Heresi merupakan ajaran sesat yang berlawanan dengan iman Katolik ortodoks. Istilah “ortodoks” di sini, dengan huruf kecil “o,” mengacu pada ajaran tradisional Gereja Katolik, bukan Gereja Ortodoks dengan huruf besar “O” yang tidak berada dalam persekutuan dengan Gereja Katolik Roma (yang mengakui kepausan sebagai pusat otoritas). Heresi sering muncul dari distorsi, penyalahgunaan, atau kesalahpahaman terhadap doktrin Katolik yang benar. Misalnya, Islam mengakui doktrin Katolik tentang kemahakuasaan Allah, tetapi menolak Tritunggal Mahakudus dan keilahian Yesus Kristus.
Jenis Heresi: Formal dan Material
Gereja membedakan antara heresi formal dan heresi material:
Heresi Formal
Heresi formal terjadi ketika seseorang secara sengaja dan keras kepala menyangkal kebenaran yang telah diwahyukan secara ilahi dan diajarkan secara eksplisit oleh Gereja. Orang yang melakukan heresi formal sadar bahwa keyakinannya bertentangan dengan ajaran Gereja tetapi tetap mempertahankannya.
Contoh heresi formal meliputi:
-
Menyangkal keilahian Yesus Kristus
-
Menyangkal keberadaan Tritunggal Mahakudus
-
Mendukung praktik kontrasepsi atau aborsi
Heresi formal dianggap dosa berat karena bertentangan langsung dengan kebenaran ilahi dan ajaran Gereja. Hal ini dapat mengakibatkan ekskomunikasi dan menjadi penghalang keselamatan.
Heresi Material
Heresi material, atau heresi material sederhana, adalah memegang keyakinan yang keliru yang bertentangan dengan ajaran Gereja tetapi tanpa pengetahuan penuh atau penyangkalan yang disengaja. Misalnya, seseorang mungkin tidak menyadari ajaran Gereja atau salah memahaminya.
Heresi material tidak dianggap dosa karena tidak ada kesadaran atau niat penuh. Namun, baik heresi formal maupun material dapat menyebabkan kerugian spiritual dan memisahkan individu dari persekutuan penuh dengan Gereja. Gereja mendorong mereka yang berada dalam heresi material untuk mencari pembelajaran dan bimbingan agar dapat memahami dan menyelaraskan keyakinan mereka dengan ajaran Gereja.
Mengapa Heresi Mudah Terjadi?
Mengapa ajaran sesat begitu mudah? Itu dimulai dengan sebuah pertanyaan yang tampaknya wajar, yang jawabannya dicari melalui kebijaksanaan manusia semata tanpa harus mengandalkan Kebijaksanaan Ilahi. Bagaimana menemukan Kebijaksanaan Ilahi? Kebijaksanaan dicari dalam Kitab Suci dan Magisterium Gereja Katolik, yang juga dikenal sebagai Tradisi.
Menurut definisinya, misteri-misteri dalam Gereja tidak dapat diakses oleh akal budi manusia semata. Wahyu ilahi memberi petunjuk kepada kita sampai batas tertentu, tetapi kita mencapai titik ketika intelek kita gagal dan kita hanya mengandalkan iman – dengan kata lain: Tuhan mengatakannya, maka saya mempercayainya. Ini juga merupakan bagaimana beberapa ajaran sesat muncul: orang-orang menjadi terguncang oleh Kebenaran dan tidak dapat merendahkan diri untuk menerima Kebenaran tanpa memahaminya sepenuhnya. Namun, kita harus mengingat hubungan kita sebagai makhluk dengan Sang Pencipta. Dia mahatahu, mahakuasa, dan ada di mana-mana, sedangkan kita tidak. Kita adalah makhluk dan Dia adalah apa adanya. Dia berada di atas dan melampaui waktu dan ruang, karena Dia menciptakannya. Kita dibatasi oleh waktu dan ruang, karena kita diciptakan. Datanglah kepada misteri Gereja dengan kerendahan hati dan Anda akan mampu menerima misteri ini tanpa menuntut pemahaman yang lengkap.
Peran Konsili dan Dokumen Gereja
Beberapa heresi, terutama yang berkaitan dengan Kristologi (pemahaman tentang Yesus Kristus), telah memicu diadakannya konsili besar Gereja. Konsili ini bertujuan untuk mencari kebenaran dan menolak heresi, menghasilkan dokumen kepausan dan pengakuan iman yang menjawab kesalahan tersebut.
Dokumen kepausan memiliki berbagai tingkat otoritas, antara lain:
-
Konstitusi Dogmatis: Dokumen terkuat yang mengajarkan iman dan moral secara infalibel.
-
Bulla Kepausan: Digunakan untuk isu-isu penting, seperti ekskomunikasi.
-
Dekretal: Surat yang berisi hukum Gereja.
-
Ensiklik: Surat kepada para uskup yang sering membahas iman dan moral.
Dengan memahami sejarah dan doktrin Gereja, umat Katolik diajak untuk lebih mendalami iman dan menjaga diri dari heresi yang dapat merusak jiwa dan persatuan dengan Gereja.