Bidat dan Ortodoksi dalam Pemikiran Katolik

Istilah 'bidat' berasal dari kata Yunani yang berarti 'pilihan', merujuk pada tindakan menghapus satu atau lebih kepercayaan dari satu set proposisi yang saling terkait.

By Tim DKC

5 menit bacaan

Share: X (Twitter) Facebook LinkedIn Whatsapp Telegram

Ketika membahas masalah agama yang kontroversial, umat Katolik sebaiknya berhati-hati dalam memilih kata-kata. Dua istilah yang sering muncul dalam diskusi seperti ini adalah bidat dan ortodoksi. Kedua kata ini memiliki makna yang mendalam dan sebaiknya digunakan secara hemat dan benar agar terhindar dari kesalahpahaman atau perpecahan.

Memahami Bidat

Istilah Heresy (dalam bahasa Indonesia Bidaah) berasal dari kata Yunani “haíresis (αἵρεσις)” yang aslinya berarti “pilihan,” merujuk pada tindakan menghapus satu atau lebih kepercayaan dari satu set proposisi yang saling terkait. Meskipun bidat sering dikaitkan dengan agama, istilah ini juga dapat ditemukan dalam bidang pemikiran lainnya.

Definisi Katolik tentang bidat

Gereja Katolik memberikan definisi yang jelas tentang bidat dalam Kitab Hukum Kanonik:

“Yang disebut bidat (heresis) ialah menyangkal atau meragukan dengan membandel suatu kebenaran yang harus diimani dengan sikap iman ilahi dan katolik sesudah penerimaan sakramen baptis; kemurtadan (apostasia) ialah menyangkal iman kristiani secara menyeluruh; skisma (schisma) ialah menolak ketaklukan kepada Paus atau persekutuan dengan anggota-anggota Gereja yang takluk kepadanya. “ (KHK. 751)

Definisi ini memiliki tiga komponen utama:

  1. Kebenaran yang Ditetapkan: bidat hanya berkaitan dengan ajaran yang merupakan inti dan tidak terpisahkan dari iman Katolik. Sebagai contoh, menyangkal kebangkitan tubuh Kristus, keberadaan dosa asal, atau keilahian Kristus adalah bidat. Namun, ketidaksepakatan tentang hal-hal seperti cara penerimaan Ekaristi atau metode baptisan, meskipun bertentangan dengan posisi Gereja, tidak dianggap bidat.

  2. Orang yang Dibaptis: Hanya individu yang telah dibaptis dan berada dalam persekutuan penuh dengan Gereja Katolik yang dapat melakukan bidat. Mereka yang berada di luar Gereja mungkin memiliki pandangan bidat, tetapi mereka tidak disebut bidat karena mereka tidak pernah menerima “set” lengkap ajaran Katolik.

  3. Pengetahuan dan Kehendak: bidat memerlukan pengetahuan penuh dan penolakan yang disengaja terhadap ajaran Gereja. Perbedaan ini mengarah pada pengkategorian bidat menjadi dua jenis:

    • bidat Formal: Terjadi ketika seseorang sepenuhnya memahami ajaran Gereja dan dengan sengaja menolaknya. Ini jarang terjadi.
    • bidat Material: Lebih sering terjadi, biasanya akibat kesalahpahaman atau penyampaian yang salah tentang ajaran Gereja. Seseorang mungkin tanpa sadar menyebarkan kesalahan teologis karena pemahaman yang parsial atau keliru.

Mengidentifikasi bidat

Gereja memiliki proses yuridis untuk menyelidiki tuduhan bidat. Proses ini mencakup pemeriksaan menyeluruh atas pernyataan publik dan dialog untuk memahami keyakinan seseorang yang sebenarnya. Hingga Gereja secara resmi menyatakan seseorang bersalah atas bidat, umat Katolik harus menahan diri untuk tidak membuat tuduhan seperti itu karena dapat merusak persatuan Gereja.

Imprimatur: Pengaman dari Bidat

Gereja menggunakan imprimatur (“biarkan dicetak”) untuk menunjukkan bahwa sebuah buku atau materi tidak mengandung unsur bidat. Meskipun imprimatur tidak lagi umum seperti dulu, ketiadaannya tidak berarti bahwa suatu publikasi bersifat bidat.

Memahami Ortodoksi

Istilah ortodoksi berasal dari kata Yunani yang berarti “kepercayaan yang lurus” atau “ibadah yang benar.” Ini bertentangan dengan heterodoksi, yang berarti “kepercayaan lain/dipilih.”

Ortodoksi dalam Konteks Katolik

Berbeda dengan bidat, Gereja tidak memberikan definisi yang tepat tentang ortodoksi. Istilah ini hanya muncul sekali dalam dokumen Konsili Vatikan II dan tidak ditemukan dalam Perjanjian Baru. G.K. Chesterton, seorang penulis Katolik Inggris terkenal, memberikan definisi yang praktis:

“[Ortodoksi] berarti Kredo Para Rasul, sebagaimana dipahami oleh semua orang yang menyebut dirinya Kristen hingga waktu yang relatif singkat, dan perilaku historis umum dari mereka yang memegang kredo tersebut.”

Chesterton menekankan bahwa ortodoksi lebih dari sekadar sistem intelektual; itu adalah realitas “daging dan darah.” Ortodoksi terjadi ketika kepenuhan Kebenaran Allah, yang diwujudkan dalam Yesus Kristus, terintegrasi dengan kehidupan orang percaya. Tanpa perpaduan ini, ortodoksi berisiko menjadi katalog dogma yang tanpa sukacita, yang selalu mencari bidat di sekitarnya.

Seruan untuk Berhati-Hati

Baik bidat maupun ortodoksi adalah istilah yang kuat dan sebaiknya digunakan dengan sangat hati-hati. Menuduh orang lain bidat atau mengklaim diri sendiri ortodoks dapat secara tidak sengaja merusak persekutuan Katolik. Sebaliknya, umat Katolik dipanggil untuk memupuk persatuan dan kasih, dengan menyadari bahwa kepenuhan kebenaran ditemukan dalam Kristus dan Gereja-Nya.

Tags: Bidat
Share: X (Twitter) Facebook LinkedIn Whatsapp Telegram

Artikel Lainnya