kepada teman oknum Protestan: doktrin/ ajaran Katolik yang manakah yang mengurangi atau menambahkan ayat Alkitab?
  3. Justru tanpa Tradisi Suci dan Magisterium Gereja, Alkitab dapat disalahartikan seperti yang dikatakan St. Petrus dalam 1 Petrus 3:15-17 dan 2 Petrus 1:20-21. Inilah sebenarnya penyebab terjadinya perpecahan gereja-gereja sampai adanya ±60,000 sekte/ denominasi, yang sebenarnya jika dilihat secara obyektif adalah karena berprinsip sola scriptura atau Alkitab saja. Padahal doktrin sola scriptura tidak ada di Alkitab. Jadi prinsip “Alkitab saja” tidaklah Alkitabiah.
  4. Penafsiran yang Berbeda-beda

Pada waktu oknum Protestan menanyakan bagaiman jika terjadi penafsiran yang berbeda, maka oknum tersebut akan mengambil ayat-ayat berikut ini:

  1. Kisah Para Rasul 15:1-2 – “Beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan kepada saudara-saudara di situ: “Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan.” “Tetapi Paulus dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah pendapat mereka itu. Akhirnya ditetapkan, supaya Paulus dan Barnabas serta beberapa orang lain dari jemaat itu pergi kepada rasul-rasul dan penatua-penatua di Yerusalem untuk membicarakan soal itu.”
  2. Matius 24:45-47 – ” “Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya? Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya.”
  3. Kisah Para Rasul 20:29-30 –“Aku tahu, bahwa sesudah aku pergi, serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan menyayangkan kawanan itu. Bahkan dari antara kamu sendiri akan muncul beberapa orang, yang dengan ajaran palsu mereka berusaha menarik murid-murid dari jalan yang benar dan supaya mengikut mereka.”

Analisa terhadap beberapa ayat tersebut diatas:

  1. Ayat dalam Kisah Para Rasul 15:1-2 adalah tepat karena itulah yang akan terjadi apabila ada ketidaksetujuan atau untuk menetapkan doktrin, maka mereka datang kepada para rasul dan penatua-penatua di Yerusalem. Dan yang terjadi disana adalah Petrus, Paus Pertama (lih. Matius 16:18) memberikan suatu pandangan yang diterima para rasul dan para penatua (lih. Kisah Para Rasul 15:7-11). Hal inilah yang terjadi dalam Gereja Katolik, dimana melaui konsili-konsili, Gereja mengambil keputusan yang diterangi Roh Kudus sehingga Gereja dapat melindungi ajaran Kristus dari penyimpangan-penyimpangan. Rasul Yakobus, adalah uskup pertama Yerusalem, yang dalam kondisi sekarang adalah para uskup yang menbawahi Keuskupan. Inilah suatu bukti bahwa Konsili Pertama menjadi alat untuk menghindari perpecahan antara jemaat Kristen perdana dari kaum Yahudi dan non-Yahudi. Pada saat itu mereka mendasarkan pengajaran pada konsili yang berpegang pada pengajaran Kristus, maka perpecahan dapat dihindari. Inilah yang diajarkan Gereja Katolik sehingga tetap Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik. Empat tanda inilah yang membuktikan Gereja Katolik didirikan oleh Kristus sendiri.
  2. Ayat dari Matius 24:45-47: saya tidak terlalu mengerti mengapa oknum Protestan mengutip ayat ini. Kalau maksudnya bahwa yang berpegang pada Firman Tuhan adalah hamba yang setia, maka semua pengajaran Gereja Katolik adalah berdasarkan Firman Tuhan.
  3. Kisah Para Rasul 20:29-30Oleh karena itulah Gereja Katolik melalui Magisterium Gereja memberikan interpretasi terhadap Kitab Suci dan Tradisi Suci sehingga Gereja dapat mewariskan pengajaran Kristus secara murni. Ini dapat dibuktikan dengan pengajaran yang senantiasa sama dari awal sampai saat ini, maupun sampai pada akhir zaman. Sebagai contoh, Kristus mengajarkan bahwa Dia sendiri hadir dalam rupa roti dan anggur, para Bapa Gereja mengajarkan hal tersebut dalam Ekaristi Kudus, dan Gereja Katolik saat ini juga mengajarkan hal yang sama. Kebenaran akan terus bertahan dan tidak tergantung kepada zaman dan opini publik.[2]

Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga dapat menjawab oknum Protestan tesebut. Perlu diingat, kita harus emnyampaikan kebenaran dengan hormat dan lemah lembut (lih. 1 Petrus 3:15). Bawalah diskusi seperti ini dalam doa, sehingga oknum Protestan diberikan kebijaksanaan untuk menyampaikan kebenaran dengan kata-kata yang tepat sehingga diskusi dapat berjalan dengan baik.

Tayangan video Pst. Postinus Gulo, OSC.

Tuhan Yesus dan ajarannya kita kenal dari 3 sumber iman Gereja yaitu: Magisterium, Tradisi Suci dan Kitab Suci yang satu sama lainnya saling terkait.

  1. https://www.catholic.com/magazine/print-edition/the-reformations-toxic-fruit by Devin Rose

  2. https://katolisitas.org/alkitab-tradisi-suci-magisterium-penafsiran/

Share: X (Twitter) Facebook LinkedIn Whatsapp Telegram

Artikel Lainnya