Dua Sifat Yesus Kristus: Perspektif Katolik

Dalam kodrat manusiawi-Nya, Yesus mengalami berbagai macam kondisi manusiawi: lapar, haus, lelah, dan bahkan kematian.

By Tim DKC

6 menit bacaan

Share: X (Twitter) Facebook LinkedIn Whatsapp Telegram
Aa
0:00 / 0:00

Misteri sifat ganda Yesus Kristus sebagai pribadi yang sepenuhnya ilahi dan sepenuhnya manusiawi terletak di jantung teologi Kristen. Ajaran ini, yang berakar pada Kitab Suci dan ditegaskan oleh Gereja melalui refleksi selama berabad-abad, menggarisbawahi kebenaran yang mendalam: Yesus Kristus adalah satu pribadi dengan dua sifat—ilahi dan manusiawi. Doktrin ini, yang dikenal sebagai Persatuan Hipostatik, menawarkan jembatan antara Tuhan dan manusia, memberikan pemahaman yang mendalam tentang keselamatan dan inkarnasi. Mari kita selami lebih dalam misteri yang mendalam ini.

Logos: Sabda Tuhan yang Kekal

Sifat ilahi Yesus, yang disebut sebagai Logos (bahasa Yunani untuk “Sabda”), bersifat kekal. Injil Yohanes dimulai dengan pernyataan yang mendalam: “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah” (Yohanes 1:1). Firman yang kekal ini, atau Logos, telah ada sebelum penciptaan dan merupakan Pribadi kedua dari Tritunggal Mahakudus. Dalam tradisi Aram, istilah “Membra” digunakan; dalam bahasa Ibrani, “Davar”; dan dalam bahasa Suryani, “Miltha.” Semua istilah ini menekankan kebenaran yang sama: Logos adalah ungkapan kekal dari kehendak dan kehadiran Tuhan.

Inkarnasi: Sabda Menjadi Daging

Klaim utama Kekristenan adalah bahwa Sabda kekal ini “menjadi daging dan tinggal di antara kita” (Yohanes 1:14). Di sinilah letak misteri Inkarnasi: Logos ilahi memasuki ruang dan waktu, mengambil kodrat manusia melalui Perawan Maria. Gereja mengajarkan bahwa Yesus dikandung oleh Roh Kudus dan lahir dari Perawan Maria, menerima kodrat manusiawi-Nya sepenuhnya darinya. Dengan demikian, Maria secara tepat disebut “Theotokos” (“Pembawa Tuhan” atau “Bunda Tuhan”), yang menegaskan bahwa anak yang dilahirkannya adalah sepenuhnya Tuhan dan sepenuhnya manusia.

Beberapa orang mungkin berpendapat bahwa Maria seharusnya hanya disebut sebagai “Christotokos” (“Pembawa Kristus”), yang menyiratkan bahwa ia hanya melahirkan kodrat manusiawi Kristus. Namun, pandangan ini berisiko membagi Yesus menjadi dua pribadi yang terpisah: satu ilahi dan satu manusia. Ajaran Gereja, yang didasarkan pada Konsili Efesus (431 M), menegaskan bahwa Yesus adalah satu pribadi—Putra Allah yang ilahi—yang mengambil kodrat manusiawi. Jadi, Maria tidak melahirkan manusia biasa, tetapi pribadi Yesus Kristus, yang adalah Allah dan manusia.

Sepenuhnya Manusia, Sepenuhnya Ilahi

Dalam kodrat manusiawi-Nya, Yesus mengalami berbagai macam kondisi manusiawi: lapar, haus, lelah, dan bahkan kematian. Seperti yang diceritakan dalam Kitab Suci, Ia makan, tidur, dan menjadi lelah (Matius 4:2; Yohanes 4:6; Markus 4:38). Pengalaman manusiawi ini menegaskan kelengkapan kemanusiaan-Nya. Namun, tidak seperti kita, Yesus bebas dari dosa asal dan dampaknya, termasuk keinginan yang tidak teratur. Kemanusiaan-Nya bersatu sempurna dengan keilahian-Nya, yang memungkinkan-Nya untuk hidup dalam ketaatan yang sempurna kepada Bapa.

Sangat penting untuk menyadari bahwa Inkarnasi melibatkan perkembangan manusia yang nyata dan lengkap. Dari pembuahan dalam rahim Maria hingga kelahiran, masa kanak-kanak, dan masa dewasa, Yesus benar-benar menjadi salah satu dari kita. Sabda yang kekal tidak hanya muncul sebagai manusia yang sudah dewasa sepenuhnya; Dia memasuki dunia melalui proses alami perkembangan manusia. Seperti yang ditulis oleh St. Paulus, Yesus “lahir dari seorang perempuan, lahir di bawah hukum” (Galatia 4:4), sepenuhnya merangkul kondisi manusia.

Implikasi dari Inkarnasi

Inkarnasi memiliki implikasi teologis dan spiritual yang mendalam. Dengan menjadi manusia sepenuhnya, Yesus menguduskan setiap tahap kehidupan manusia, dari pembuahan hingga kematian. Persatuan-Nya dengan kemanusiaan kita memungkinkan-Nya menjadi perantara yang sempurna antara Tuhan dan manusia. Seperti yang dinyatakan Katekismus Gereja Katolik: “Anak Allah bekerja dengan tangan manusia; Ia berpikir dengan pikiran manusia; Ia bertindak dengan kehendak manusiawi dan dengan hati manusia Ia mengasihi” (KGK 470).

Selain itu, Inkarnasi menggarisbawahi martabat kehidupan manusia. Jika Sabda yang kekal mengambil kodrat manusia, maka setiap kehidupan manusia—dari pembuahan hingga kematian alami—dijiwai dengan nilai yang sangat besar. Kebenaran ini menantang kita untuk menghormati dan melindungi kehidupan di semua tahap.

Menanggapi Keberatan

Beberapa orang mungkin mempertanyakan apakah Logos benar-benar dapat mengalami kehidupan manusia, mengingat kodrat ilahi-Nya. Jawabannya terletak pada kesatuan pribadi Kristus. Sementara kodrat ilahi Yesus tetap tidak berubah, kodrat manusiawi-Nya memungkinkan Dia untuk sepenuhnya berpartisipasi dalam pengalaman kita. Ini tidak mengurangi keilahian-Nya; sebaliknya, ini mengungkapkan kedalaman kasih Allah. Dengan masuk ke dalam kondisi kita, Allah memberikan model kerendahan hati dan kasih yang mengorbankan diri.

Yang lain mungkin berpendapat bahwa konsep Maria sebagai Theotokos tidak perlu atau berlebihan. Namun, gelar ini melindungi kebenaran Inkarnasi. Menyangkal peran Maria sebagai Bunda Allah sama saja dengan menyangkal realitas penuh tentang masuknya Allah ke dalam sejarah manusia. Anak yang dilahirkannya adalah Putra Allah yang kekal yang menjadi manusia, dan perannya dalam sejarah keselamatan tidak dapat dilebih-lebihkan.

Kesimpulan

Doktrin tentang dua kodrat Kristus—sepenuhnya ilahi dan sepenuhnya manusia—merupakan landasan iman Kristen. Melalui Inkarnasi, Sang Sabda yang kekal benar-benar menjadi manusia, berbagi dalam kemanusiaan kita sambil tetap sepenuhnya menjadi Tuhan. Misteri ini, yang dimungkinkan melalui peran Perawan Maria sebagai Theotokos, mengundang kita untuk lebih menghargai kasih Tuhan dan martabat hidup manusia. Saat kita merenungkan kebenaran yang mendalam ini, marilah kita menanggapinya dengan rasa syukur dan kekaguman, berusaha untuk hidup dalam persatuan dengan Tuhan yang menjadi salah satu dari kita untuk membawa kita kepada-Nya.

Share: X (Twitter) Facebook LinkedIn Whatsapp Telegram

Artikel Lainnya