INGGRIS
Henry VIII, raja Inggris yang terkenal kejam itu, memisahkan Gereja di Inggris dari Roma, sebab Sri Paus tidak bersedia mengesahkan perceraiannya dengan istrinya yang pertama. Ia lalu mengangkat dirinya menjadi kepada Gereja Inggris. Ia menuntut supaya semua pihak mengakuinya sebagai Kepala Gereja. Mereka yang membangkang diancam hukuman mati. Mula-mula sedikit saja yang menentang raja seperti John Fischer, uskup yang diangkat menjadi Kardinal ketika berada di penjara; lalu Thomas Moore, kanselir dan sastrawan. Pertama-tama John Houghton, Abbas biara Kartus London, dan Lincoln, bersama dengan 18 rahibnya dan imam-imam projo dibunuh dengan kejam.
Tidak kurang dari 950 biara ditutup dan segala harta miliknya disita oleh raja yang menginginkan tanah dan milik gereja itu. Puluhan gedung Gereja dihancurkan. Di bawah pemerintahannya, Henry membunuh dua dari enam orang istrinya, dan 40 martir menemui ajalnya. Penganiayaan yang lebih kejam lagi dilakukan oleh putrinya Ratu Elisabeth I. Ia tegas-tegas menuntut agar diakui sebagai kepala Gereja Inggris (1559). Semua uskup dipenjarakan dan rakyat dipaksa mengikuti ibadat Angilkan. Sekalipun Elisabeth begitu kejam, namun dari 188 martir waktu itu tidak satu pun yang tidak loyal terhadap dia sebagai ratu. Sungguhpun demikian ratu memerintahkan bawahannya supaya menyiksa mereka dengan cara-cara paling ngeri dan tidak berperikemanusiaan. Semua imam ditangkap dan dibunuh dan orang-orang awam yang memberi penginapan kepada mereka digantung. Akan tetapi ancaman ini tidak berhasil mencegah banyak pemuda Inggris yang berani mengungsi ke daratan Eropa dan belajar teologi, lalu pulang ke negerinya untuk melayani umat. Setiap gerak langkah mereka dibuntuti oleh dinas Intelejen ratu, sehingga sesudah beberapa tahun mereka ditangkap, disiksa, digantung dan sebelum mati dipotong untuk dicincang-cincang.
Di antara mereka dikenal Edmund Campion SJ (pesta: 1Des), yang ketika menjadi mahasiswa pernah mengelu-ngelukan ratu dengan sajak pujian di Universitas Oxford; Cuthbert Mayne Pr yang disalahkan karena membawa surat Paus ke dalam negeri. Margaret Clitherow ditindih dengan batu besar sampai mati, karena memberikan penginapan kepada seorang imam dan tidak mau membocorkan nama imam itu kepada polisi; P. Robert Southwll SJ (pesta: 1Des), penyair dan imam yang disekap dalam kandang penuh tahi dan kotoran sesudah disiksa selama 4 hari.
Ayahnya yang Protestan itu segera meminta kepada ratu agar selekasnya menghukum mati anaknya. Kadang-kadang para martir di bunuh dalam sel penjara yang sudah penuh sesak dan tak pernah boleh dibersihkan itu. Mereka tidak boleh keluar barang sebentarpun untuk memenuhi kebutuhannya. Jarum-jarum ditusukkan di bawah kuku Aleksander Braint SJ (pesta: 1Des), supaya mengkhianati imam-imam temannya. Bruder Nikolaus Owen SJ (pesta: 1Des), yang dipanggil ‘Little John’, disiksa dengan kejam sekali karena pandai membuat tempat-tempat persembunyian bagi para imam. Lagi pula ia tidak mau membocorkan nama para imam maupun tempat mereka bersembunyi. Richard Gwyn, seorang awam dan guru, dibunuh dan menjadi martir pertama di Wales. Filip Howard, bangsawan pengiring ratu, bertobat karena menyaksikan keberanian dan kepandaian Edmund Campion di depan pengadilan. Ia sendiri kemudian ditangkap dan meringkuk selama 10 tahun di Tower London, sampai akhirnya diracuni atas perintah ratu yang mengingikan kekayaannya. Roger Wrenno, seorang penenun kain, digantung pada tahun 1616 di Lancaster. Namun talinya putus, sehingga ia terjatuh. Ketika sadarkan diri, pendeta-pendeta mendesaknya supaya murtad saja. Tetapi Roger dengan cepat naik tangga lagi dan meminta algojo supaya memasang tali yang lebih kuat. Ketika ditanya mengapa ia begitu buru-buru, Roger menjawab: “Seandainya anda melihat apa yang baru saya lihat, anda pasti juga ikut terburu-buru.” Ia telah melihat cahaya Ilahi menantikan kedatangannya. Anna Line, seorang janda, sewaktu dipenggal berseru: “Alangkah baiknya seandainya saya memberi penginapan kepada seribu orang imam daripada kepada seorang saja.” Sampai masa pemerintahan Charles II, darah dari 78 martir masih disemburkan karena berpegang teguh pada iman dan ajaran Katolik. Baru seusai pembunuhan atas uskup Oliver Plunket dari Irlandia (1681), penganiyaan yang ganas mengendor. Gereja Inggris bangga atas begitu banyak putra-putrinya yang berani melawan diktator raja-raja dan parlemen.
Pada Tanggal 25 oktober 1970, Paus Paulus IV meng-kanonisasi 40 orang dari sekitar 300 orang martir yang telah gugur demi iman dan kesetiaan mereka kepada Gereja Katolik di Inggris dan Wales pada masa Reformasi Anglikan (1535 – 1679).
40 Orang Kudus dalam Kelompok Martir ini terdiri dari 20 orang biarawan, 13 Rohaniwan sekuler / Imam Praja, dan 7 umat awam. Masing-masing martir memiliki hari perayaan sendiri sedangkan Pesta bersama dirayakan pada setiap tanggal 25 Oktober.
Berikut daftar nama 40 Martir Inggris dan Wales :
- Santo Augustine Webster (Biarawan Kartusian)
- Santo John Houghton (Biarawan Kartusian)
- Santo Robert Lawrence (Biarawan Kartusian)
- Santo Richard Reynolds (biarawan Brigittine)
- Santo John Stone (biarawan Agustinian)
- Santo Alexander Briant (biarawan Jesuit)
- Santo Edmund Arrowsmith (biarawan Jesuit)
- Santo Edmund Campion (biarawan Jesuit)
- Santo David Lewis (biarawan Jesuit)
- Santo Henry Morse (biarawan Jesuit)
- Santo Henry Walpole (biarawan Jesuit)
- Santo Nicholas Owen (biarawan Jesuit)
- Santo Philip Evans (biarawan Jesuit)
- Santo Robert Southwell (biarawan Jesuit)
- Santo Thomas Garnet (biarawan Jesuit)
- Santo Alban Roe (biarawan Benediktin)
- Santo Ambrose Edward Barlow (Benediktin)
- Santo John Roberts (biarawan Benediktin)
- Santo John Jones (Fransiskan Observant)
- Santo John Wall (biarawan Fransiskan)
- Santo Cuthbert Mayne (Rohaniwan Sekuler)
- Santo Edmund Gennings (Rohaniwan Sekuler)
- Santo Eustace White (Rohaniwan Sekuler)
- Santo John Almond (Rohaniwan Sekuler)
- Santo John Boste (Rohaniwan Sekuler)
- Santo John Kemble (Rohaniwan Sekuler)
- Santo John Lloyd (Rohaniwan Sekuler)
- Santo John Pyne (Rohaniwan Sekuler)
- Santo John Plesington (Rohaniwan Sekuler)
- Santo John Southworth (Rohaniwan Sekuler)
- Santo Luke Kirby (Rohaniwan Sekuler)
- Santo Polydore Plasden (Rohaniwan Sekuler)
- Santo Ralph Sherwin (Rohaniwan Sekuler)
- Santo John Rigby (Umat awam)
- Santo Philip Howard (Umat awam)
- Santo Richard Gwyn (Umat awam)
- Santo Swithun Wells (Umat awam)
- Santa Anne Line (Umat awam)
- Santa Margaret Clitherow (Umat awam)
- Santa Margaret Ward (Umat awam)
BRAZIL
![30 Martir Natal][image2]
Para Martir Brasil atau Para Martir Natal adalah kelompok martir yang terdiri dari 28 orang awam Katolik Brasil dan 2 imam missionaris yang terbunuh di Natal Rio Grande do Norte, sebelah Utara Brasil dalam serangkaian pembunuhan masal yang dilakukan oleh kaum Calvinist Protestan yang didukung oleh Pemerintah Kolonial Belanda.
Karya Missionaris di Natal Rio Grande do Norte, Brasil dimulai pada tanggal 25 Desember 1597 ketika missionaris Jesuit dan Fransiskan tiba di wilayah yang saat itu dikuasai Kerajaan Portugis. Dalam beberapa tahun karya missionaris berkembang dengan pesat. Bangsa pribumi Amerika dengan mudah menerima pewartaan iman oleh para misionaris berkebangsaan Portugis yang terkenal ramah dan rendah hati. Mereka berbondong-bondong datang dan minta dibabtis menjadi anggota Gereja Kudus.
Namun pada tahun 1630, Natal Rio Grande do Norte diserang dan dikuasai oleh Belanda. Pendudukan bangsa Calvinist Belanda di wilayah ini adalah mimpi buruk bagi karya missionaris dan umat Katholik. Pemerintah Kolonial Belanda menjalankan kebijakan anti Gereja Katolik dan kaum fanatik Calvinis secara sistematis menganiaya umat Katholik.
Pada hari Minggu 16 Juli 1645 di Cunhau, Natal, Pater Andre de Soveral, seorang imam Jesuit bersama 69 umat Katolik tengah berkumpul di Kapela Santa Maria untuk merayakan misa kudus. Sebelum misa mulai, tiba-tiba muncul sekelompok tentara Belanda dan mulai membantai umat Katolik dalam Kapela tersebut. Santo Andre de Soveral,SJ, Santo Domingos Carvalho dan puluhan umat Katholik tewas dalam pembantaian ini.
Tanggal 3 Oktober 1645, sekelompok tentara Belanda bersama sekitar 200 orang suku Indian bersenjata, menyerang umat Katolik yang tengah beribadah. 28 orang tewas dalam pembantaian ini. Diantaranya; Santo** Estêvão Machado de Miranda** yang tewas bersama dua orang putrinya dan Santo João Martins yang tewas bersama enam orang teman yang namanya tidak tercatat. Santo Manuel Rodrigues de Moura **juga terbunuh bersama isterinya, dan **Santo Mateus Moreira, seorang katekis awam dan pemimpin umat setempat, sesaat sebelum tewas ditembak masih berseru dengan suara lantang : “Terpujilah Sakramen Mahakudus”.
Penganiayaan umat Allah di Brazil baru berakhir setelah Belanda ditaklukkan Portugis dalam perang Guararapes (The Second Battle of Guararapes) yang mengakhiri kekuasaan Belanda di Wilayah Amerika Selatan.
Proses kanonisasi para Martir Kristus ini dimulai pada tanggal 6 Juni 1989 setelah Congregatio de Causis Sanctorum (Kongregasi bagi Penyebab Penganugerah an Gelar Santo-Santa) resmi mengeluar kan “Nihil Obstat” dan memaklumkan para Martir Natal / Para Martir Brazil sebagai Servant of God (Hamba Allah).
Pada tanggal 10 November 1998. Paus Yohanes Paulus II memaklumkan bahwa para Marir Natal telah dibunuh “In Odium Fidei” (karena kebencian akan iman) dan menyetujui proses beatifikasi mereka. Dua tahun kemudian paus memimpin misa beatifikasi para Martir Natal di Basilika Santo Petrus Roma pada tanggal 5 Maret 2000.
Para Pahlawan ini dikanonisasi oleh Paus Fransiskus di Basilika Santo Petrus Roma pada tanggal 15 Oktober 2017 dan Pesta bersama dirayakan pada setiap tanggal 3 Oktober.
Berikut daftar nama Para Martir Natal :
- Santo André de Soveral (Imam Jesuit)
- Santo Domingos Carvalho (Awam)
- Santo Ambrósio Francisco Ferro (Imam)
- Santo Antônio Vilela (awam)
- Santa Vilela (Putri Santo Antônio Vilela, Awam)
- Santo José do Porto (awam)
- Santo Francisco de Bastos (awam)
- Santo Diogo Pereira (awam)
- Santo João Lostau Navarro (awam)
- Santo Antônio Vilela Cid (awam)
- Santo Estêvão Machado de Miranda (awam)
- Santa Machado de Miranda ( Awam)
- Santa Mechado de Miranda (Awam)
- Santo Vicente de Souza Pereira (awam)
- Santo Francisco Mendes Pereira (awam)
- Santo João da Silveira (awam)
- Santo Simão Correia (awam)
- Santo Antônio Baracho (awam)
- Santo Mateus Moreira (awam)
- Santo João Martins (awam)
- Teman Santo João Martins (awam, tidak tercatat)
- Teman Santo João Martins (awam, tidak tercatat)
- Teman Santo João Martins (awam, tidak tercatat)
- Teman Santo João Martins (awam, tidak tercatat)
- Teman Santo João Martins (awam, tidak tercatat)
- Teman Santo João Martins (awam, tidak tercatat)
- Teman Santo João Martins (awam, tidak tercatat)
- Santo Manuel Rodrigues de Moura (awam)
- Santa de Moura (Istri Santo Manuel Rodrigues )
- Santa Dias (Putri Francisco Dias)
IRLANDIA
![Rob Scurlock.png][image3]
Selalu ada masa-masa kelam dalam sejarah kekristenan. Salah satu periode dalam sejarah Gereja Irlandia adalah abad keenam belas dan ketujuh belas. Sangatlah buruk bagi umat Katolik yang miskin yang hidup selama masa kesulitan, ketidakadilan, penindasan dan penganiayaan ini. Banyak orang di Irlandia tidak mengenal segudang pria dan wanita suci Irlandia yang memberikan hidup mereka untuk iman Katolik mereka selama tahun-tahun ini, menodai tanah Irlandia dengan darah mereka. Tekad yang tak tergoyahkan dari para martir suci Irlandia ini untuk menjalankan iman mereka, menghadiri misa dan menerima sakramen menghabis kan banyak nyawa mereka, seringkali dalam eksekusi publik yang mengerikan atau dalam tindakan pembantai an yang mengerikan di balik pintu tertutup. Ini menimbul kan pertanyaan bagi kita umat Katolik abad ke-21, apakah kita akan melakukan hal yang sama? Mempertaruhkan nyawa dan anggota badan hanya untuk pergi ke misa atau untuk menerima pengakuan dosa? Para martir Irlandia menunjukkan melalui hidup mereka apa artinya benar-benar menghargai iman seseorang, mempraktikkannya secara otentik, dan mengutamakannya dalam hidup mereka di atas segala nya. Begitulah iman yang mencengangkan dan heroik dari warga Irlandia biasa yang hidup sekitar 500 tahun yang lalu dan yang hampir dilupakan. Tidak diragukan lagi mereka memiliki banyak hal untuk diajarkan kepada kita hari ini tentang apa artinya menjadi seorang Katolik dan tentang seberapa banyak yang kita terima saat ini. Begitulah iman yang mencengangkan dan heroik dari warga Irlandia biasa yang hidup sekitar 500 tahun yang lalu dan yang hampir dilupakan. Tidak diragukan lagi mereka memiliki banyak hal untuk diajarkan kepada kita hari ini tentang apa artinya menjadi seorang Katolik dan tentang seberapa banyak yang kita terima saat ini. Begitulah iman yang mencengangkan dan heroik dari warga Irlandia biasa yang hidup sekitar 500 tahun yang lalu dan yang hampir dilupakan. Tidak diragukan lagi mereka memiliki banyak hal untuk diajarkan kepada kita hari ini tentang apa artinya menjadi seorang Katolik dan tentang seberapa banyak yang kita terima saat ini.
Ada dua kelompok Martir yang sedang dalam proses kanonisasi. Kelompok pertama terdiri dari 17 Martir yang dibeatifikasi pada tahun 1992 oleh St. Yohanes Paulus II. Kelompok lainnya terdiri dari 42 Martir, kebanyakan imam dan religius, tetapi dengan beberapa orang awam dan dua wanita. Di antara para martir yang menunggu beatifikasi ini adalah seorang awam muda Dublin yang dieksekusi pada 13 November 1581 M. Dia unik di antara mereka karena mengacu pada kemudaannya yang tenang pada saat kematiannya, mungkin di akhir usia belasan atau awal dua puluhan tetapi ini tidak pasti. Namanya Robert Scurlock, konon putra dari keluarga Protestan yang kaya, ayahnya adalah seorang hakim. Robert diam-diam masuk Katolik Roma dan akhirnya dikucilkan oleh keluarganya, dipenjarakan di kastil Dublin dan akhirnya digantung, ditarik dan dipotong-potong, kematian yang mengerikan dan menyakitkan, yang rela dia tanggung. Jelas iman dan cintanya kepada Tuhan begitu kuat sehingga dia tidak takut menderita karenanya dan karenanya. Lebih luar biasa lagi, Robert rupanya dijatuhi hukuman mati karena pengkhianatan oleh ayahnya sendiri yang memohon kepada putranya untuk meninggalkan agama Katolik dengan mengambil Sumpah Supremasi, di mana seseorang mengakui raja Inggris sebagai kepala Gereja. Robert dengan tegas menolak untuk melakukan ini dan ironisnya memohon ayahnya untuk pindah ke agama Katolik. Teladan keberanian dan komitmen yang luar biasa seperti itu merupakan teladan yang sangat dibutuhkan bagi kaum muda Katolik di Irlandia saat ini. Robert rupanya dijatuhi hukuman mati karena pengkhianatan oleh ayahnya sendiri yang memohon kepada putranya untuk meninggalkan agama Katolik dengan mengambil Sumpah Supremasi, di mana seseorang mengakui raja Inggris sebagai kepala Gereja. Robert dengan tegas menolak untuk melakukan ini dan ironisnya memohon ayahnya untuk pindah ke agama Katolik. Teladan keberanian dan komitmen yang luar biasa seperti itu merupakan teladan yang sangat dibutuhkan bagi kaum muda Katolik di Irlandia saat ini. Robert rupanya dijatuhi hukuman mati karena pengkhianatan oleh ayahnya sendiri yang memohon kepada putranya untuk meninggalkan agama Katolik dengan mengambil Sumpah Supremasi, di mana seseorang mengakui raja Inggris sebagai kepala Gereja. Robert dengan tegas menolak untuk melakukan ini dan ironisnya memohon ayahnya untuk pindah ke agama Katolik. Teladan keberanian dan komitmen yang luar biasa seperti itu merupakan teladan yang sangat dibutuhkan bagi kaum muda Katolik di Irlandia saat ini.
Martir Irlandia lainnya adalah Elizabeth Kearney, seorang ibu pemberani yang dibunuh di Cashel di County Tipperary saat berdoa di katedral pada tanggal 13 September 1647. Kisahnya menyoroti bahaya seputar menjadi seorang Katolik selama periode tersebut dan betapa beraninya orang-orang ini harus menghadiri acara rahasia. massa atau pertemuan karena iman mereka. Elizabeth hanyalah satu dari tiga wanita Irlandia yang akan dikanonisasi sebagai martir (yang lainnya adalah Beato Margaret Ball dan Margaret dari Cashel). Tidak jelas apakah Elizabeth adalah seorang janda pada saat kematiannya. Putranya adalah Beato John Kearney, seorang imam Fransiskan yang juga menjadi martir dan dibeatifikasi pada tahun 1992 oleh Paus Yohanes Paulus II. Elizabeth aktif dalam membantu para pendeta dan dalam operasi rahasia gereja bawah tanah. Dia melakukan semua yang dia bisa untuk membantu mereka. Di antara tindakan amalnya, dia akan membagikan makanan dan membantu menyembunyikannya dari para penganiaya. Itu adalah bisnis yang berbahaya. Elizabeth dibantai di Cashel bersama dengan 400 umat Katolik lainnya. Mereka dibunuh di altar di Katedral oleh 7000 tentara yang dipimpin oleh seorang pria korup yang dijuluki Morough of the Burnings. Pembantaian itu terjadi di Katedral di mana pria, wanita, dan anak-anak dibunuh tanpa pandang bulu. Elizabeth meninggal dalam pertumpahan darah, tidak diketahui apakah ditembak atau ditusuk dengan tombak. Bersamanya adalah seorang wanita awam bernama Margaret yang nama belakangnya tidak sampai kepada kami. Baik Margaret maupun Elizabeth termasuk di antara kelompok lima puluh sembilan martir Irlandia yang akan dikanonisasi di Roma tanpa ada yang belum dibeatifikasi. Elizabeth dibantai di Cashel bersama dengan 400 umat Katolik lainnya. Mereka dibunuh di altar di Katedral oleh 7000 tentara yang dipimpin oleh seorang pria korup yang dijuluki Morough of the Burnings. Pembantaian itu terjadi di Katedral di mana pria, wanita, dan anak-anak dibunuh tanpa pandang bulu. Elizabeth meninggal dalam pertumpahan darah, tidak diketahui apakah ditembak atau ditusuk dengan tombak. Bersamanya adalah seorang wanita awam bernama Margaret yang nama belakangnya tidak sampai kepada kami. Baik Margaret maupun Elizabeth termasuk di antara kelompok lima puluh sembilan martir Irlandia yang akan dikanonisasi di Roma tanpa ada yang belum dibeatifikasi. Elizabeth dibantai di Cashel bersama dengan 400 umat Katolik lainnya. Mereka dibunuh di altar di Katedral oleh 7000 tentara yang dipimpin oleh seorang pria korup yang dijuluki Morough of the Burnings. Pembantaian itu terjadi di Katedral di mana pria, wanita, dan anak-anak dibunuh tanpa pandang bulu. Elizabeth meninggal dalam pertumpahan darah, tidak diketahui apakah ditembak atau ditusuk dengan tombak. Bersamanya adalah seorang wanita awam bernama Margaret yang nama belakangnya tidak sampai kepada kami. Baik Margaret maupun Elizabeth termasuk di antara kelompok lima puluh sembilan martir Irlandia yang akan dikanonisasi di Roma tanpa ada yang belum dibeatifikasi. Elizabeth meninggal dalam pertumpahan darah, tidak diketahui apakah ditembak atau ditusuk dengan tombak. Bersamanya adalah seorang wanita awam bernama Margaret yang nama belakangnya tidak sampai kepada kami. Baik Margaret maupun Elizabeth termasuk di antara kelompok lima puluh sembilan martir Irlandia yang akan dikanonisasi di Roma tanpa ada yang belum dibeatifikasi. Elizabeth meninggal dalam pertumpahan darah, tidak diketahui apakah ditembak atau ditusuk dengan tombak. Bersamanya adalah seorang wanita awam bernama Margaret yang nama belakangnya tidak sampai kepada kami. Baik Margaret maupun Elizabeth termasuk di antara kelompok lima puluh sembilan martir Irlandia yang akan dikanonisasi di Roma tanpa ada yang belum dibeatifikasi.
Nama lain yang layak disebutkan adalah Thomas dan putranya Christopher Eustace, orang awam yang digantung, ditarik dan dipotong-potong di Dublin pada tahun 1581. Keduanya menolak untuk meninggalkan iman Katolik mereka dengan mengambil Sumpah Supremasi dan mengorbankan hidup mereka daripada menyangkal apa yang paling mereka hargai. . Pastor Tadhg Moriarty adalah seorang pendeta Dominikan dari Kerry yang ditangkap saat mengadakan misa secara rahasia pada suatu pagi dan akhirnya mati syahid dengan cara digantung di Killarney pada tahun 1653 M, takdir yang disambut baik olehnya. Martir lain bernama John Burke; dia adalah seorang ksatria, seorang suami dan seorang ayah yang membantu mengatur misa rahasia dan membantu para pendeta. Dia digantung, ditarik dan dipotong-potong di Pantun jenaka pada 1606 Masehi. Dan Patrick Kavanagh, seorang pelaut yang digantung, ditarik dan dipotong-potong di Wexford pada tahun 1581 M karena membantu seorang pendeta melarikan diri dari penganiayaan dengan bersembunyi
Teladan para martir Irlandia kita adalah pendorong bagi kita untuk lebih menghargai iman Katolik kita dan ajarannya. Mereka mati daripada mengkhianatinya dan pengabdian mereka membuat mereka melakukan hal-hal yang berbahaya dan sulit untuk melindungi dan menegakkannya. Di atas segalanya, kasih mereka kepada Tuhanlah yang memotivasi mereka, hanya itu dan itu saja. Di masa pandemi ini ketika seluruh dunia sedang berjuang, mereka dapat menginspirasi kita dengan penderitaan dan keberanian mereka untuk bertahan di tengah pencobaan dan kesulitan hidup kita sendiri, percaya kepada Tuhan, bahwa kita tidak ditinggalkan di saat-saat sulit atau kesusahan yang nyata. Kita tidak perlu merasa khawatir atau kehilangan harapan karena ada sejumlah leluhur suci yang telah pergi sebelum kita dan mereka tahu persis apa yang sedang kita alami. Para martir Irlandia pasti akan memberkati dan membantu mereka yang memohon syafaat dan perlindungan mereka. Kami berdoa agar mereka segera diangkat ke altar untuk membangun semua umat Katolik di seluruh dunia. Sampai saat itu, tugas untuk saat ini adalah membawa mereka dari bayang-bayang ke panggung publik sehingga umat Katolik Irlandia saat ini dapat mengenal dan mencintai mereka sebagaimana mestinya.
Berikut para martir Irlandia :
Dikanonisasi 12 Oktober 1975 oleh Paus Paulus VI .
- Oliver Plunkett , Uskup Agung Armagh , 1 Juli 1681 di Tyburn , London; dibeatifikasi 1920
###
Beatifikasi 15 Desember 1929 oleh Paus Pius XI .
-
John Carey (alias Terence Carey) dan Patrick Salmon , orang awam, 4 Juli 1594 di Dorchester , Inggris
-
John Cornelius , imam Jesuit, 4 Juli 1594 di Dorchester , Inggris
-
John Roche , orang awam, 30 Agustus 1588 di Tyburn , Inggris
22 November 1987 oleh Paus Yohanes Paulus II .
- Charles Mahoney (alias Meehan), Fransiskan, 21 Agustus 1679, Ruthin , Wales
27 September 1992 oleh Paus Yohanes Paulus II.
-
Patrick O’Hely , Uskup Fransiskan Mayo, 31 Agustus 1579
-
Conn O’Rourke, imam Fransiskan, 31 Agustus 1579
-
Wexford Martyrs , 5 Juli 1581: Matthew Lambert, Robert Myler, Edward Cheevers, Patrick Cavanagh (Irlandia: Pádraigh Caomhánach), John O’Lahy, dan satu individu lain yang tidak diketahui
-
Margaret Ball , 1584, Dublin
-
Dermot O’Hurley , Uskup Agung Cashel, 20 Juni 1584
-
Muiris Mac Ionrachtaigh (Maurice MacKenraghty), Pendeta untuk Pemberontak Earl of Desmond , dieksekusi di Clonmel , selama Pemberontakan Desmond Kedua , 1585
-
Dominic Collins , saudara jesuit yang dieksekusi tanpa pengadilan di Youghal , County Cork , 31 Oktober 1602
-
Concobhar Ó Duibheannaigh (Conor O’Devany), Uskup Fransiskan dari Down & Connor, 11 Februari 1612
-
Patrick O’Loughran , pendeta dari County Tyrone, 11 Februari 1612
-
Francis Taylor , mantan Wali Kota Dublin , 1621
-
Peter O’Higgins OP, Prior dari Naas, 23 Maret 1642
-
Terence O’Brien OP, Uskup Emly, 31 Oktober 1651
-
John Kearney, Prior Fransiskan dari Cashel, 1653
-
William Tirry , pendeta Augustinian dari Cork, 12 Mei 1654
###
Para martir lainnya menunggu beatifikasi
-
Edmund Daniel, SJ, 25 Oktober 1572 di Cork
-
Teige O’Daly, OFM, sekitar Maret 1578
-
Donal O’Neylan, OFM, 28 Maret 1580 di Youghal, Cork
-
Gelasius Ó Cuileanáin (lahir 1554), Cistercian Abbot Boyle , 21 November 1580 di Dublin
-
Eoin O’Mulkern, O. Praem , 21 November 1580 di Dublin
-
David dan John Sutton, orang awam, 13 November 1581 di Dublin
-
Maurice, Thomas, dan Christopher Eustace, awam, 13 November 1581 di Dublin
-
William Wogan, Robert Scurlock dan Robert Fitzgerald, awam, 13 November 1581 di Dublin
-
Felim O’Hara, OFM, 1 Mei 1582 di Moyne, Cork
-
Walter Eustace, awam, 14 Juni 1583 di Dublin
-
Richard Creagh (lahir 1523), Uskup Agung Armagh, akhir 1586 di London, Inggris
-
Brian O’Carolan, pendeta, 24 Maret 1606 dekat Trim, Meath
-
John Burke, awam, 20 Desember 1606 di Limerick
-
Donough MacCready, pendeta, sebelum 05 Agustus 1608 di Coleraine, Irlandia Utara
-
George Halley (lahir 1622), OCD, 15 Agustus 1642 di Siddan, Meath
-
Theobald dan Edward Stapleton, imam, 13 September 1647 di Cashel, Tipperary
-
Thomas Morissey, pendeta, 13 September 1647 di Cashel, Tipperary
-
Richard Barry, OP, 13 September 1647 di Cashel, Tipperary
-
Richard Butler dan James Saul, OFM, 13 September 1647 di Cashel, Tipperary
-
William Boyton, SJ, 13 September 1647 di Cashel, Tipperary
-
Elizabeth Kearney (ibu dari Beato John Kearney) dan Margaret (nama keluarga tidak tercatat), wanita awam, 13 September 1647 di Cashel, Tipperary
-
John Bathe, SJ dan Thomas Bathe, pendeta, 11 September 1649 di Drogheda, Louth
-
Peter Taafe, OSA, 11 September 1649 di Drogheda, Louth
-
Dominic Dillon dan Richard Oveton, OP, 11 September 1649 di Drogheda, Louth
-
Laurence dan Bernard O’Ferrall, OP, antara Februari-Maret 1649 di Longford
-
Conor MacCarthy, pendeta, 5 Juni 1653 di Killarney, Kerry
-
Francis O’Sullivan, OFM, 23 Juni 1653 di Pulau Scarrrif, Kerry
-
Thaddeus Moriarty, OP, 15 Oktober 1653 di Killarney, Kerry
-
Donal Breen dan James Murphy, pendeta, 14 April 1655 di Wexford
-
Luke Bergin, OP, 14 April 1655 di Wexford
-
John Tobin (lahir 1620), OFM Cap., 6 Maret 1656 di Waterford
-
James Dowdall (lahir 1626), OFM Cap., 20 Februari 1710 di London, Inggris
BELANDA
Martir Gorkum
![https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/5/53/Les_19_Martyrs_de_Gorkum.jpg/300px-Les_19_Martyrs_de_Gorkum.jpg][image4]
Para Martir Gorkum ( bahasa Belanda : Martelaren van Gorcum ) adalah sekelompok 19 rohaniwan Katolik Belanda , sekuler dan religius, yang digantung pada tanggal 9 Juli 1572 di kota Brielle oleh militan Calvinis Belanda selama perang abad ke-16— khususnya, Pemberontakan Belanda melawan pemerintahan Spanyol, yang berkembang menjadi Perang Delapan Puluh Tahun .
Pada paruh pertama abad ke-16, berbagai bentuk Protestantisme — khususnya, Lutheranisme dan Calvinisme —menyebar ke seluruh Eropa Barat. Di Negara dataran rendah , kemudian di bawah pemerintahan Spanyol, Kaisar Charles V dan putranya Raja Philip II melembagakan kampanye sistematis untuk membasmi gerakan keagamaan baru, yang mengakibatkan kebencian politik terhadap pihak berwenang, termasuk Gereja Katolik. Penduduk Belanda utara yang sebagian besar beragama Protestan mulai menentang para pendeta dan biarawan Katolik yang hadir.
Pada tahun 1572 Belanda melakukan pemberontakan terbuka melawan pemerintahan Spanyol, sementara dalam persaingan internal di antara denominasi Protestan, Calvinisme berhasil menekan Lutheranisme. Pada tanggal 1 April tahun berikutnya, pasukan Calvinis dan kelompok pemberontak yang disebut Watergeuzen ( Pengemis Laut ) menguasai Brielle (Den Briel) dan kemudian Vlissingen (Flushing). [3]
Pada bulan Juni, Dordrecht dan Gorkum jatuh, dan yang terakhir para pemberontak menangkap sembilan imam Fransiskan : Nicholas Pieck , penjaga Gorkum; Hieronymus dari Weert, imam; Theodorus van der Eem dari Amersfoort; Nicasius Janssen dari Heeze; Willehad dari Denmark; Godefried dari Mervel; Antonius dari Weert ; Antonius dari Hoornaer, dan Franciscus de Roye dari Brussel . Untuk ini ditambahkan dua bruder dari biara yang sama, Petrus dari Assche dan Cornelius dari Wijk bij Duurstede . Pada waktu yang hampir bersamaan kaum Calvinis menangkap pastor paroki Gorkum, Leonardus Vechel dari ‘s-Hertogenbosch , dan asistennya.
Juga dipenjarakan adalah Godefried van Duynsen dari Gorkum, seorang imam di kota asalnya, dan Joannes Lenartz dari Oisterwijk, seorang Kanon Reguler dari biara terdekat dan direktur spiritual untuk biara biarawati Augustinian di Gorkum. Ke lima belas ini kemudian ditambahkan empat rekan lagi: Joannes van Hoornaer (alias dikenal sebagai John dari Cologne), seorang Dominikan dari provinsi Cologne dan pastor paroki tidak jauh dari Gorkum, yang ketika diberitahu tentang penahanan pendeta Gorkum bergegas ke kota untuk memberikan sakramen kepada mereka dan ditangkap serta dipenjarakan bersama yang lainnya; Jacobus Lacops dari Oudenaar, seorang Norbertine , yang menjadi kurator di Monster, Belanda Selatan; Adrianus Janssen dari Hilvarenbeek , seorang kanon Premonstratensian dan pernah menjadi pastor paroki di Monster, yang dikirim ke Brielle bersama Jacobus Lacops. Terakhir adalah Andreas Wouters dari Heynoord.
Di penjara di Gorkum (dari 26 Juni hingga 6 Juli 1572), 15 tahanan pertama dipindahkan ke Brielle, tiba di sana pada 8 Juli. Dalam perjalanan mereka ke Dordrecht, mereka dipamerkan untuk mendapatkan uang kepada orang-orang yang penasaran. Keesokan harinya, William de la Marck, Penguasa Lumey , komandan Gueux de mer , menginterogasi mereka dan memerintahkan penyiksaan . Sementara itu, empat orang lainnya tiba. Masing-masing diminta untuk meninggalkan kepercayaannya pada Transubstansiasi , doktrin kehadiran nyata Kristus dalam Sakramen Mahakudus , serta kepercayaan pada supremasi Kepausan . Semua tetap teguh dalam iman mereka. Sementara itu, datanglah surat dari Pangeran Oranye, William the Silent , yang memerintahkan semua orang yang berwenang untuk membiarkan para imam dan religius tidak diganggu. Terlepas dari seruan ini, pada 9 Juli, mereka digantung.
Sebatang semak dengan 19 bunga putih konon tumbuh di lokasi kesyahidan mereka. Sejak itu, banyak keajaiban dikaitkan dengan perantaraan para Martir Gorkum, terutama penyembuhan hernia. Beatifikasi para martir terjadi pada tanggal 14 November 1675, dan kanonisasi mereka pada tanggal 29 Juni 1867. Pengangkatan mereka menjadi orang kudus, yang berlangsung pada Pesta Santo Petrus dan Paulus , merupakan bagian dari perayaan yang menandai 1.800 tahun sejak tahun tradisional kemartiran kedua rasul di Roma.
Selama bertahun-tahun tempat kesyahidan mereka di Brielle telah menjadi tempat berbagai ziarah dan prosesi. Relikui jenazah mereka kini diabadikan di Gereja Saint Nicholas, Brussel, Belgia.
Ada 11 biarawan Fransiskan atau Minderbroeders (Friars Minor), satu biarawan Dominikan atau Predikheer , dua Norbertine canons regular dan local canon regular, atau witheren dan lima wereldheren ( pendeta sekuler ). 19 orang yang dihukum mati pada tanggal 9 Juli 1572 adalah:
- Leonard van Veghel (lahir 1527), juru bicara, imam sekuler, dan pastor Gorkum sejak 1566
- Peter dari Assche (lahir 1530), Bruder awam Fransiskan
- Andrew Wouters (lahir 1542), imam sekuler, pastor Heinenoord di Hoeksche Waard
- Nicasius dari Heeze (lahir 1522), biarawan Fransiskan, teolog dan imam
- Jerome dari Weert (lahir 1522), biarawan Fransiskan, imam, pastor di Gorcum
- Anthony dari Hoornaar, biarawan dan imam Fransiskan
- Godfried van Duynen (lahir 1502), imam sekuler, mantan pastor di Prancis utara
- Willehad dari Denmark (lahir 1482), biarawan dan imam Fransiskan
- James Lacobs (lahir 1541), kanon Norbertine
- Fransiskus dari Roye (lahir 1549), biarawan dan imam Fransiskan
- John dari Cologne , biarawan Dominikan, pendeta di Hoornaar dekat Gorkum
- Anthony dari Weert (lahir 1523), biarawan dan imam Fransiskan
- Theodore of der Eem (lahir c. 1499–1502), biarawan dan imam Fransiskan, pastor komunitas Suster Tersier Fransiskan di Gorkum
- Cornelius dari Wijk bij Duurstede (lahir 1548), Bruder awam Fransiskan
- Adrian van Hilvarenbeek (lahir 1528), kanon Norbertine dan pendeta di Monster, Belanda Selatan
- Godfried of Mervel , Vikaris Melveren, Sint-Truiden (lahir 1512), pastor Fransiskan, vikaris biara di Gorkum
- Jan dari Oisterwijk (lahir 1504), kanon reguler Augustinian , seorang imam untuk Beguinage di Gorkum
- Nicholas Poppel (lahir 1532), imam sekuler, pastor di Gorkum
- Nicholas Pieck (lahir 1534), biarawan Fransiskan, imam dan teolog, Penjaga biara di Gorkum, kota kelahirannya
Martir Korban Reformasi SWISS
St. Nicolo
![https://www.hidupkatolik.com/wp-content/uploads/2017/12/santo-ilustrasi-beato-nicol%C3%B2-rusca-desember-2017-hidup-katolik-696x431.jpg][image5]
Oleh penyucian atas roti dan anggur suatu perubahan terjadi atas keseluruhan substansi dari roti dan anggur itu menjadi substansi tubuh dan darah Kristus,” ucapnya suatu kali.
Tahun ini, Gereja Katolik dan Lutheran merayakan 500 tahun Reformasi Gereja. Ini menandai lahirnya 95 tesis yang ditempel Martin Luther di sebuah gereja Katolik di Wittenberg, Jerman. Mantan imam dari Ordo St Agustinus ini seperti bara api yang gagal dipadamkan. Seruan Luther lalu merebak ke seluruh Eropa. Tak menunggu lama, bara itu melahirkan gerakan-gerakan kontra Gereja.
Di Swiss, lahirlah dua tokoh reformasi, yaitu John Calvin (1509-1564) dan Huldrych Zwingli (1484-1531). Gerakan-gerakan ini lahir dengan satu tujuan untuk menentang otoritas Gereja. Akibat Reformasi ini, negara-negara di Jerman di bawah kekuasaan Roma terpecah. Ada yang taat kepada otoritas Gereja, tapi juga ada yang “protes” terhadap Gereja.
Seorang imam yang pantas dikenang sebagai kontra reformasi adalah Pater Nicolò Rusca. Sebagai pastor paroki, ia getol melawan gerakan reformasi. Bagi dia, reformasi dibuat oleh orang-orang yang sakit hati. Mereka tidak dewasa dalam iman dan tak bisa belajar memaafkan kesalahan orang lain.
Putra Bangsawan
Selama Abad Pertengahan, wilayah Bedano, Lugano, Swiss berada di bawah yurisdiksi negara Ambrogio, Milan, Italia. Kekuasaan ini tidak saja dalam bidang sosial, politik, dan pemerintahan, tetapi juga yurisdiksi pastoral. Uskup Como wilayah pelayanan Keuskupan Metropolitan Milan, memiliki memberikan perpuluhan kepada Keuskupan Milan.
Di Bedano, ada sebuah paroki yang sangat terkenal, yaitu Paroki Gravesano. Paroki yang berada di pedesaan ini menjadi terkenal karena dua kapel, yaitu Kapel St Maria (dibangun 1365) dan Kapel St Rocco (dari abad ke-16). Dua kapel ini menjadi tempat favorit bagi Nicolò.
Di utara Bedano, sebuah reruntuhan kastil yang kini masih bisa dinikmati para peziarah, yaitu reruntuhan kastil milik keluarga Rusca (kini kastil itu disebut House of Ruscono). Rumah mewah ini adalah tempat di mana Nicolò lahir pada 20 April 1563. Ayahnya, Antonio Rusca, seorang bangsawan Lariano, Italia. Sedangkan ibunya, Daria Quadrio, putri bangsawan Ticino, Swiss.
Di Kastil Montebello, Nicolò hidup bersama tiga adiknya; Bartolomeo, Christopher, dan Daisy. Meski hidup dalam kemewahan, Nicolò tetap menjaga kesederhanaan. Bersama anak-anak lain, keempat anak Rusca ini tak tampak sebagai bangsawan. Mereka mudah diterima di kalangan masyarakat menengah ke bawah.
Kontra Reformasi
Nicolò masuk sekolah menengah di Pavia. Pendidikan kepribadian, moralitas, dan etika yang diperoleh dari orangtua, membuatnya mantap untuk menjadi imam. Demi tujuan itu, ia masuk ke Collegium Helveticum di Milan. Di sana, ia berkenalan dengan Rektor Seminari, Pater Carlo Borromeo (kelak menjadi Uskup Keuskupan Pozzuoli, Italia, 1537-1540).
Dalam perjumpaan itu, Pater Carlo yakin, Nicolò akan menjadi orang kudus. Hal ini terlihat dari kehidupan doa dan disiplin hidup yang ditampilkan di seminari. Kepada seminaris muda itu, Pater Carlo berpesan, “Anakku, belajarlah agar tetap mempertahankan mahkota imamat. Bila sudah berhasil, berikanlah yang terbaik kepada Hakim Yang Adil.”
Nicolò menjalani studi teologi di Helveticum pada periode 1580-1587. Ia ditahbiskan pada 23 Mei 1587 oleh Uskup Como, Mgr Giovanni Antonio Volpi. Tugas perdananya menjadi Kepala Paroki Sessa, Swiss dan kemudian dipindahkan sebagai Kepala Paroki Sondrio, Italia. Dalam setiap pelayanan, imam Diosesan Como ini dikenal setia kepada panggilan dan pelayanan. Ia juga menjadi imam yang selalu lantang menyuarakan ajaran iman Gereja, seperti kuasa Magisterium, tradisi Gereja, dan Kitab Suci.
Saat menjadi pastor paroki di Sondrio, Pater Nicolò berhadapan dengan situasi reformasi yang dimulai oleh Martin Luther. Bara reformasi Luther membakar beberapa tokoh yang menolak otoritas Paus. Dua tokoh reformasi dari Swiss yang pantas dikenang adalah Calvin dan Zwingli. Zwingli misal, menyerang tradisi berpuasa selama masa Prapaskah. Dalam publikasinya, ia mencatat ada dugaan korupsi dalam hierarki Gereja. Ia mempromosikan pernikahan klerikal, serta menyerang penggunaan ikonoklasme di tempat-tempat ibadah. Pada 1525, ia memperkenalkan Liturgi Perjamuan Kudus baru untuk menggantikan Perayaan Ekaristi.
Sementara Calvin, seorang Prancis yang melarikan diri dari penganiayaan di Paris ke Basel, tempatnya menulis edisi pertama “Institutes of the Christian Religion”. Selain karya itu, Calvin juga dikenal sebagai pengkhotbah yang andal. Di Jenewa, Calvin berhasil menyusun struktur baru Gereja. Dia menyatakan bahwa ada empat fungsi pelayan di Perjanjian Baru; gembala (pastor), pengajar, penatua, dan diakon. Gembala dan pengajar itu bersama-sama merupakan Kelompok Gembala. Penatua bertanggung jawab untuk disiplin Gereja. Struktur ini menjadi dasar Gereja Reformis lain.
Perjamuan Kudus
Pater Nicolò sangat keras menentang dua tokoh reformasi ini, terutama ajaran tentang Perjamuan Kudus. Bagi dia, Gereja Katolik memahami sakramen sebagai saluran rahmat Allah. Jadi, sakramen dalam Perjamuan Kudus adalah sarana keselamatan. Saat Ekaristi ada kata-kata, “Inilah tubuhku… Inilah darah-Ku….” Substansi roti dan anggur berubah menjadi tubuh dan darah Kristus yang dikenal sebagai transsubstansi. Pater Nicolò menolak ajaran Luther soal konsubstansiasi, ajaran Zwingli tentang memorialisme bahwa roti dan anggur dalam perjamuan kudus hanyalah simbol saja dan ajaran Calvin bahwa roti dan anggur dalam Perjamuan Kudus adalah simbol sekaligus tanda Kristus hadir saat itu secara rohani.
Atas perjuangannya mendukung ajaran bapak-bapak Gereja dalam Konsili Trente, membuat ia dijuluki “Hammer of the Heretik”. Ia terus berusaha mengatasi bangkitnya Protestantisme di Eropa lewat ajaran dan kotbah-kotbahnya. Kepada umat Sandrio, dirinya berpesan agar kembali ke pangkuan “ibu” Gereja. Pesannya itu membuat banyak umat tetap setia pada Gereja kendati Protestantisme hadir bak jamur di musim hujan.
Perannya sebagai promotor anti-reformis membuat banyak kelompok pro-reformasi tidak suka padanya. Tahun 1608, Pater Nicolò ditangkap dan dijebloskan dalam penjara dengan tuntutan menghidupi semangat intoleran dan melukai banyak orang. Di penjara, ia menjalani penyiksaan oleh kelompok Republic of Three yang kala itu berkembang sebagai kelompok pro-reformasi. Ia mengalami penyiksaan selama berminggu-minggu hingga meninggal dunia di Rhusis, Graubünden, Swiss, 24 Juli 1618 pada usia 55 tahun.
Proses beatifikasi dibuka pada 1 Februari 1943 oleh Paus Pius XI (1857-1939). Paus Yohanes Paulus II (1920-2005) kemudian mensahkan dekrit kemartirannya pada 27 Mei 1995 dan dinyatakan sebagai Hamba Allah. Ia dibeatifikasi pada 21 April 2013 di Sondrio, Italia oleh Paus Fransiskus. Misa beatifikasi dipimpin Kardinal Angelo Amato SDB, Prefek Kongregasi Penggelaran Kudus Vatikan. Ia dikenang setiap 4 September.
Santo Fidelis dari Sigmaringen
![fidelis_sigmaringen][image6]
Santo Fidelis dilahirkan di Jerman pada tahun 1578 dan diberi nama Mark Rey. Bersama Saudaranya George; Mark menuntut ilmu di Universitas Freigburg yang termashyur itu untuk menjadi seorang pengacara. Rasa belas-kasihh Mark pada sesamanya yang menderita sudah nampak semasa masih mahasiswa. Ia sering mengunjungi mereka yang sakit dan yang miskin. Setiap hari ia selalu meluangkan waktu untuk berdoa. Saudaranya memutuskan untuk menjadi seorang imam Fransiskan Kapusin. Sebaliknya, Mark menamat kan kuliahnya dan menjadi seorang pengacara terkenal.
Mark seringkali membela perkara kaum miskin yang tidak memiliki uang untuk membayar. Oleh sebab itulah ia dijuluki, “Pengacara Orang Miskin.” Karena Mark seorang yang jujur, ia menjadi muak dengan ketidakjujuran yang terjadi dalam pengadilan. Ia memutuskan untuk mengikuti jejak saudaranya dan menjadi seorang imam. Mark menerima jubahnya dan memilih nama biara Fidelis, yang berarti “setia.”
Fidelis bersukacita ketika ia diutus ke Swiss. Pada masa itu Jenewa Swiss adalah pusat gerakan Protestan yang menonjol di Eropa. Disana banyak orang yang memusuhi iman Katolik. Santo Fidelis ingin memenangkan jiwa mereka dan membawa mereka kembali ke pangkuan Gereja. Khotbah-khotbahnya membawa hasil yang menakjubkan. Banyak orang kemudian kembali kepangkuan Gereja Katholik Roma.
Hal ini para pendukung Protestan menjadi amat marah dan berusaha untuk membunuhnya. St. Fidelis tahu bahwa hidupnya ada dalam bahaya, namun demikian ia terus saja berkhotbah. Suatu hari, tengah ia berkhotbah, sebuah peluru ditembakkan, tetapi meleset. Fidelis tahu bahwa ia harus meninggalkan kota saat itu juga. Dan ia melakukannya. Namun, saat ia sedang dalam perjalanan ke kota terdekat, segerombolan orang mencegatnya. Mereka meme rintahkannya untuk berhenti berkotbah dan mengingkari iman Katolik-nya. Fidelis menjawab dengan tegas, “Aku tidak akan mengingkari iman Katolik.” Orang-orang itu lalu menganiaya nya dengan tongkat, pentung dan senjata lainnya.
Dalam keadaan terluka sang imam memaksakan dirinya untuk berlutut. Ditengah hujan pukulan, Ia berdoa seperti doa Yesus ketika berada di kayu Salib : “Tuhan, ampunilah musuh-musuhku. Mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. ….!” Para Calvinists and Zwinglians itu terus menganiayanya hingga ia tewas mengenaskan.
Kemartiran Fidelis terjadi pada tahun 1622, saat ia berusia empat puluh empat tahun. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Benediktus XIV pada tahun 1746.