LIVE DKC RABU, 15 JANUARI 2025: APA KATA BAPA GEREJA TENTANG KEPERAWANAN BUNDA MARIA …???
Menanggapi video 1) seorang Protestan mengatakan bahwa keperawanan Maria hanya sampai dengan melahirkan Yesus dan Maria memiliki anak-anak selain Yesus dan 2) video Bambang Noorsena “Mengapa Maria Masih disebut Perawan Suci”
BN menyatakan bahwa Konsili Efesus digelar karena seorang bidat, Nestorius, Patriakh Konstantinopel, Gereja Ortodoks. Disini kesalahan BN karena Konstatinopel di masa Konsili Efesus masih merupakan Gereja Katolik Timur dipimpin oleh Patriakh Nestorius, sedangkan Ortodoks baru ada di tahun 1054 M setelah skisma.
BN menyatakan bahwa Nestorius hanya mengakui Maria sebagai Kristotokos, bukan Theotokos/ Bunda Allah. Kaum Protestatisme di abad ke-16 hanya bisanya ”ASBAK/ Asal Bukan Katolik.”
Pernyataan selanjutnya bahwa Katolik mereaksi Protestan, dan sebaliknya, karena adanya konflik. Faktanya Katolik tidak pernah mereaksi Protestan, Katolik hanya bertindak tegas kepada reformasi Martin Luther. Bahkan setelah diberi waktu yang cukup lama, Luther malah membakar Bula Paus dan mencari perlindungan ke raja-raja di Jerman.
Ortodoksi dan Pentakosta lahir karena adanya reformasi Gereja. Ortodoks sebenarnya adalah Katolik, ortodoksi adalah lawan kata Heterodoksi. St. Irenaeus dalam buku ”Against the Herecies” menyatakan ”Ketika kamu keluar dari Gereja Katolik, kamu sudah dikatakan Anti-Kristus.”
BN juga mengatakan: kata Protestan tidak ada dalam Alkitab. Kenyataannya kata Protestan ada di dalam Alkitab, lihat 2 Tawarikh 24:191 – ”Namun TUHAN mengutus nabi-nabi kepada mereka, supaya mereka berbalik kepada-Nya. Nabi-nabi itu sungguh-sungguh memperingatkan mereka, tetapi mereka tidak mau mendengarkannya.” Teks Vulgata/ originalnya dalam bahasa Latin: ”Mittebatque eis prophetas ut reverterentur ad Dominum, quos protestantes illi audire nolebant. Prophétæ monébant eos sudíe, et noluerunt auscultare.” Dalam bahasa Latin jelas tertulis kata Protestan dalam Alkitab!
Apa Yang Dipercayai Gereja Perdana Mengenai Keperawanan Abadi Maria
Sebagian Protestan mengklaim bahwa Maria melahirkan anak selain Yesus dengan mengutip ayat-ayat Alkitab tentang ”saudara-saudara Tuhan.” Baik kisah Injil maupun orang Kristen awal tidak membuktikan Maria melahirkan anak selain Yesus. Sebuah dokumen sejarah penting yang mendukung keperawanan Maria adalah Protoevangelium of James (ditulis ±120 M), karena memori Bunda Maria masih jelas di saat itu.
Menurut sarjana patristik ternama, Johannes Quasten mengatakan ”Tujuan utama dari seluruh tulisan (Protoevangelium of James) adalah untuk membuktikan keperawanan Maria yang kekal dan tidak dapat diganggu guat sebelum, selama dan setelah kelahiran Kristus (Patrology 1:120-1). Pertama-tama Protoevangelium mencatat: ketika kelahiran Maria dinubuatkan, ibunya St. Anna, bersumpah akan mengabdikan anaknya melayani Tuhan, seperti Samuel yang mengabdikan diri kepada ibunya (lih. 1 Samuel 1:112). Dengan demikian Maria akan melayani Tuhan di Bait Allah seperti para wanita lainnya selama berabad-abad (lih. 1 Samuel 2:223), dan seperti yang dilakukan Anna sang Nabiah pada saat kelahiran Yesus (lih. Lukas 2:36-374). Kehidupan di Bait Allah membuktikan bahwa Maria bersumpah untuk hidup dalam keperawanan abadi. Untuk menghormati sumpah keperawanannya, Maria memerlukan wali/ pelindung, yaitu Yusuf, seorang duda tua, yang dipilih untuk menjadi pasangannya (Ini juga menjelaskan Yusuf sudah meninggal pada saat pelayanan Yesus dewasa, dan Maria dipercayakan kepada Yohanes pada saat penyaliban, bukan kepada suaminya).
Ketika Yusuf mengetahui Maria mengandung, ia harus menjawab otoritas Bait Allah, yang menganggapnya bersalah karena mencemarkan keperawanan Maria, begitu juga Maria dituduh karena mengingkari sumpahnya. Merupakan penghinaan yang luar biasa bagi Perawan Terberkati bahwa ia telah mengingkari sumpahnya dengan melahirkan anak selain Tuhan dan Allahnya, yang dikandung melalui kuasa Roh Kudus.
Referensi Alkitab tentang ”saudara-saudara Kristus” dipahami secara tepat (sampai zaman Jerome di abad ke-4) sebagai ”saudara-saudara tiri Yesus/ anak-anak Yusuf, dan bukan saudara-saudara tiri/ anak-anak Maria. Jerome juga memperkenalkan bahwa saudara-saudara Yesus adalah sepupu-sepupunya, sesuai dengan ungkapan Yahudi tentang sepupu. Gereja Katolik mengizinkan umat memegang kedua paham tersebut karena sesuai dengan fakkta keperawanan Maria.
Saat ini Protestan menolak keperawanan Maria, akan tetapi para reformis Proetstan – Martin Luther, John Calvin dan Uklrich Zwingli – sangat menghormati keperawanan Maria dan mengakuinya sebagai ajaran Alkitab.
Protoevangelium of James
”Dan lihatlah seorang malaikat Tuhan berdiri di dekat St. Anne, berkata: ”Anne, Anne! Tuhan telah mendengar doamu dan engkau akan mengandung dan melahirkan, dan benihmu akan dibicarakan di seluruh dunia.” Dan Anna menjawab ”Demi Tuhan, Allahku yang hidup, jika aku melahirkan laki-laki atau perempuan, aku akan membawanya sebagai hadiah kepada Tuhan, Allahku, dan dia akan melayani-Nya dalam hal-hal kudus sepanjang hidupnya, … dan sejak ia berusia 3 tahun, Maria berada di Bait Suci Tuhan seolah-olah ia adalah seekor merpati yang tinggal disana (Protoevangelium of James 4, 7, 120 M).
”Ketika berusia 12 tahun, diadakan suatu majelis imam yang berkata ”Maria telah berusia 12 tahun di Bait Allah. Apakah yang akan kita lakukan kepadanya, supaya jangan ia menajiskan Bait Allah?” Lalu kata meereka kepada imam besar ”Engkau berdiri di dekat mezbah Allah, masuklah dan berdoalah untuk dia, dan apapun yang dinyatakan Allah kepadamu, itulah yang akan kami lakukan.” …Anna berdoa untuknya dan tiba-tiba berdirilah malaikat Allah didekatnya berkata ”Zakaria, Zakaria! Pergilah dan kumpulkanlah para duda dari bangsa itu dan biarlah mereka masing-masing membawa tongkatnya dan kepada siapapun yang diberi tanda oleh Allah, dialah yang akan menjadi suaminya.” …Dan Yusuf terpilih dan imam berkata kepadanya ”Engkau telah dipilih Allah untuk membawa Perawan Maria kedalam pemeliharaanmu.” Tetapi Yusuf menolaknya dan berkata ”Aku sudah mempunyai anak dan tua, sedangkan dia masih gadis muda.” (Ibid. 8-9).
”Dan ahli Taurat, Hanas, datang kepada Yusuf dan melihat Maria sedang mengandung, maka ia berlari menemui imam dan berkata kepanaya ”Yusuf, yang telah kau pertanggungjawabkan perbuatannya, telah melakukan kejahatan berat.” Imam itu berkata ”Bagaimana mungkin?” Ia berkata ”Ia telah menajiskan perawan yang diterimanya dari Bait Allah dan telah menikahinya secara diam-diam.” (Ibid. 15).
Lalu imam itu berkata ”Maria mengapa engkau melakukan ini? Dan mengapa engkau merendahkan jiwamu dan melupakan Tuhan Allahmu?” Lalu ia menangis dengan sedih, katanya ”Demi Tuhan Allah yang yang hidup, aku suci dihadapan-Nya dan tidak mengenal manusia.” (Ibid. 15).
Origen
”Kitab Protoevangelium of James mencatat bahwa saudara-saudara Yesus adalah anak-anak Yesus dari mantan istrinya, yang dinikahi sebelum Maria. Sekarang mereka yang mengatakan demikian ingin menjaga kehormatan Maria dalam keperawanan sampai akhir, sehingga tubuhnya yang ditunjuk melayani Firman tidak akan mengetahui hubungan dengan seorang pria setelah Roh Kudus masuk ke dirinya dan kuasa dari atas menaunginya. Dan saya pikir itu selaras dengan alasan bahwa Yesus adalah buah pertama diantara manusia dari kemurnian yang terdiri dari kesucian abadi, dan Maria berada diantara wanita. Karena tidaklah saleh untuk menganggap kepada siapapun selain dia buah pertama dari keperawanan” (Komentar tentang Matius 2:17, 248 M).
Hilarius dari Poitiers
”Jika mereka, sudara-saudara Tuhan, adalah anak-anak Maria dan bukan mereka dari pernikahan Yusuf sebelumnya, dia tidak akan pernah diserahkan pada saat sengsara penyaliban kepada Rasul Yohanes sebagai ibunya. Tuhan berkata kepada Maria ”Ibu, lihatlah anakmu” dan kepada Yohanes ”Lihatlah ibumu” (lih. Yohanes 19:26-27), sebagaimana Dia mewariskan kasih sayang seorang anak kepada seorang murid sebagai penghiburan bagi yang terlantar” (Komentar tentang Matius 1:4, 354 M).
Athanasius
”Karena itu, biarlah mereka yang menyangkal bahwa Putra pada hakikatnya berasal dari Bapa dan sesuai dengan hakikat-Nya menyangkal pula bahwa Ia mengambil daging manusia sejati dari Maria yang selalu perawan” (Discourses Againts the Arians 2:70, 360 M).
Epifanius dari Salamis
”Kami percaya kepada satu Tuhan, Bapa yang maha kuasa, pencipta segala sesuatu, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan; dan kepada satu Tuhan Yesus Kristus, anak Tuhan yang turun ke bumi untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita, yaitu dilahirkan dengan sempurna dari Maria yang suci, perawan oleh Roh Kudus” (The Man Well-Anchored 120, 374 M).
”Dan kepada Maria yang kudus, gelar Perawan selalu ditambahkan karena wnaita kudus itu tetap tidak bernoda” (Medicine Chest Against All Heresies 78:6, 375 M).
Jerome
”Helvidius menghadirkan Tertullian sebagai saksi (atas pandangannya) dan mengutip Victorinus, Uskup Petavium. Mengenai Tertullian, saya tidak mengatakan lebih dari bahwa ia bukan bagian dari Gereja, namun mengenai Victorinus, saya tegaskan apa yang telah dibuktikan dari Injil – bahwa ia berbicara tentang saudara-saudara Tuhan bukan sebagai putra-putra Maria melainkan saudara-saudara dalam pengertian yang telah saya jelaskan, yaitu saudara-saudara dalam hal kekerabatan bukan secara alami. Dengan membahas hal-hal seperti ini, kita mengikuti arus kecil pendapat, tidak bisakah saya melawan anda seluruh rangkaian penulis kuno? Ignatius, Policarpus, Irenaeus, Justin Martyr dan banyak pria apostolik dan fasih lainnya, yang menentang para bidat Ebion, Theodotus dari Byzantium, dan Valentinus, yang memegang pandangan yang sama ini dan menulis banyak sekali buku yang penuh dengan dengan hikmat. Jika anda pernah membaca apa yang mereka tulis, anda akan menjadi orang yang lebih bijak” (Melawan Helvidius: Keperawanan Abadi Maria 19, 383 M).
”Kami percaya bahwa Tuhan dilahirkan dari seorang perawan karena kami membacanya. Kami tidak percaya bahwa Maria menikah setelah ia melahirkan putranya karena kami tidak membacanya …Helvidius mengatakan bahwa Maria tidak tetap perawan. Mengenai saya, saya mengklaim bahwa Yusuf sendiri adalah seorang perawan, melalui Maria, sehingga seorang putra perawan dapat dilahirkan dari pernikahan perawan” (Ibid. 21).
Didymus si Buta
“Hal itu membantu kita untuk memahami istilah ‘anak sulung’ dan ‘anak tunggal’ ketika Penginjil mengatakan bahwa Maria tetap perawan sampai ia melahirkan anak laki-lakinya yang sulung (lih. Matius 1:25); karena Maria yang harus dihormati dan dipuji diatas semua orang lain, tidak menikah dengan siapapun juga, dan ia juga tidak pernah menjadi ibu siapapun juga tetapi bahkan setelah melahirkan ia tetap, selalu dan selamanya perawan tak bernoda” (Trinitas 3:4, 386 M).
Ambrosus dari Milan
“Tirulah teladannya Maria, ibu-ibu yang kudus, melalui putra tunggalnya yang terkasih telah memberikan contoh kebajikan material yang begitu agung karena kalian tidak memiliki anak-anak yang lebih manis daripada Yesus, dan Perawan Maria tidak mencari penghiburan dengan dapat melahirkan seorang putra lagi” (Surat 63:111, 388 M).
Paus Siricus I
“Anda memiliki aalsan yang baik untuk merasa ngeri memikirkan kelahiran lain yang mungkin terjadi dari rahim perawan yang sama tempat Kristus dilahirkan menurut daging. Karena Tuhan Yesus tidak akan pernah memilih dilahirkan dari seorang perawan jika Ia pernah menilai bahwa perawan itu akan sangat tidak mampu menahan diri sehingga mencemari tempat kelahiran tubuh Tuhan, yaitu istana raja yang kekal dengan benih hubungan seksual manusia” (Surat kepada Uskup Anysius, 392 M).
Agustinus
“Dengan dilahirkan dari seorang Perawan yang memilih untuk tetap menjadi perawan bahkan sebelum ia tahu siapa yang akan dilahirkan darinya, Kristus ingin menyetujui keperawanan daripada memaksakannya. Dan ia ingin keperawanan menjadi pilihan bebas bahkan dalam diri wanita yang didalamnya, Ia mengambil rupa seorang budak” (Keperawanan Kudus 4:4, 401 M).
“Bukan matahari yang terlihat tetapi Penciptanya yang tak terlihat yang menguduskan hari ini bagi kita, ketika Bunda Perawan yang subur dari rahim dan utuh dalam keperawanannya, melahirkan-Nya, membuat-Nya terlihat bagi kita, yang olehnya ketika dia tidak terlihat, dia juga diciptakan. Seorang Perawan yang mengandung, yang melahirkan, yang kekal. Mengapa engkau heran akan hal ini, hai manusia?” (Khotbah 186:1, 411 M).
“Kaum bida’ah yang disebut Antidikomarit adalah mereka yang menentang keperawanan abadi Maria dan menegaskan bahwa setelah Kristus lahir, ia bersatu dengan suaminya” (Heresies 56, 428 M).
Leporius
‘Oleh karena itu kami mengakui bahwa Tuhan dan Allah kami, Yesus Kristus, Putra Tunggal Allah, lahir dari Bapa sebelum segala abad, dan pada zaman sekarang ini, menjadi manusia dari Roh Kudus dan Maria yang selalu perawan” (Dokumen Amandemen 3, 426 M).
Paus Leo I
“Asal usulnya Kristus berbeda tetapi kodratnya manusia sama. Tidak ada kebiasaan dan adat istiadat manusia tetapi melalui kuasa Ilahi, seorang Perawan mengandung, seorang Perawan melahirkan, dan ia tetap Perawan.” (Khotbah 22:2, 450 M).
Nihil Obstat: Saya menyimpulkan bahwa materi yang disajikan dalam karya ini bebas dari kesalahan doktrinal atau moral. (Bernadette Carr, STL, Censor Librorum, 10 Agustus 2004)
Imprimatur: Sesuai dengan 1983 CIC 827, Izin untuk menerbitkan karya ini diberikan. (+Robert H. Brom, Uskup San Diego, 10 Agustus 2004)5
Bukti Biblis Maria Diangkat ke Surga
2 Korintus 12:26 – Paulus menerima penglihatan dan pernyataan “Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau -- entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya -- orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari surga.”
Bunda Maria tidak merasakan sakit ketika melahirkan Tuhan Yesus
Salah satu permenungan yang indah tentang Natal adalah misteri kelahiran Tuhan Yesus ketika mengambil rupa manusia. Kelahiran-Nya begitu agung, tanpa merusak keutuhan ibu-Nya, Bunda Maria. Bagaimana kita memahami hal ini?
Mungkin tidak begitu sulit bagi kita untuk menerima bahwa konsepsi Tuhan Yesus – ketika mengambil rupa manusia – tidak melibatkan campur tangan laki-laki. Artinya Bunda Maria tetap perawan ketika mengandung Kristus. Tetapi kemudian, mungkin orang bertanya-tanya, bagimana mungkin Bunda Maria tetap perawan pada saat melahirkan Kristus? Sungguh kebanyakan orang merasa sulit untuk menerima hal ini karena menghubungkannya dengan apa yang umumnya terjadi pada manusia biasa. Kalau kita berpikir seperti itu, sebenarnya kita menganggap Tuhan Yesus dan Bunda Maria berdosa karena proses kelahiran yang menimbulkan rasa sakit itu terjadi sebagai akibat dari dosa asal, sebagaimana tertulis di Kejadian 3:16. Padahal nyatanya tidak! Tuhan Yesus maupun Bunda Maria tidak berdosa, maka keduanya tidak tunduk pada hukum kodrati ini. Kristus tidak berdosa tertulis dalam Ibrani 4:15; 1 Petrus 2:22. Dan karena Allah menghendaki bahwa Kristus harus tanpa noda dan terpisah dari orang-orang berdosa (lih. Ibrani 7:28), maka ibu yang mengandung dan melahirkan-Nya juga mesti tanpa noda dosa – dan karena itu tidak mengalami sakit melahirkan yang merupakan konsekuensi dosa. Lagipula Bunda Maria yang melahirkan Kristus tanpa sakit juga merupakan penggenapan sempurna nubuat Nabi Yesaya.
“Sebelum menggeliat sakit, ia sudah bersalin, sebelum mengalami sakit beranak, ia sudah melahirkan anak laki-laki” (Yesaya 66:7).
Memang ayat ini kalau dihubungkan dengan ayat ke-12 dapat diartikan sebagai kiasan pertobatan bangsa-bangsa, yang seolah-olah dilahirkan secara tiba-tiba oleh Jemaat Allah yang disebut juga Sion atau Yerusalem. Tetapi secara lebih penuh dan bukan lagi kiasan, ayat ini tergenapi dalam diri Kristus yang memang kedatangan-Nya adalah untuk mempertobatkan semua orang, semua bangsa. Kristus dilahirkan ke dunia oleh seorang perempuan yaitu seorang Putri Sion, yang tidak mengalami sakit bersalin.
Katekismus Gereja Kaotlik mengajarkan “Pendalaman iman akan keperawanan Bunda Maria membuat Gereja mengakui keperawanan Bunda Maria yang sejati dan kekal, bahkan dalam tindakan melahirkan Putra Allah yang menjadi manusia. Bahkan kelahiran Kristus tidak mengurangi keperawanan Bunda-Nya, tetapi menguduskannya (KGK 499).
St. Thomas Aquinas telah lebih dahulu menjelaskan tentang cara kelahiran Kristus (lih. Summa Theologica III, q.35, a.6). mengutip St. Agustinus, ia berkata tentang Bunda Maria: “Ketika mengandung engkau murni, ketika melahirkan engkau tidak merasakan sakit.”
Rasa sakit saat melahirkan disebabkan oleh bayi yang membuka jalan keluar dari rahim. Kristus keluar dari rahim Bunda-Nya yang tertutup, dan karena itu, tanpa membuka jalan keluar. Akibatnya tidak ada rasa sakit saat melahirkan itu karena tidak ada kerusakan, sebaliknya, ada banyak sukacita didalamnya karena Allah yang menjadi manusia ‘dilahirkan ke dunia’ …
Rasa sakit saat melahirkan pada wanita juga terjadi karena akibat hubungan seksual. Karena itu di Kejadian 3:16, setelah kata-kata “dengan susah payah engkau akan melahirkan anak” ditambahkan “dan engkau akan berada di bawah kekuasaan suamimu.” Akan tetapi kita harus mengecualikan St. Perawan Maria “karena ia mengandung Kristus tanpa pencemaran dosa dan tanpa noda pergaulan seksual, maka ia melahirkan-Nya tanpa rasa sakit, tanpa melanggar keperawanannya, tanpa merusak kemurnian keperawanannya.”
Lagipula dalam Lukas 2:7 dikatakan Bunda Maria sendirilah yang “membungkus dengan lampin” anak yang telah dilahirkannya “dan membaringkannya di palungan.” St. Hieronimus berkata (Adv. Helvid, iv) “Tidak ada bidan di sana … Ia (Sang Perawan Maria) adalah ibu sekaligus bidan.” “Ia membungkus Anak itu dengan lampin, dan membaringkannya di palungan.”
Selanjutnya St. Thomas mengajarkan (lih. Summa Theologica, III, q.28, a.2) “Tanpa ragu sedikitpun kita harus menegaskan bahwa Bunda Kristus adalah perawan bahkan pada saat kelahiran Kristus karena Nabi Yesaya tidak hanya berkata “Lihatlah seorang perawan akan mengandung” tetapi menambahkan “dan akan melahirkan seorang anak laki-laki.” Jadi ini memang pantas karena tiga alsan:
-
Sesuai dengan sifat Kristus sebagai Sang Firman/ Perkataan Allah. Karena perkataan tidak hanya dikandung dalam pikirian tanpa kerusakan. Oleh karena itu untuk menunjukkan bahwa tubuh itu – maksudnya tubuh yang dilahirkan itu – adalah tubuh Firman Allah sendiri, sudah sepantasnya tubuh itu dilahirkan oleh perawan yang tidak rusak. Oleh karena itu dalam khotbah Konsili Efesus dikatakan: “Barangsiapa melahirkan daging belaka, tidak lagi menjadi perawan. Tetapi karena ia melahirkan Firman yang menjadi daging, Allah menjaga keperawanannya untuk menyatakan Firman-Nya. Karena melalui Sang Firman itu, Allah menyatakan diri-Nya sendiri. Karena sama seperti perkataan kita, ketika dilahirkan/ dikeluarkan tidak merusak pikiran, maka Tuhan, Sang Perkataan Firman yang hakiki, yang berkenan dilahirkan, tidak menghancurkan keperawanan.”
-
Sesuai dengan dampak dari Inkarnasi Kristus karena Kristus datang dengan tujuan menghapuskan kerusakan kita, maka tidaklah tepat kalau dalam kelahiran-Nya, Ia merusak keperawanan ibu-Nya. St. Agustinus berkata “Tidaklah benar bahwa Kristus yang datang untuk menyembuhkan kerusakan, dengan kedatangan-Nya melanggar keutuhan.’
-
Sudah sepantasnya bahwa Ia yang memerintahkan kita untuk menghormati ayah dan ibu kita, tidak boleh dalam kelahiran-Nya mengurangi penghormatan yang seharusnya diberikan kepada ibu-Nya.
Semoga kita punya sikap batin sebagaimana dimiliki oleh para Bapa Gereja yang merenungkan misteri kelahiran Kristus Sang Sabda Allah dengan sikap khidmat dan hormat. Semoga Tuhan Yesus memberikan rahmat-Nya kepada kita agar kita dapat dibawa masuk ke dalam misteri Ilahi yang sedemikian luas tak terbatas, yang sempurna tanpa cacat cela, termasuk yang berkenaan dengan kelahiran-Nya ke dunia. Sebab Yesus Kristus Penyelamat kita adalah Allah yang sempurna dan kudus, dan kesempurnaan ini sampai kepada perwujudannya dalam proses perkandungan-Nya, kelahiran-Nya dan seterusnya sampai akhir hidup-Nya di dunia.