LIVE DKC [47-2025] JUMAT, 11 APRIL 2025 PUKUL 19:00 WIB: DIALOG BERSAMA DR. YONATHAN PURNOMO @BiblikosBiblicalCenter

Yonathan Purnomo: Kalau kesalahan LAI hanya satu atau dua masih bisa dikoreksi sementara terjemahan LAI ada sebanyak 6,577 (80%) kesalahan, jalan satu-satunya harus kembali ke Kanon. Lihat Efesus 2:20 – ”...yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.” Kalau Gereja Katolik yang dibangun di atas dasar para rasul dengan Yesus sebagai batu penjuru tidak dipercayai bagaimana saya bisa percaya dengan Gereja yang dibangun 1,600 tahun kemudian?

By Manuel (Tim DKC)

10 menit bacaan

Share: X (Twitter) Facebook LinkedIn Whatsapp Telegram

LIVE DKC [47-2025] JUMAT, 11 APRIL 2025 PUKUL 19:00 WIB: DIALOG BERSAMA DR. YONATHAN PURNOMO @BiblikosBiblicalCenter

Prolog oleh Ketua STT Biblikos Center Indonesia, Dr. Ir. Fendy, D.TH.

Biblikos Center baru muncul bulan April tahun 2024, saya sebagai Ketua Biblikos Center Indonesia juga teman seperjuangan Bapak Dr. Yonathan Purnomo dalam mempelajari Alkitab Kanon Byzantine. Selama ini Protestan memakai Alkitab yang berbeda, kami tidak sedang menyerang siapapun, kami ingin Kekristenan seperti Gereja mula-mula dahulu, semuanya satu dalam Tubuh Kristus. Kami organisme non profit yang bergerak dalam kajian Biblika bertujuan membuat kajian-kajian bagi semua orang tentang Alkitab teks Bysantine yang sebenarnya sudah dipakai Gereja mula-mula sampai dengan saat ini.

Logo Biblikos dengan gambar cabe menggambarkan keaslian teks Yunani dari teks Alkitab Kanon Byzantine yang sedang dikerjakan Bapak Yonathan, untuk Perjanjian Baru sudah selesai akan tetapi masih proses editing. Kami tidak melakukan kajian doktrin/ tafsiran tertentu tetapi murni biblikal. Awalnya kami mengambil studi S2 di STTI mempelajari Teologi dan dalam perjalanannya Bapak Yonathan menemukan banyak hal yang kontradiksi yang selama ini dianggap paradoks oleh Protestan dan tidak sesuai dengan teks Kanon. Kami sudah menyelesaikan program Doktoral di STT KADESI, sedang mengajar sebagai dosen di STT Kadesi dan STT lainnya dan membangun suatu gerakan Biblikos. Lembaga kami resmi berbadan hukum sebagai Yayasan.

Profil Dr. Yonathan Purnomo, S.H., D.TH.

Doktor Yonathan Purnomo

Uraian oleh Dr. Yonathan Purnomo, S.H., D.TH.

Terima kasih atas kehormatan yang diberikan Tim DKC apologet Katolik kepada saya orang Protestan. Menurut saya seharusnya Gereja tersebut satu dengan ajaran yang satu (lihat Matius 16:18Ecclesia bentuknya tunggal), saat ini banyak sekali denominasi Protestan dengan Gereja dan ajaran yang berbeda-beda satu sama lain. Saya disini berbicara bukan sebagai seorang Hamba Tuhan tetapi sebagai seorang akademisi/ schoolar.

Gereja Ortodoks dan Katolik masih sama sebagai Gereja yang betul-betul Gereja, akan tetapi Protestan mendirikan Gereja seperti memiliki pribadi, sehingga saya bingung dengan banyaknya ajaran yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan Yesusnya, Alkitabnya dan ajarannya yang tidak sama dan merasa dirinya paling benar.

Kira-kira tahun 2017 saya bertobat, perusahaan saya tutup dan melayani Tuhan masuk ke suatu organisasi penginjilan dengan menginjili, berkenalan dengan banyak Pendeta dan menemukan Gereja banyak yang berbeda. SD dan SMP saya Katolik, SD St. Maria Pare dan SMP St. Yusuf Pare. Awalnya saya berpikir semua Gereja sama dengan doktrin yang sama akan tetapi yang saya temukan banyak sekali Gereja dan perbedaan. Setelah itu saya masuk STT dan ketemu dengan Pak Fendy dan semakin kacau karena teman-teman diskusi saya mempunyai tafsiran berbeda-beda akan suatu ayat, dan saya dikenal paling suka ngeyel.

Di usia 55 saya ketemu dengan Pak Oscar Lontoh, Ketua STT dan menanyakan apakah boleh saya kuliah dan diperbolehkan juga banyak bertanya. Akan tetapi setelah menjalani program Master, saya tidak menemukan jawaban yang tepat karena banyak dosen yang kalau ditanya tidak suka bahkan memberikan nilai jelek. Akhirnya saya keluyuran mencari sumber-sumber Kekristenan Katolik dan Ortodoks di internet dan menurut saya Protestan ”percaya buta” kepada Pendetanya yang apabila salah akan dituruti.

Sebenarnya banyak sekali jemaat Protestan di tatanan mereka yang baik-baik, yang kasihan adalah apabila mereka menemukan Pendeta yang tidak benar dalam ajarannya. Kebanyakan mereka yang benar-benar baik hati tidak akan menjadi pimpinan, mereka akan menjadi jemaat/ Pendeta yang biasa saja karena mereka orang-orang yang sangat rendah hati.

Tambahan Dr. Ir. Fendy apabila diserang oleh orang Protestan: dalam pelayanan seseorang pasti mendapatkan banyak sekali tantangan, hambatan bahkan penganiayaan secara tidak langsung, kami sudah diserang oleh sesama alumni STT dan dipandang orang sesat, dikeluarkan dari grup tanpa diberikan hak jawab sama sekali.

Bapak Yonathan: Dalam dunia hukum, bahkan seorang penjahatpun kalau diadili masih diberikan hak jawab. Akan tetapi dengan sesama alumni STT kami berdua sudah di-_framing_ dan dikatakan bidat.

Standing position saya adalah Kristen Protestan Tritunggal Kalsedon, tidak menganut tiga pribadi tapi tiga hipostatis, tetapi doktrin ini tidak akan saya bahas disini karena studi saya biblikal dan tidak membahas doktrin. Saya menganut Tritunggal Kalsedon bukan Tertulianus karena ajaran Tertulianus sudah dianggap sesat.

Gereja mula-mula adalah Gereja Pentarki yang menerima ajaran lisan dan tertulis dan mewariskannya sampai saat ini, harusnya mencari kebenaran harus ke pewaris mula-mulanya, jangan bertanya ke keturunan lainnya. Banyak sekali lulusan doktoral Protestan yang kalau mengajar/ mendirikan Gereja memberikan ajaran baru dan berbeda satu sama lain. Lihat Yohanes 17:8 – ”Sebab segala firman yang Engkau sampaikan kepada-Ku telah Kusampaikan kepada mereka dan mereka telah menerimanya. Mereka tahu benar-benar bahwa Aku datang dari Engkau dan mereka percaya bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” (lih. Yohanes 14:10; 1 Korintus 11:23; Kisah Para Rasul 4:20; 1 Yohanes 1:3). Dalam ayat-ayat ini jelas para rasul tidak ada satupun yang membuat ajaran sendiri melainkan meneruskan ajaran Yesus Kristus sendiri.

Ketika saya menyelidiki, saya mengambil tulisan dari Bapa-bapa Gereja, saya angkat dan tidak membuat ajaran baru, hanya menjelaskan ulang. Saya menjelaskannya berdasarkan grammatika, teksnya saya ambil dari Gereja Ortodoks Yunani. Awalnya saya diserang dan dikritisi tetapi sekarang sudah tidak ada lagi termasuk LAI yang tidak bisa menjawab. Teks mereka diambil dari WHNU (Westcott-Hort New Testament) tahun 1881 yang Kitab Matius, Markus, Lukas dan Yohanes sudah berbeda sebanyak 3,036. Di tahun 1898 keluar lagi Teks Yunani Nestle-Aland yang mengubah lagi dengan penemuan-penemuan baru. Di Indonesia oleh LAI sudah diubah-ubah sebanyak tiga kali bukan karena bahasa tetapi teks dan bunyinya berubah total.

Saya mohon kepada semua Hamba Tuhan, STT dan LAI: dalam memberitakan Firman Tuhan tidak boleh salah karena tanggung jawabnya kepada Tuhan, kalau Alkitabnya salah kok tidak sadar juga padahal doktrin mereka juga salah. Contohnya ajaran Rapture (peristiwa di mana orang percaya yang masih hidup akan diangkat ke langit untuk bertemu dengan Tuhan Yesus di awan-awan) yang baru muncul di abad ke-19 padahal di Luther, Calvin, Katolik dan Ortodoks tidak pernah diajarkan.

Dialog dengan Tim DKC

  • Robertus Exel: Apakah Bapak masih mempercayai Alkitab dengan 66 Kitab?

Yonathan Purnomo: Saya mengikuti Kanon Alkitab Hipo di Kartago yang menggunakan Kitab Septuaginta Gereja Ortodoks, bukan Masorite dan ini yang saya terjemahkan. Yang dipakai STT adalah Septuaginta Brenton dan (diambil dari Vatikanus dan Alexandrinus) di tahun 1570 dan Septuaginta Ralf (diambil dari Sinetikus, Vatikanus dan Alexandrinus) di tahun 1935, semua ini tidak kanon. Pembuktiannya:

      • Dalam PB ada ±1,000 kutipan dimana lebih dari ±300 dikutip langsung dari Septuaginta, kalau dicocokkan dengan Masorite tidak sama.
        • Apakah ada manuskrip Gereja mula-mula dimana PB-nya Yunani dan PL-nya Masorite? Sampai kapanpun tidak akan ada. Sinetikus, Vatikanus dan Alexandrinus PL dan PB-nya Yunani semua, tidak ada yang Yunani dan Ibrani.
        • Banyak ayat-ayat PB yang diambil dari Deuterokanonika, kalau Deuterokanonika dihilangkan berarti ayat-ayat dalam PB tidak memiliki dasar lagi.

5 tahun lalu saya menemukan sebanyak ±6,000 kesalahan dari Alkitab terjemahan LAI dan saya menghubungi STT-STT tetapi tidak pernah direspon, mereka tidak tertarik dengan kebenaran Alkitab hanya berfokus pada akreditasi STT. Kemudian saya menghubungi Pdt. Dr. Anwar Chen LAI dan tidak direspon makanya saya membuat Kanal YouTube supaya semua orang tahu kebenarannya. BMPTKKI juga meminta saya tidak mempublikasikan hasil-hasil kajian Alkitab saya dan dilarang menterjemahkan dari teks Kanon, sementara BMPTKKI seharusnya mengurusi akreditasi, bukan kajian Alkitab.

  • Deo Gratias: Liturgi Katolik tidak mengikuti LAI karena banyak kesalahan (contohnya terminologi ”jemaat” dan ”gereja” yang sangat berbeda dan ”dibaptis melalui air dan Firman”), bagaimana pandangan Bapak tentang ajaran Protestan yang salaih berbeda dan tentang doktrin primer dan sekunder dalam Protestan?

Yonathan Purnomo: Kalau kesalahan LAI hanya satu atau dua masih bisa dikoreksi sementara terjemahan LAI ada sebanyak 6,577 (80%) kesalahan, jalan satu-satunya harus kembali ke Kanon. Lihat Efesus 2:20 – ”…yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.” Kalau Gereja Katolik yang dibangun di atas dasar para rasul dengan Yesus sebagai batu penjuru tidak dipercayai bagaimana saya bisa percaya dengan Gereja yang dibangun 1,600 tahun kemudian?

  • Viva Kosmetik: Apakah ada Pendeta lainnya yang mengkritisi terjemahan LAI yang salah selain Bapak Yonathan?

Yonathan Purnomo: Menurut saya banyak Pendeta yang tahu tapi mereka tidak berani karena akhirnya mereka akan dipecat. STT dibangun oleh suatu Gereja dan mengajarkan doktrin tertentu yang diharapkan dapat diteruskan dan diajarkan oleh para Pendetanya, contohnya Gereja Reform dan Pantekosta doktrinnya pasti berbeda. Gereja Protestan juga banyak persaingan, berbeda dengan Gereja Katolik yang tidak memiliki persaingan karena payungnya satu. Contoh lainnya pembangunan Gereja Protestan yang saling berdekatan juga akan ditentang dan tidak disetujui.

Lihat Matius 19:27 – ”Lalu Petrus berkata kepada Yesus, “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?” Begitu juga saya tidak mencari harta dalam pelayanan saya, sedangkan Kekristenan zaman sekarang sudah tidak murni lagi.

  • Tred: Bagaimana tanggapan Bapak dengan seruan ”Back to the Bible” dalam ajaran Protestantisme, dan mengapa teks Bysantine yang menjadi solusi dalam menterjemahkan Alkitab?

Yonathan Purnomo:

Saya tidak keberatan (meskipun tidak setuju-setuju amat) dengan jargon ”Back to the Bible” selama Alkitabnya benar, lihat juga 2 Tesalonika 2:15 tentang ajaran lisan. Contohnya kesalahan LAI dalam Yohanes 1:14 terkait terjemahan ”Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya.” Terjemahan ”Kita” seharusnya memakai ”Kami.” Mengacu pada Alkitab boleh-boleh saja selama Alkitabnya benar dan tafsirannya menurut Gereja, bukan pribadi per pribadi.

Saya memakai teks Bysantine karena yang paling available dan dipertahankan oleh Gereja Ortodoks serta tidak pernah dirubah sejak awal.

Share: X (Twitter) Facebook LinkedIn Whatsapp Telegram

Artikel Lainnya