Dialog pekat DKC TEAM tentang SSPX, Om Agus Pare dengan Om Aldo, live#74 -06-2025

Pada 3 Juli 1988, Paus Yohanes Paulus II mengeluarkan motu proprio Ecclesia Dei Afflicta yang secara formal mengutuk konsekrasi illicit tersebut dan mengkonfirmasi ekskomunikasi ipso facto dari Marcel Lefebvre dan empat uskup yang dia konsekrasi. ”Tindakan ini adalah salah satu bentuk ketidakpatuhan kepada Paus Roma dalam suatu perkara yang berat dan terpenting bagi kesatuan Gereja, yaitu penahbisan uskup-uskup yang melaluinya suksesi apostolik diabadikan. Maka dari itu, yang pada prakteknya menyiratkan penolakan kepada keutamaan Roma merupakan suatu tindakan skismatik.” – Yohanes Paulus II.

By Manuel (Tim DKC)

11 menit bacaan

Share: X (Twitter) Facebook LinkedIn Whatsapp Telegram

LIVE DKC [74-2025] SENIN, 9 JUNI 2025 PUKUL 19:00 WIB: DIALOG PEKAT DKC TEAM TENTANG SSPX, OM AGUS PARE DENGAN OM ALDO

Pengantar Erick Tim DKC

Materi hari ini terkait dialog pekat yang mengedukasi tentang SSPX yang akan dibawakan oleh Om Agus Pare secara one-man-show karena Om Aldo berhalangan hadir menunggu persalinan istrinya.

Baik Om Agus Pare maupun Om Aldo keduanya adalah Tim DKC, ada suatu cerita seolah-olah Om Aldo terpapar SSPX. Dalam hal ini Tim DKC mendapatkan framing dari mantan anggota Tim DKC terkait 1) nominal uang, Om Aldo bertindak sebagai lawyer/ pembelanya kaum SSPX?; 2) Tim DKC adalah sarangnya SSPX, berarti termasuk semua pembina dan romo-romo di dalam DKC?

Kalau sudah menjadi para mantan Tim DKC, yasudah tidak perlu lagi mencampuri urusan Tim DKC. Selama ini kami diam dan fokus pada materi, kami tidak pernah mengurus internal Kekatolikan tetapi karena sesuatu hal kami harus melakukan dialog pekat ini.

3 tahun yang lalu, beberapa kali kami juga pernah merespon Crusader Network yang menyerang Konsili Vatikan II, dalam live tersebut kami juga didampingi dan ditanggapi beberapa klerus. Di tanggal 14 Januari 2025, dengan Miyabi Gendut sebagai pematerinya kami juga sudah memaparkan tentang SSPX.

Juvens, kamu bukan anggota Tim DKC, di salah satu komal BSH kamu mem-framing dengan mengatakan Tim DKC adalah sarang SSPX, dan mengancam akan melaporkan kepada Keuskupan?

Presentasi Agus Pare Tim DKC

Di dalam tim DKC ada beberapa yang tidak pro dengan SSPX bahkan mengatakan SSPX adalah skismatik, salah satunya adalah saya. Berikut adalah presentasi saya:

Pendapat pribadi saya: Katakanlah dalam satu rumah ada orang tua yang tidak baik dan sedang sakit-sakitan, sebagai anak seharusnya berusaha menjaga rumah tangganya, menjaga orang tuanya sampai siapa tahu sembuh, sambil berusaha melindungi keluarganya. SSPX seperti seorang anak yang melarikan diri dari rumah, membentuk keluarga sendiri dan cuek terhadap apa yang terjadi dalam rumahnya. Saya memandang SSPX sebagai seorang pembangkang, dulunya saya masih memandang mereka ada benarnya akan tetapi setelah mempelajari, mereka lebih banyak salahnya dan sebaiknya kita tidak memikirkan mereka.

SSPX: Skismatik dan Dissenter (Pembangkang)

”….. skisma (schisma) ialah menolak ketaktukan kepada Paus atau persekutuan dengan anggota-anggota Gereja yang takluk kepadanya.” – Kitab Hukum Kanonik, 751.

Pada 1 Juli, sehari setelah konsekrasi illixcit, Cardinal Gantin mewakili Kantor Kongegrasi Para Uskup, mengeluarkan suatu dekrit ekskomunkiasi formal:
Monsignor Marcel Lefebvre, Uskup Agung Emeritus Tulle, meskipun telah diberi peringatan kanonik formal pada 17 Juni terakhir dan permintaan berkali-kali supaya tidak meneruskan niatannya, telah melakukan tindakan skismatik dengan mengkonsekrasi keempat romo tanpa mandat kepausan dan bertentangan dengan kehendak Paus Tertinggi, dan karenanya terkena penalti yang disebutkan oleh Kanon 1364, paragraf 1 dan Kanon 1382 dari Kitab Hukum Kanonik: ”….. Para romo dan umat diperingatkan untuk tidak mendukung skisma dari Monsignor Lefebre, bila tidak mereka akan terkena ipso facto penalti berat ekskomunkasi.”

Pada 6 Juli 1988, para pimpinan SSPX menanggapi secara publik Kardinal Gantin, dengan menyatakan:
Kami tidak pernah berkehendak untuk berada dalam sistem ini, yang menyebut dirinya sendiri Gereja Konsiliar… Kami tidak meminta apapun yang lebih baik daripada untuk dinyatakan keluar dari roh pezinah yang telah bertiup di Gereja sejak 25 tahun terakhir; kami meminta yang tidak lebih dari dinyatakan berada di luar persekutuan tidak saleh dari orang-orang tak ber-Allah…
Diasosiasikan secara publik dengan sanksi ini, yang dikenakan kepada enam Uskup Katolik, Para Pembela Iman dalam integritas dan kesatuan, akan merupakan tanda kehormatan dan tanda ortodoksi di hadapan para umat bagi kami. Mereka [yaitu, para umat] memang mempunyai hak untuk mengetahui bahwa imam-imam yang melayani mereka tidaklah dalam persekutuan dengan suatu gereja palsu.

Pada 3 Juli 1988, Paus Yohanes Paulus II mengeluarkan motu proprio Ecclesia Dei Afflicta yang secara formal mengutuk konsekrasi illicit tersebut dan mengkonfirmasi ekskomunikasi ipso facto dari Marcel Lefebvre dan empat uskup yang dia konsekrasi.
Tindakan ini adalah salah satu bentuk ketidakpatuhan kepada Paus Roma dalam suatu perkara yang berat dan terpenting bagi kesatuan Gereja, yaitu penahbisan uskup-uskup yang melaluinya suksesi apostolik diabadikan. Maka dari itu, yang pada prakteknya menyiratkan penolakan kepada keutamaan Roma merupakan suatu tindakan skismatik.” – Yohanes Paulus II.

Lebih lanjut, Yohanes Paulus II menyatakan “mengikuti skisma secara formal adalah pelanggaran berat melawan Allah dan membawa baginya penalti ekskomunikasi yang didekritkan oleh hukum Gereja.

Meskipun Yohanes Paulus II tidak menjelaskan apa maksud ”mengikuti skisma secara formal” pada 1996, Konsili Kepausan bagi Penafsiran Teks Legislatif mengeluarkan dokumen yang menyajikan dua syarat mengenai apa yang dimaksud dengan ”mengikuti”:

  1. Satu berkenaan dengan sifat internal, yang terdiri dari suatu persetujuan bebas dan terinformasi akan substansi dari skisma, dengan kata lain, dalam pilihan yang dibuat dengan sedemikian rupa oleh pengikut Uskup Agung Lefebvre yang menempatkan pilihan seperti yang disebut sebelumnya [ie. persetujuan bebas dan terinformasi akan substansi dari skisma] diatas ketaatan kepada Paus (akar dari sikap ini biasanya adalah posisi-posisi yang bertentangan dengan Magisterium Gereja).
    1. Yang lain berkenaan dengan sebuah karakter eksternal, yang terdiri dari eksternalisasi pilihan tersebut, yang mana tanda-tanda yang paling berwujud adalah partisipasi eksklusif dalam tindakan-tindakan ”gerejawi” kaum Lefebre, tanpa mengambil bagian dalam tindakan-tindakan Gereja Katolik.

Surat kepada Para Uskup Berkenaan dengan Penghapusan Ekskomunikasi Empat Uskup yang Dikonsekrasi Uskup Agung Lefebvre (1 Januari 2009) – Benedictus XVI

Ekskomunikasi berkenaan dengan individu-individu, bukannya institusi-institusi. Sebuah penahbisan uskup yang tidak mendapatkaan mandat kepausan akan menimbulkan bahaya suatu skisma, sebab [tindakan tersebut] mencederai kesatuan para Uskup dengan Paus. Oleh karena itu Gereja harus bereaksi dengan menggunakan hukumannya yang paling berat – ekskomunikasi – dengan tujuan untuk memanggil mereka yang dihukum untuk bertobat dan kembali kepada kesatuan. Dua puluh tahun setelah penahbisan tersebut, tujuan ini, sayangnya, belum tercapai. Penghapusan ekskomunikasi mempunyai tujuan yang sama seperti hukumannya [ie. Pemberian ekskomunikasi]; yaitu mengundang keempat uskup sekali lagi untuk kembali. Tindakan ini dimungkinkan setelah pihak-pihak yang berkepentingan telah menunjukkan pengakuan mereka secara prinsipil kepada Paus dan otoritasnya sebagai Gembala, walau dengan beberapa catatan dalam hal kepatuhan kepada otoritas doktrinalnya dan otoritas konsili.

Disini saya kembali kepada pembedaan antara individu-individu dan institusi-institusi. Penghapusan ekskomunikasi adalah sebuah kebijakan di bidang disiplin gerejawi; para individu dibebaskan dari beban hati nurani yang dikarenakan hukuman Gereja yang paling berat. Tingkat disipliner ini perlu dibedakan dari tingkat doktrinal. Fakta bahwa Society of Saint Pius X tidak memiliki suatu status kanonik di Gereja bukanlah, pada akhirnya, didasarkan dari alasan-alasan disipliner melainkan dari alasan-alasan doktrinal. Selama [SSPX] tidak mempunyai status kanonik di Gereja, maka pelayan-pelayannya [pelayan-pelayan sakramen, maksudnya imam-imam SSPX] tidak melakukan pelayanan yang sah di Gereja. Maka perlu ada pembedaan antara tingkat disipliner, yang berhubungan dengan inidvidu-individu, dan tingkat doktrinal, yang berkenaan dengan pelayanan dan institusi. Supaya lebih jelas untuk satu kali lagi: sampai pertanyaan-pertanyaan doktrinal diklarifikasi, [SSPX] tidak mempunyai status kanonik di Gereja, dan pelayan-pelayannya [ie. imam-imam SSPX] – meskipun mereka telah dibebaskan dari hukuman gerejawi – tidak secara sah melakukan pelayanan di Gereja.

Surat Bapa Suci kepada Uskup-Uskup Seluruh Dunia yang Diikutsertakan dengan Dokumen Traditiones Custodes (Juli 2021) – Francis

Kebanyakan orang memahami motivasi yang membuat St. Yohanes Paulus II dan Benedictus XVI untuk memperbolehkan penggunaan Misa Roma, yang dipromulgasikan oleh St. Pius V dan diedit oleh St. John XXIII pada 1962, bagi Kurban Ekaristi. Fakultas [ie. ijin, kuasa, mandat] – yang diberikan melalui indult [dispensasi] oleh Kongegrasi Penyembahan Ilahi pada 1085 dan dikonfirmasi oleh St. Yohanes Paulus XI di Motu Proprio Ecclesia Dei pada 1988 – diatas segalanya dimotivasi oleh keinginan untuk membina penyembuhan dari skisma dengan Gerakan Mons. Lefebevre. Dengan niat gerejawi untuk memulihkan hubungan dengan Gereja, para Uskup kemudian diminta untuk menerima dengan kedermawaan ”aspirasi yang berkeadilan” dari umat yang meminta penggunaan misa tersebut.

Klaim SSPX bahwa Mereka Bukan Skismatik

  • Petinggi Gereja yang mengatakan mereka tidak berada dalam skisma formal (Skisma mereka material),
  • Penghapusan ekskomunikasi dan pemberian fakultas/ yuridiksi (Ortodox juga diberi tapi masih skismatik),
  • Menghadiri misa SSPX diperbolehkan dan memenuhi kewajiban hari Minggu (masalah yang kompleks, namun tidak boleh sampai menjadi bibit skisma).

Tindakan-tindakan Skismatik SSPX

  • Memiliki tribunal perkawinan sendiri, St. Charles Borromeo Canonical Commission (1991),
  • Melarang umat untuk menghadiri misa Novus Ordo bahkan kalau tidak ada Gereja SSPX (lebih baik doa Rosario saja),
  • Melarang umat untuk menghadiri misa TLM (Tridentine Mass) dari institusi-institusi yang bersatu dengan Roma (FSSP, ICSK, Institusi Gembala Yang Baik),
  • Anggaran Dasar tidak dipertanggungjawabkan kepada Uskup lokal,
  • Tidak pernah meyakini bahwa konsekrasi yang dilakukan Lefebvre salah,
  • Menolak terus menerus ajakan Roma yang semakin akomodatif.

Kesimpulan

Dengan fakta-fakta dan pengetahuan-pengetahuan seperi itu, maka saya katakan bahwa SSPX adalah skismatik, masalahnya kadang-kadang informasi mengenai SSPX ini jarang sekali yang tahu, dan banyak sekali berseliweran informasi dari Petinggi-petinggi Gereja yang bertolak belakang.

Pedoman umumnya berhadapan dengan SSPX, apakah diperbolehkan mengikuti misa SSPX: tanyalah romo dan/ atau Uskup kalian.

Menanggapi framing bahwa DKC adalah sarang SSPX: Untuk apa mem-framing seperti itu, gerakan Katolik seharusnya satu, bicarakan dengan bertatap muka sambil ngopi. Aldo Tim DKC juga bukan pro SSPX.

Spoiler Materi Aldo Tim DKC

Erick Tim DKC tidak akan menjabarkan karena bukan porsinya, berikut adalah spoiler materinya Aldo yang akan dijadwalkan dalam live berikutnya:

Terkait dengan framing kepada DKC: Katolik harus sama, banyak oknum-oknum Protestan, Ortodox, dan Islam; pertanggungjawabkan iman kalian, fokus, dan tindak lanjuti, kok malah nyerang sesama Katolik? Kamu juga pernah masuk di DKC, mana buahmu, tunjukkan buah dan karyamu yang positif!

Live malam ini untuk Agus Pare, berikutnya jadwal untuk pemaparan Aldo, dan satu sesi lagi Agus dan Aldo akan bertemu, setelah itu kelar, kami tidak akan membahas ini lagi!

Share: X (Twitter) Facebook LinkedIn Whatsapp Telegram

Artikel Lainnya